Mulai musim 2024/25, Joao Cancelo akan bermain untuk klub Arab Saudi, Al-Hilal. Kabar ini sebenarnya cukup disayangkan, mengingat Joao Cancelo merupakan pemain yang sangat dielu-elukan dalam beberapa musim ke belakang.
Pemain yang tahun ini baru berusia 30 tahun tersebut bahkan pernah masuk ke daftar 11 pemain terbaik FIFA atau FIFA FIFPRO 11 tahun 2022. Namun, hanya dalam kurun waktu sekitar dua tahun saja, karirnya berubah drastis. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi kepadanya?
Pep Roulette dan Awal Kehancuran
Joao Cancelo adalah pemain yang Pep Guardiola datangkan pada musim panas 2019. Kala itu, Pep sedang melengkapi puzzlenya sebelum bersiap menaklukkan Eropa pada tahun 2023. Cancelo sendiri merupakan transfer tukar guling dari Juventus. La Vecchia Signora melepas Joao Cancelo ke Manchester dan mereka akan mendapatkan Danilo dengan harga yang lebih murah.
Pada awal kedatangannya, bau anyir mengenai kebusukan Cancelo sudah terendus di manajemen The Blue Moon. Cancelo yang kala itu baru datang, ngambek dan minta dijual gara-gara jarang dimainkan. Ia hanya duduk manis di bangku cadangan melihat posisinya diisi oleh Kyle Walker.
Lantas, kenapa sih Cancelo kok sangat tidak sabaran? Kan, dia dicadangkan juga karena keputusan taktikal dan untuk kepentingan bersama. Toh, pada akhirnya dia juga dimainkan oleh Pep.
Tapi Cancelo ini memang agak unik. Sedikit konteks saja, sejak belia, Cancelo memang salah satu pemain yang berbakat dan selalu mendapat perlakuan spesial. Pelatih mudanya di Benfica, Helder Cristovao, adalah orang yang mengubahnya menjadi bek kanan.
Cancelo kecil adalah seorang winger. Namun, karena Cancelo sering ngambek apabila dia tidak mendapatkan bola, akhirnya ia dipindahkan ke belakang. Untungnya, eksperimen ini berhasil. Prediksi Cristovao bahwa anak tantrum ini bakal menjadi bek sayap kelas dunia pada akhirnya juga kejadian.
Dari sini saja, kita sudah bisa tahu seperti apa watak Cancelo. Sialnya lagi, di klub-klub setelahnya, anak berbakat ini selalu jadi pemain penting sehingga egonya pun makin meninggi. Dari Valencia, Inter, hingga Juventus, nama Cancelo selalu dijadikan pilihan utama untuk masuk ke 11 pertama.
Balik lagi ke Manchester City, akhirnya Cancelo dicoba dimainkan di sisi kiri agar ia tak lagi merengek. Hasilnya? Luar biasa. Cancelo membuat Pep Guardiola terilhami untuk menggunakan peran bernama inverted wing back. Cancelo dibebaskan untuk masuk ke lini tengah dan membantu mengalirkan bola.
“Dia selalu punya solusi sebelum orang lain. Ketika tak ada ruang kosong, dia bisa melihat jalur lain yang bisa dipakai untuk mengalirkan bola. Dia sangat kuat dan cepat. Cara bermainnya tak berubah masih sama ketika aku tangani,” ujar Cristovao dikutip dari The Guardian.
Namun, beberapa bulan setelah Cancelo dinobatkan sebagai salah satu bek terbaik di dunia tahun 2022, hubungannya dengan Pep kembali keruh. Cancelo marah karena ia menjadi korban Pep Roulette. Puncaknya, Cancelo terlihat cemberut kala ia benar-benar tak diturunkan pada laga melawan Arsenal di FA Cup pada 28 Januari 2023.
Lalu, apa yang terjadi setelahnya? Pep yang mungkin sudah berada di batas kesabarannya dengan Cancelo akhirnya melapor kepada atasannya, Txiki Begiristain dan Ferran Soriano. Akhirnya, muncul sebuah ultimatum, “Dia harus pergi sebelum bursa transfer musim dingin berakhir.”
Kalo main FPL paham gimana Pep Roulette 😄
Cancelo masuk jadi 6 pemain paling banyak menit bermainnya, tp udah ga starter di 3 laga terakhir.— Ruang Taktik (@ruangtaktik) January 31, 2023
Tak Ada yang Mau Membeli
Sejak dibuang dari Etihad inilah karir Cancelo makin tak jelas. Meskipun klub-klub yang menampungnya sebenarnya bukan klub kaleng-kaleng. Dari Bayern Munchen hingga Barcelona, Cancelo diungsikan oleh Manchester City dengan opsi untuk dibeli. Namun, hasilnya Klub-klub tadi malah berharap Cancelo cepat-cepat pergi.
Kepergiannya ke Bayern Munchen pada akhir Januari 2023 adalah permintaan Cancelo sendiri. Karena manajemen The Citizens sudah cukup muak dengan kelakuannya, akhirnya mereka menawarkan pemainnya dan untungnya Julian Nagelsmann sudi menerima. Die Roten pun diberi opsi untuk penebusan di akhir musim.
Kedatangannya memang sangat membantu untuk permainan Bayern Munchen. Meski di tengah jalan Nagelsmann digantikan oleh Thomas Tuchel, Cancelo cukup rutin dimainkan. Di akhir musim pun, ia berhasil meraih trofi Bundesliga di Allianz Arena.
Lantas, mengapa mereka tak mau menebus Cancelo jika ia benar-benar cocok dengan skema Tuchel? Sang pelatih berkilah bahwa mereka tak menebus Cancelo karena Alphonso Davies sudah sembuh dan mereka juga sudah mendapatkan Raphael Guerreiro secara cuma-cuma. Jadi, cukup makasih dan kalau bisa jangan kembali lagi.
Namun, apabila berkaca dari komentar Direktur Olahraga Die Roten, Hasan Salihamidzic, Cancelo tak berlatih seperti yang mereka bayangkan. Tabiatnya di tempat latihan tidak menentu. Kadang disiplin, kadang tidak. Hal inilah yang jadi alasan utama Die Roten mengembalikan Cancelo. Mereka tak ingin menambah masalah dari seorang pemain yang punya catatan perilaku tidak baik.
Sementara semusimnya di Barcelona, Cancelo makin parah. Baik di dalam maupun luar lapangan. Fakta ini jelas membuat Barca ogah buat membelinya. Buat apa keluar uang untuk pemain problematik ketika kondisi keuangan klub juga sedang pelik? Lagi pula performanya pun tak mengesankan.
“Di Barca selama dia bermain, tidak ada masalah, tapi suatu hari dia saat dia tidak bermain, karakternya akan keluar,” ujar jurnalis Spanyol, Lu Martin, via Goal.
Tabiat buruknya kembali menjadi alasan Barcelona tak mau menebusnya. Ia tak akan selamanya bermain, mengingat di Camp Nou masih ada Jules Kounde dan Alejandro Balde. Ini akan menjadi masalah jika di kemudian hari masih terulang. Jadi, daripada menumpuk bibit masalah, Barca membuka pintunya lebar-lebar agar Cancelo hijrah.
RESMI : João Cancelo tidak akan melanjutkan dengan FC Barcelona. pic.twitter.com/I86ifXgXtP
— Barca Stuff Indonesia (@barcastuff_idn) June 30, 2024
Cancelo sebagai Sumber Masalah
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, kita akhirnya tahu bahwa akar permasalahannya ada pada diri Cancelo itu sendiri. Ia memiliki ego yang luar biasa tinggi. Ditambah, kenyataan bahwa dia adalah pemain berbakat membuat kepalanya makin keras.
Cancelo sendiri menolak bermuhasabah dan berkaca bahwa apa sebenarnya yang salah? Ia selalu berkilah bahwa kepergiannya dari Manchester tidak ada hubungannya dengan perilakunya yang membuat satu manajemen Manchester City geram. Kurang problematik apa coba sampai-sampai keluar ultimatum bahwa dia harus pergi?
Ia pernah berkilah bahwa dia tak nyaman tinggal di Manchester karena rumahnya disatroni maling. Memang benar sih, Cancelo pernah kemalingan. Tapi itu kan kejadian di Desember 2021, bukan beberapa minggu sebelum dia ditendang. Lagi pula nih, kalau emang nggak nyaman, kok sebulan sehabis kemalingan masih mau perpanjang kontrak sampai 2027, Bang?
Tapi semuanya sudah berlalu. Cancelo sudah tak lagi berstatus pemain Manchester City. Ia tak lagi terikat kontrak untuk tinggal di kota yang katanya membuatnya merasa tak nyaman itu hingga 2027. Al-Hilal menjadi klub yang rela berjudi menebusnya dengan mahar 25 juta euro (Rp 429,9 miliar). Ia ditarik ke Al-Hilal oleh mantan pelatihnya, Jorge Jesus.
Kini, Cancelo sudah resmi bermain di Arab Saudi, sesuatu yang mungkin tak pernah terbayangkan 2-3 tahun lalu. Andai saja egonya tak setinggi menara, pasti dia tak ditendang City dan bisa ikut merayakan treble di tengah kota. Andai saja tabiatnya bisa diperbaiki, pasti dia masih jadi tumpuan Manchester City.
🎥 “João Cancelo” rises from the heights of the planet… to #AlHilal 💙#CanceloIsHilali 🤩
pic.twitter.com/1lHJZOKT6A— AlHilal Saudi Club (@Alhilal_EN) August 27, 2024
https://youtu.be/Lw7D7MuoJJA
Sumber: The Guardian, Goal, Bavarian Football Works, Daily Mail, BBC, dan The Athletic