Edin Terzic, Dari Pendukung Dortmund Jadi Penyelamat Muka Jerman di UCL!

spot_img

Sebelum leg kedua, Luis Enrique yakin bisa membalaskan kekalahan atas Dortmund di Signal Iduna Park. Jelas Enrique punya rencana, tapi tetap Dortmund yang menentukan. Jangankan membalikkan keadaan, menang pun PSG dan Enrique tak mampu.

Sundulan Mats Hummels lewat skema bola mati membenamkan PSG di hadapan pendukungnya sendiri. Skor 1-0 membawa Dortmund menang dan PSG pulang. Die Borussen menyelamatkan muka Jerman di UCL. Tidak hanya itu, Edin Terzic juga menjadi sosok pelatih yang akhirnya tak bikin Jerman malu. Seperti apa sosok pelatih yang satu ini? Kuy kita bahas.

Keturunan Yugoslavia

Daripada Jerman, Edin Terzic sekilas justru seperti nama orang-orang dari Negara Balkan. Memang benar, Terzic adalah keturunan Yugoslavia. Orang tuanya adalah orang Yugoslavia yang pindah ke Jerman. Ketika menetap di Jerman, Terzic lahir pada 30 Oktober 1982.

Ia lahir dan dibesarkan di Kota Menden, sekitar setengah jam perjalanan dari Dortmund. Meskipun kota, Menden lebih cocok disebut pedesaan karena lokasinya masih asri. Terzic tidak memulai kariernya sebagai pemain.

Masa mudanya dihabiskan untuk belajar di Universitas Ruhr di Bochum. Membutuhkan waktu sekitar setengah babak pertandingan sepak bola untuk bepergian dari Menden ke Universitas Ruhr di Bochum. Ia mengambil studi keilmuan olahraga di sana.

Perkenalan Terzic dengan Kepelatihan

Namun, hidup sebagai imigran serba sulit. Orang tua Terzic tak punya ketahanan ekonomi yang baik, sehingga ia pun mesti mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya. Di titik itu Terzic memutuskan bermain sepak bola. Seorang yang masa mudanya memilih menjadi penyerang ini bermain di level semi-profesional di Liga Regional.

Ia bergabung dengan klub Westfalia Herne di liga tingkat keempat di Jerman. Itu sekitar tahun 2004. Selama merumput di liga semi-profesional, perjumpaan Terzic di dunia kepelatihan juga dimulai.

Selain sang kekasih, lapangan mempertemukannya dengan pelatih Timnas Jerman U-20 saat ini, Hannes Wolf. Kala itu Wolf sudah menjadi pelatih-pemain di klub SGE Ergste yang juga bermain di level semi-profesional. Kelak Wolf dan Terzic ini akan menjadi bagian kepelatihan Dortmund.

Setelah lulus dari universitas, Terzic mengambil lisensi kepelatihan UEFA A. Ia lalu bertemu kepala pencari bakat Borussia Dortmund, Sven Mislintat. Mislintat meneleponnya dan menawari pekerjaan.

Terzic pun memutuskan berhenti menjadi pemain tahun 2010 dan menerima tawaran untuk menjadi staff scouting di Borussia Dortmund.

Pekerjaan Pertama di Dortmund

Terzic terbilang beruntung bisa menjadi bagian Dortmund pada tahun 2010. Waktu itu Die Borussen sudah dilatih Jurgen Klopp. Mantan pelatih Mainz itu menukangi Dortmund sejak 2008. Berada dekat dengan Klopp adalah kesempatan emas yang dimanfaatkan Terzic.

Apalagi ia bekerja sebagai scouting. Terzic perlahan bisa mempelajari bagaimana Klopp membangun skuad. Mulai saat itu, Terzic juga menggodok kemampuannya sendiri. Ia menggabungkan perannya sebagai pencari bakat dan seorang asisten pelatih.

Ya, selain pencari bakat, Terzic juga membantu rekannya, Hannes Wolf yang kala itu ditunjuk sebagai pelatih Dortmund U-19. Menariknya, Terzic tidak hanya membantu Wolf di level U-19. Kolaborasi keduanya berlanjut di Borussia Dortmund II dan tim U-17. Namun, selama menjadi asisten Wolf, ia tidak melepas pekerjaannya sebagai pemandu bakat.

Terzic seorang Yellow Wall, sebutan fans Dortmund, yang beruntung bisa bekerja di klub yang ia cintai. Saat masih bekerja sebagai asisten pelatih Wolf dan pemandu bakat, Terzic tidak meninggalkan kewajiban seorang fans. Ia tetap menonton pertandingan Die Borussen. Bukan dari bench atau tempat khusus, melainkan dari tribun bersama para Yellow Wall.

Foto yang banyak beredar di media sosial hari ini, itu terjadi tahun 2012. Saat itu Terzic turut menjadi saksi Dortmund asuhan Jurgen Klopp memenangkan gelar Bundesliga untuk kedua kalinya secara beruntun. Bayangkan, sedikit banyak ada andilnya di kemenangan itu, tapi Terzic tetap menyaksikan Dortmund dari tribun. Fans sejati ini, mah!

Belajar dari Slaven Bilic

Tahun 2013 setelah lama menjadi asisten Wolf, Dortmund memintanya untuk menjadi pelatih tim muda. Terzic mengiyakan. Namun, ia sebentar saja melatih tim muda Dortmund. Kurang dari 15 hari melatih tim muda, tawaran dari Slaven Bilic, yang sama-sama berdarah Kroasia, datang.

Pertemuan Terzic dan Bilic sebenarnya terjadi kala ia masih jadi pencari bakat Dortmund. Sekitar tahun 2012, di sebuah makan malam dalam misi pencarian bakat, Terzic bertemu seorang agen. Agen itu bilang akan memperkenalkan Terzic kepada saudaranya.

Ternyata saudara si agen ini adalah Slaven Bilic, pelatih Timnas Kroasia kala itu. Bilic setengah memaksa mengundangnya untuk menghadiri salah satu laga Kroasia sebelum EURO 2012. Keduanya pun bertemu.

Lalu, ketika Bilic mendapat tawaran melatih klub Turki, Besiktas tahun 2013, ia menghubungi Terzic lagi. Menawarkan untuk bergabung. Barangkali karena merasa cocok dengan Bilic, ia menerima ajakan tersebut. Sejak itu ia menjadi asisten Bilic, bahkan ketika sang pelatih mengambil pekerjaan di West Ham.

Kembali ke Dortmund

Terzic belajar banyak metode dari Bilic. Terutama langkah dalam melewati masa-masa sulit. Nah, tahun 2018, Dortmund memanggilnya pulang. Ia pun kembali ke Dortmund dan lagi-lagi menjadi asisten. Kali ini mengasisteni Lucien Favre. Namun, sang pelatih dipecat sebelum musim 2020/21 selesai.

Terzic pun ditunjuk menjadi manajer sementara sampai musim tuntas. Tentu ini kesempatan yang tak boleh dilewatkannya. Terzic pun seketika merevitalisasi Dortmund. Gaya manajemen dan emosinya yang sangat Dortmund sekali memudahkannya mengelola pemain.

Erling Haaland, Jadon Sancho, hingga Marco Reus menunjukkan potensi terbaik. Terzic membawa harmonisasi di ruang ganti dan dalam sekejap Die Borussen menjadi lebih baik. Meskipun bukan musim penuhnya, tapi Terzic menutup musim itu dengan gelar DFB Pokal.

Dicintai Fans Dortmund

Meraih gelar DFB Pokal tak membuat manajemen terkesan. Rencananya Terzic hanya akan dijadikan pelatih sementara hingga akhir musim. Pihak Dortmund lebih memilih Marco Rose pada musim 2021/22. Gaya permainan gegenpressing Rose menarik perhatian Dortmund.

Namun, di sisi lain, ide menyingkirkan Terzic ditentang oleh fans. Para Yellow Wall yang telanjur menaruh hatinya pada Terzic mendesak agar Terzic bertahan di klub. Diskusi pergantian Terzic ke Rose pun berjalan alot. Terzic awalnya akan dipertahankan namun sebagai asisten Marco Rose.

Namun, Dortmund yang dipimpin Hans-Joachim Watzke sebagai direktur pelaksana dan direktur olahraga Michael Zorc akhirnya memutuskan kalau Terzic akan bertahan. Demi mengakomodasi Terzic dan Rose tetap melatih, jabatan direktur teknik pun lahir. Dan Terzic yang mengisinya.

Melatih Lagi dan Final UCL

Jabatan dirtek diembannya selama semusim. Musim berikutnya Terzic melepas jabatan itu dan…. Ia kembali melatih Dortmund. Barangkali petinggi klub sadar. Daripada mengambil resiko menunjuk pelatih yang tidak paham budaya di Dortmund, lebih baik Terzic saja.

Terzic sebenarnya bukan pelatih yang istimewa. Apalagi soal taktik. Satu-satunya modalnya adalah kemampuan mengelola manusia dan kepercayaan dari fans. Modal itu tak cukup mendatangkan trofi.

Sejak ditunjuk musim lalu, Terzic belum mempersembahkan trofi lagi buat Dortmund. Musim lalu, gelar Bundesliga yang di depan mata lepas, karena Terzic tak menemukan cara memenangkan laga terakhir melawan Mainz. Musim ini pun sebetulnya Dortmund tak sanggup finis di tiga besar. Padahal dari tahun 2019 sampai tahun lalu, Dortmund selalu finis di tiga besar.

Uniknya, kalau tidak bisa menyebutnya lucu, tiba-tiba Dortmund asuhan Terzic melaju ke final UCL musim 2023/24. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan Dortmund selama satu dasawarsa lebih.

Jerman pun bukan cuma menempatkan wakilnya di final UCL, tapi juga pelatih. Sejak 2018, hanya di musim 2022/23 saja tidak ada pelatih Jerman di final UCL. Musim ini nyaris terulang jika Terzic tidak secara ajaib membawa Dortmund ke final.

Terzic juga menjadi pelatih Jerman keempat yang pernah membawa tim Jerman ke final UCL sejak 1992, setelah Ottmar Hitzfeld, Jupp Heynckes, dan Jurgen Klopp. Tinggal kita tunggu, keajaiban apa lagi yang akan diciptakan si Terzic ini.

Sumber: Welt, Bundesliga, Goal, FourFourTwo, SportsMax, VivaGoal

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru