DNA Transfer Pemain Gratisan Ala Juventus

spot_img

Pasca skandal Calciopoli, Juventus mulai membangun kekuatannya kembali. Dengan segala cara mereka lakukan, termasuk membeli pemain gratisan. Karena situasi keuangan mereka yang terbatas.

Gratisan FC, begitulah anekdot yang banyak beredar di lini masa ketika melihat pergerakan transfer Juventus dari musim ke musim. Selama lebih dari satu dekade, Si Nyonya Tua identik dengan para pemain gratisan hingga sekarang. Namun, perlu diketahui juga bahwa kebijakan membawa pemain gratisan itu tentu ada yang mengaturnya.

Agnelli Datang

Setelah skandal kelam Calciopoli, Juventus hancur lebur. Namun untungnya mereka cepat promosi ke Serie A dan bisa mempertahankannya. Juventus masih berproses dari mulai tahun 2007. Mereka bongkar pasang pemain ala kadarnya termasuk mendatangkan pemain gratisan seperti Cannavaro maupun Olof Mellberg.

Nah, pada 2010 Agnelli hadir di Juventus. Agnelli terpilih sebagai presiden Juventus dan ia langsung melakukan kerjanya sebagai presiden. Musim pertamanya 2010/11 ia langsung menargetkan pembangunan stadion baru Juventus yang megah. Juventus dibawa Agnelli menjadi klub yang sehat dan mandiri secara keuangan. Beda dengan klub-klub lainnya di Serie A yang masih tergantung pada pemerintah setempat.

Era Marotta

Agnelli pun langsung menunjuk Del Neri dan Beppe Marotta sebagai orang yang dipercaya menangani Juventus. Beppe Marotta bertugas sebagai CEO dan direktur olahraga yang mengatur segala transfer pemain. Sedangkan Del Neri menjadi pelatihnya.

Namun musim pertama itu hancur. Bianconeri hanya dibawa mereka pada posisi 7 klasemen. Kebijakan transfer Marotta pun dinilai belum berhasil. Baru kemudian titik balik Juve di bawah Marotta adalah ketika menunjuk Antonio Conte sebagai pelatih di musim 2011/12. Conte dengan Marotta mulai bekerja sama membuat kebijakan transfer yang efektif.

Nah, mereka berdua menjalankan transfer smart dengan cara gratisan atau free transfer. Transfer gratisan pertama mereka adalah ketika Juve mendapatkan Pirlo dari Milan. Pirlo yang dianggap sudah habis masa jayanya di Milan, dilihat Marotta dan Conte masih bisa dimanfaatkan. Terbukti, Pirlo mampu menunjukan sisa-sisa kekuatannya di Turin. Ia langsung menjadi jendral lini tengah Juve.

Pada musim itulah Juve akhirnya kembali merasakan Scudetto setelah enam musim lamanya mereka puasa gelar. Berkaca pada kebijakan transfer gratisan yang berhasil seperti Pirlo, Marotta kembali membawa pilar gratisan lain musim berikutnya. Datanglah Paul Pogba, pemuda dari MU yang melengkapi tangguhnya lini tengah Si Nyonya Tua bersama Pirlo.

Pogba malah membuktikan dirinya sebagai salah satu gelandang muda terbaik di dunia selama di Turin. Dan bahkan kemudian ia dibawa kembali ke Old Trafford dengan memecahkan rekor transfer. Sebuah kebijakan bisnis yang cerdas dari Marotta. Ada juga sebenarnya pemain gratisan yang gagal ketika itu yakni Lucio. Mantan bek Inter itu di Juve lama mendekap cedera dan tak dapat bersaing menggantikan peran trio Barzagli, Chiellini, dan Bonucci.

Di musim 2013/14, Marotta kembali mencari pemain gratisan yang menyesuaikan kebutuhan. Juve yang butuh stok penyerang jangkung akhirnya mendapatkan sosok gratisan bernama Fernando Llorente dari Bilbao. Meskipun umurnya sudah hampir uzur, perannya di lini depan terkadang membantu Juve dalam situasi deadlock. Ia kerap membantu Juventus ketika turun menjadi starter maupun super sub melalui sundulan dan duel-duelnya.

Di musim 2014/15, era Conte berakhir. Allegri masuk dan masih bekerjasama dengan Marotta. Pada musim pertama Allegri, Marotta kembali mendatangkan pemain gratisan, yaitu Kingsley Coman dari PSG. Coman yang tak bisa bersaing di PSG, ditampung Marotta di Juve dan coba dikembangkan.

Alhasil Juventus meraup keuntungan sebesar 19 juta euro (Rp 268 miliar) pada musim 2017/18 atas penjualan Coman ke Bayern Munchen. Seperti diketahui, Bayern mengaktifkan opsi mempermanenkan Coman setelah meminjam Coman selama dua musim terakhir dari musim 2015/16. Sekali lagi, strategi bisnis Marotta berhasil.

Di musim 2015/16, Juve kembali kedatangan pemain top secara gratisan. Ia adalah gelandang Madrid asal Jerman, Sami Khedira. Kehadiran Khedira diharapkan Juve mampu menambal lini tengah sepeninggal Pirlo maupun Vidal. Selain Khedira, di musim itu pula Juve dapat kiper pelapis Buffon yakni Neto dari Fiorentina.

DNA gratisan sepertinya tiada henti menghinggapi Si Nyonya Tua. Rasanya seperti ketagihan. Marotta kembali mendapatkan pemain gratisan lain musim 2016/17 yakni Daniel Alves. Mantan bek Barca ini terbukti masih sangat tangguh di Turin. Ia berhasil menjadi pilar Juve kembali mencapai final Liga Champions di musim itu.

Juve kemudian kedatangan Emre Can. Gelandang Liverpool yang datang ke Turin pada musim 2018/19. Emre secara performa juga tak bagus-bagus amat di Juve. Ia lebih sering mendekap cedera. Emre Can yang digadang gadang sebagai Wonderkid itu kemudian malah dipinjamkan ke Dortmund pada musim 2019/20.

Era Paratici

Setelah era Marotta berakhir pada 2018, anak buahnya, Fabio Paratici yang menjadi penggantinya. Paratici ditunjuk Agnelli meneruskan apa yang sudah dihasilkan Marotta selama ini di Juve. Paratici mencoba mengembalikan kebijakan efektif transfer gratisan ala Juve.

Pada musim pertamanya, Paratici langsung gerak cepat dengan membawa tiga pemain sekaligus secara gratisan. Mereka adalah Adrien Rabiot dari PSG, Aaron Ramsey dari Arsenal dan Buffon yang ditarik kembali dari PSG.

Namun, apa yang terjadi? Rabiot maupun Ramsey kemudian menjadi masalah hingga kini di Juve. Pasalnya meskipun gratis, mereka digaji cukup tinggi ketika itu oleh Paratici. Akibatnya struktur gaji Juve pun terganggu. Alih-alih bisa berkontribusi lebih, tapi justru mereka minim kontribusi. Ini merupakan bentuk kelemahan Paratici dibanding Marotta. Ia tak pandai melihat pemain plus bernegosiasi gaji.

Era Cherubini

Era Paratici pun berakhir singkat. Setelah ia memilih tak bertanggung jawab atas keadaan Juventus. Ia malah hijrah ke Spurs. Kini posisinya digantikan oleh Cherubini. Di bawah Cherubini, Juventus nampaknya kembali tak kehilangan marwah DNA gratisannya. Juve di musim pertama bersama Cherubini langsung membawa pemain gratisan yakni Locatelli dari Sassuolo. Pemain yang bersinar di Piala Eropa 2020 bersama timnas Italia itu dibawa ke Turin dengan opsi dipermanenkan pada 2023 mendatang.

Dan baru-baru ini, Juve sudah kedatangan para pemain top lagi dengan cara gratisan. Paul Pogba akhirnya kembali lagi ke Juve. Ia ditemani oleh Angel Di Maria yang datang dari PSG. Dua pemain berpengalaman ini perlu ditunggu aksinya. Akankah mereka berhasil seperti pendahulu-pendahulunya? Dan ini juga sekaligus penilaian terhadap kerja Cherubini. Apakah perekrutannya efektif atau tidak.

Yang jelas dari era Marotta, Paratici hingga kini Cherubini, DNA gratisan Juventus tak memudar. Seakan DNA itu sudah menjadi trademark mereka. Yang membedakan mungkin dari segi hasil. Ada yang berhasil perform, ada juga yang tidak. Ada yang menguntungkan secara bisnis, ada juga yang merugikan.

https://youtu.be/N344SKxm12M

Sumber Referensi : planetfootball, fourfourtwo, talksport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru