Banyak cara bagi sebuah klub untuk memberikan penghormatan kepada para legendanya. Dari mulai mempensiunkan nomor punggungnya, memberikan posisi di dalam manajemen klub, atau bahkan mengabadikannya menjadi nama sang legenda menjadi nama kamp latihan seperti yang dilakukan Lille pada Eden Hazard baru-baru ini.
Namun, beberapa klub merasa penghargaan itu terlalu nanggung. Klub-klub tertentu lebih senang memberikan penghargaan tertinggi dengan mengabadikan nama sang legenda menjadi nama sebuah stadion yang dijadikan markas mereka. Kira-kira, siapa saja pemain legenda yang mendapat kehormatan tersebut?
Sebelum kita spill satu per satu, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Santiago Bernabéu
Yang pertama tentu saja Santiago Bernabeu yang menjadi nama stadion milik Real Madrid. Jika kalian berpikir bahwa nama tersebut adalah nama seorang pahlawan atau salah satu putra mahkota Kerajaan Spanyol, anggapan tersebut salah kaprah. Bagi sebagian Gen Z, mungkin itu terlihat wajar karena mereka lebih akrab dengan Alfredo Di Stefano ketimbang Santiago Bernabeu.
Padahal, Bernabeu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kelangsungan klub. Dirinya adalah mantan pemain, manajer dan presiden Real Madrid. Dia adalah salah satu orang paling penting dalam sejarah klub. Real Madrid tidak akan menjadi Real Madrid seperti sekarang ini tanpa Santiago Bernabeu.
Pasca Perang Dunia II dan perang saudara di Spanyol, Bernabeu yang sudah pensiun pun mencoba untuk tetap berkontribusi untuk Madrid. Akhirnya ia mendapatkan tempat di jajaran manajemen klub. Selama kepemimpinannya, Madrid perlahan namun pasti menjadi klub yang sukses baik di Spanyol dan Eropa.
Jiwa raga Bernabeu hanya untuk Madrid. Ia bahkan menjabat sebagai presiden klub hingga hari kematiannya pada tahun 1978. Maka dari itu, para petinggi klub menjadikan namanya sebagai nama stadion untuk menghormati jasa-jasanya.
Johan Cruyff
Dianggap sebagai salah satu pemain terbaik di Belanda bahkan dunia, Johan Cruyff telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan dunia sepakbola. Tiga Ballon d’Or dan tiga gelar Liga Champions jadi contoh kecil prestasi Johan Cruyff selama berkarir sebagai pesepakbola profesional.
Johan Cruyff memulai karir sebagai pemain dan manajerialnya bersama klub kesayangannya, Ajax Amsterdam. Baru kemudian berlanjut di Barcelona di mana dirinya mulai ikut menyusun metode pengembangan pemain muda di La Masia. Cruyff menanamkan ideologi-ideologi sepakbolanya pada Barca.
Meski pada akhirnya Cruyff tidak hanya berjasa bagi Ajax, raksasa Eredivisie itu tetap menganggap dirinya sebagai seorang legenda sejati. Ajax barangkali tak akan sebesar sekarang jika tak memiliki pemain sepertinya. Alhasil, pada 25 April 2017, tepat satu tahun setelah Cruyff meninggal, Ajax mengumumkan bahwa Amsterdam Arena telah berganti nama menjadi Johan Cruyff Arena untuk mengenang nama besarnya.
Ferenc Puskás
Selain diabadikan menjadi nama penghargaan gol terbaik, Ferenc Puskas juga mendapat kehormatan untuk diabadikan sebagai nama stadion di negara asalnya, Hungaria. Ferenc Puskas merupakan legenda hidup sepakbola Hungaria yang memiliki catatan besar bersama Negara maupun klub yang dibela.
Bersama Hungaria, ia sudah membukukan 83 gol dan 84 laga di lintas kompetisi. Catatan terbesarnya yakni hantarkan Hungaria menjadi runner up Piala Dunia 1954. Sementara di level klub, Puskas sempat berseragam Budapest Honved dan Real Madrid. Berbagai gelar pun telah dimenangkannya. Terutama saat masih membela Los Blancos, dimana tiga gelar Liga Champions berhasil ia raih.
Jasa besar Puskas untuk urusan sepakbola pun diapresiasi oleh Hungaria. Negaranya itu begitu bersyukur memiliki Puskas. Keberadaannya telah mengharumkan nama bangsa. Puncaknya, pada tahun 2019 Puskas Arena diresmikan guna menggantikan Ferenc Puskas Stadium yang sudah dihancurkan pada 2016. Stadion ini tak ubahnya Wembley bagi masyarakat Hungaria
Diego Maradona
Kurang afdol apabila kita tak memunculkan nama Diego Armando Maradona dalam daftar ini. Pemain yang terkenal karena skill individu dan gol tangan tuhannya itu telah berkontribusi banyak bagi sepakbola dunia. Saking melegendanya, bukan cuma satu stadion saja yang bernamakan dirinya, melainkan dua stadion. Satu di Argentina, dan satunya lagi di Italia.
Yang di Argentina bernama Estadio Diego Armando Maradona. Stadion ini merupakan kepunyaan dari klub lokal bernama Argentinos Juniors. Awalnya, stadion ini bernama Estadio Argentinos Juniors. Namun, stadion ini dibangun kembali secara eksklusif pada tahun 2003 dan dinamai sesuai dengan nama Diego Maradona untuk mengenang debut profesionalnya bersama Argentinos Junior pada tahun 1976.
Stadion kedua yang menggunakan nama Maradona adalah stadion milik Napoli. Sama seperti Argentinos Juniors, Napoli juga mengganti nama stadion yang awalnya San Paolo menjadi Stadio Diego Armando Maradona. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada Maradona yang telah membawa kesuksesan kepada Il Partenopei. Pergantian nama dilakukan sesaat setelah dirinya meninggal pada 25 November 2020 lalu.
Garrincha
Sepakbola Brazil juga punya legenda yang mendapat keistimewaan namanya diabadikan menjadi nama stadion. Mungkin, beberapa dari kalian beranggapan pemain itu adalah Pele, karena dirinya adalah seorang legenda dan prestasinya sudah tak diragukan lagi. Tapi, kali ini anggapan kalian salah besar. Bukan Pele, bukan pula Ronaldo Nazario.
Dalam daftar ini, pemain Brazil yang namanya dijadikan nama stadion adalah Garrincha. Pemain yang memiliki julukan Si burung kecil mampu menyuguhkan aksi gemilang meski kondisi kakinya agak lumayan berbeda dibanding pesepakbola kebanyakan. Ia sempat membantu Selecao menjuarai Piala Dunia 1958 dan 1964.
Berkat sumbansihnya itu, Garrincha akhirnya mendapat penghargaan oleh pemerintah setempat. Stadion terbesar kedua di Brazil, Stadion Nasional Brasilia akhirnya berganti nama sebagai Mané Garrincha Stadium pada tahun 1980-an. Kini, stadion Garrincha berkapasitas 69 ribu dan digunakan oleh beberapa tim lokal serta Timnas Brazil dalam berbagai ajang.
Giuseppe Meazza
Yang terakhir adalah Giuseppe Meazza. Ya, kalian yang mengira bahwa Giuseppe Meazza adalah nama seorang perdana menteri atau walikota Milan, kalian salah kaprah. Meazza merupakan pemain yang pernah membela dua klub besar Kota Milan, AC dan Inter. Namun, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Meazza lebih identik sebagai legenda Inter, bukan Milan.
Meazza lebih kuat diasosiasikan dengan Inter ketika antarkan tim mendulang tiga gelar Serie A pada medio 30an. Tak cuma itu, di level tim nasional, nama Giuseppe Meazza tercatat pernah membantu Timnas Italia back to back juara Piala Dunia pada edisi 1934 dan 1938 silam.
Maka dari itu, Internazionale menjadikan nama Meazza sebagai nama stadion dimana mereka bermarkas, yakni San Siro. Namun, karena stadion itu juga kandang dari AC Milan, maka stadion tersebut akhirnya memiliki dua nama. Jika yang bermain Inter Milan, maka yang dipakai nama Giuseppe Meazza. Tapi, kalau Milan yang pakai, mereka lebih senang menyebutnya dengan San Siro. Ribet juga ya.
Bagaimana di Indonesia?
Lantas, apakah kebiasaan untuk memberikan penghargaan ini hanya ada di sepakbola luar negeri saja? Tidak juga. Di Indonesia pun ada, tapi sedikit sekali. Itu karena dalam budaya sepakbola Indonesia, kita lebih gemar menggunakan nama pahlawan atau nama kota dimana stadion itu berdiri.
Salah satu contohnya adalah Stadion Kamal Junaidi di Jepara. Kamal merupakan pemain Persijap Jepara 60-an. Dirinya merupakan putra daerah asli Jepara. Dirinya meninggal pada tahun 1973 karena tersambar petir di salah satu stadion di Salatiga. Berkat perjuangan dan jasa-jasanya terhadap Persijap, pemerintah Kota Ukir akhirnya mengabadikan namanya menjadi nama stadion.
Kini, Stadion Kamal Junaidi jadi lokasi serba guna. Bisa untuk acara sepakbola, musik, bahkan kampanye sebuah partai. Kira-kira, selain Stadion Kamal Junaidi, stadion mana lagi ya yang menggunakan nama legenda sepakbola Indonesia?
https://youtu.be/bCJYq-L55uw
Sumber: VIVA, Goal, Stadium Guide, Bola