Demi Cuan! Ide-Ide Gila Ini Muncul dalam Sepakbola

spot_img

Sepakbola di era modern bukan hanya sebuah olahraga, melainkan juga industri. Maka sebagaimana industri pada umumnya, akan tetap ada kepentingan di balik gemerlap sepakbola. Ide-ide gila kadangkala muncul. Mulai dari aturan, model, maupun format kompetisi.

Karena sepakbola adalah industri, maka ide-ide yang muncul pun tak jauh-jauh dari uang. Ya benar sekali. Belakangan ini muncul ide-ide gila di dunia sepakbola yang sengaja dimunculkan demi cuan. Apa saja ide-ide tersebut? Apakah ide-ide tersebut lahir hanya untuk keuntungan semata? Nah, berikut ini adalah ide-ide gila yang muncul dalam sepakbola.

Format Baru Piala Super Eropa

Piala Super Eropa awalnya diselenggarakan pada tahun 1973. Ajang ini digagas oleh Anton Witkamp seorang wartawan berkembangsaan Belanda. Kompetisi itu mempertemukan juara Piala Champions (sekarang Liga Champions) dan Piala Winners (sekarang Liga Eropa) untuk menentukan klub terbaik Eropa.

Si pencetus kompetisi itu, Witkamp ingin kompetisi Piala Super Eropa tidak hanya untuk uang. Melainkan untuk mengejar status yang terbaik di Eropa. Dari sini, Witkamp mencetuskan Piala Super Eropa memang bukan karena fulus belaka. Namun, belakangan ini mencuat kabar bahwa UEFA akan menerapkan format baru untuk Piala Super Eropa.

UEFA memiliki ide untuk tidak hanya juara Liga Champions dan Europa League saja yang bertarung di Piala Super Eropa, formatnya nanti akan diubah menjadi sistem turnamen yang diisi oleh 4 peserta. Yakni Juara Liga Champions, jawara Europa League, kampiun UEFA Conference League, dan yang aneh, kehadiran pemenang Major League Soccer (MLS) atau Liga Amerika. Lho kok, judulnya Piala Super Eropa ada peserta dari Amerika?

Ya, itulah yang masih tak habis pikir tentang ide baru tersebut. UEFA dalam hal ini beralasan ingin menjangkau pasar baru. Melalui tambahan tim dari MLS, ada kemungkinan beberapa pertandingan Piala Super Eropa akan dimainkan di Amerika.

Mengapa harus Amerika? Menurut UEFA, Amerika dianggap sebagai pasar utama yang bisa mengembangkan sepak bola Eropa. Teori ini didukung oleh fakta bahwa perjanjian hak siar TV AS yang berbahasa Inggris, mengalami peningkatan 15 persen dari perjanjian sebelumnya.

UEFA di sini jelas menyebutkan tujuan sebenarnya dari ide baru ini. Ya, murni untuk meningkatkan pendapatan. Baik bagi sepak bola Eropa sendiri maupun bagi klub yang berpartisipasi. Sebab, dengan memperluas pasar, ada keuntungan signifikan yang bisa diperoleh pihak UEFA.

Pertandingan All Star Liga Inggris

Ide gila format baru di luar Piala Super Eropa juga baru-baru ini lahir di dataran Inggris. Pemilik baru Chelsea, Todd Boehly melontarkan ide baru yang seakan mengajarkan cara Liga Inggris mengeruk cuan tambahan.

Salah satunya lewat ajang Premier League All-Star. Boehly, yang memang warga Amerika, seolah ingin membawa cara berbisnis dalam hal olahraga ala Amerika untuk diterapkan di tanah Inggris. Hal tersebut dilontarkannya dalam forum SALT Conference di New York.

“Saya harap Premier League mengambil sedikit pelajaran dari olahraga Amerika dan benar-benar mulai mencari tahu, kenapa tidak menggelar pertandingan All-Star saja seperti di Amerika Serikat?” Pancing Boehly.

Partai All-Star yang maksud Boehly itu nantinya akan mempertemukan antara pemain terbaik dari tim-tim dari Utara dan Selatan Inggris. Boehly juga menambahkan bahwa dengan itu, Premier League juga dapat menghasilkan dana tambahan secara singkat dan mudah. Seperti contoh di pertandingan Baseball, MLB All-Star, yang tahun ini bisa membukukan 200 juta dolar AS (Rp 3 triliun), itu pun hanya di hari Senin dan Selasa saja.

Tampaknya Boehly menganggap Premier League itu bisa dibikin seperti Kejuaraan top di AS seperti NFL (American Football), MLB (Baseball), atau NBA (Basketball) yang bisa menyelenggarakan pertandingan All-Star setiap tahunnya. Namun, tentu ide itu adalah ide yang sangat gila.

Apalagi iklim olahraga di Amerika dan Eropa sangatlah berbeda. Kompetisi di Amerika memiliki libur kompetisi yang cukup lama. Sementara, hal itu tidak terjadi di Eropa. Jadwal pertandingan di Eropa sangatlah padat. Tidak hanya kompetisi antarklub seperti Liga Champions dan liga-liga domestik, tapi ada pula kompetisi antarnegara seperti UEFA Nations League.

Gagasan Todd Boehly mungkin terdengar revolusioner untuk mendulang banyak keuntungan sebagaimana bisnis di Amerika. Namun, hal itu sepertinya dianggap konyol oleh para pelaku sepakbola di kompetisi Liga Inggris. Manajer Liverpool, Jurgen Klopp sudah lebih dulu terang-terangan menolak ide konyol Boehly.

“Kalau dia (Todd Boehly) sudah menemukan jadwal di antara jadwal yang padat ini, dia bisa langsung hubungi saya. Apakah dia juga akan mengajak Harlem Globetrotters (Tim bola basket yang menggabungkan olahraga dan komedi) tampil dalam turnamen ini juga?” Sindir Klopp.

Format Multi Club Ownership

Di sela-sela forum SALT Conference di New York, Boehly juga berbicara mengenai sistem Multi Club Ownership (MCO). Sistem itu juga diyakini sudah menjamur di dunia sepakbola sekarang. Apalagi sistem MCO sangat mungkin mendatangkan banyak cuan bagi pebisnis sepakbola.

Buat yang belum tahu, Multi Club Ownership (MCO) itu adalah sebuah sistem di mana korporasi yang memiliki satu klub bisa mengepakkan sayapnya dengan cara mengakuisisi klub lain. Akuisisinya pun tak terbatas. Bisa dalam satu negara maupun berbeda negara.

Hal itu memang tak asing di dunia bisnis sepakbola. Banyak juga yang sudah sukses melakukannya seperti City Football Group maupun Red Bull Group. Boehly dalam forum itu mengamini sistem MCO dan bahkan mengajak seluruh pebisnis untuk berlomba-lomba melakukan pengelolaan klub model MCO.

Lebih lanjut, Boehly sendiri punya keinginan untuk mengepakan sayapnya di klub selain Chelsea. Hal yang sudah pernah ia lakukan di Amerika Serikat. Todd Boehly diketahui memiliki saham di klub bola basket LA Lakers dan juga klub Baseball-nya sendiri LA Dodgers.

Kita tahu para taipan yang merambah bisnis di tanah Inggris sekarang ini seperti Matthew Benham pemilik Brentford juga memiliki FC Midtjylland. Pemilik Brighton, Tony Bloom juga memiliki Royale Saint Gilloise. Ada juga pemilik West Ham, Daniel Kretinsky yang juga pemilik Sparta Prague. Begitupun pemilik Nottingham Forest, Evangelos Marinakis yang juga pemilik Olympiakos.

Apa pun itu bentuknya, singkatnya tujuan Multi Club Ownership (MCO) adalah satu, yakni memperluas bisnis dan mengeruk cuan sebanyak mungkin. Meski begitu, tak dipungkiri sistem MCO ini bisa juga bertujuan untuk mendapatkan pemain bertalenta tanpa harus mengeluarkan biaya lebih untuk pemandu bakat. Sebagai contoh, para bakat bagus dari Salzburg lebih mudah langsung pindah ke Leipzig karena satu kepemilikan, seperti yang terjadi pada Benjamin Sesko.

Nah, dari ide seperti Piala Super Eropa maupun All Star Premier League ini, bukan tidak mungkin salah satunya akan terealisasi di masa yang akan datang. Bahkan ide-ide lainnya pun tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak terlontar ke depannya seiring berkembangnya industri sepakbola yang makin kompleks.

Sumber Referensi : thethletic, theathletic, theguardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru