Datang, Cetak Gol, dan Juara Seperti Jens Raven

spot_img

Dony Tri Pamungkas dinobatkan sebagai pemain terbaik di Piala AFF U-19 kemarin. Punggawa Persija Jakarta tersebut mengaku tak menyangka jika pada akhirnya dirinya yang terpilih untuk mendapat penghargaan itu. Tapi, bukan Dony saja yang berpikiran seperti itu. Karena kebanyakan fans Indonesia pun berpikir demikian.

Beberapa dari mereka menilai bahwa Jens Raven lebih layak mendapatkan gelar itu. Bukan bermaksud membandingkan, tapi perjuangan dari penyerang Dordrecht U-21 itu dinilai lebih heroik daripada Dony. Karena sebelumnya, Raven selalu dikritik dan diremehkan oleh publik. Sebelum akhirnya bisa membuktikan diri.

Lantas, bagaimana Raven menapaki perjalanan panjang itu? 

Tidak Sengaja

Sebelum akhirnya dinaturalisasi dan menjadi andalan di lini depan Timnas Indonesia U-19, penyerang kelahiran Belanda itu memiliki cerita menarik. Bakat dan talentanya ternyata ditemukan secara tidak sengaja. Itu terjadi saat Shin Tae-yong dan beberapa rekannya, termasuk Fardy Bachdim blusukan ke Belanda pada awal Maret lalu.

Saat itu, tujuan Shin Tae-yong ingin menengok salah satu anak asuhnya, Rafael Struick yang sedang melakoni pertandingan bersama ADO Den Haag. Tujuannya hanya ingin bersilaturahmi, tak lebih. Karena beberapa hari sebelumnya, ia sudah berkeliling Belanda untuk mencari pemain keturunan. Salah satunya adalah Calvin Verdonk.

Saat itu, ADO Den Haag U-21 sedang menghadapi FC Dordrecht U-21, timnya Jens Raven. Pertandingan itu berakhir dengan skor 2-2. Salah satu gol Den Haag dicetak oleh El Klemer. Sekali lagi, dirinya membuat Shin Tae-yong merasa puas dengan kinerjanya di lapangan.

Seusai pertandingan, Jens Raven yang juga ambil bagian dalam pertandingan itu menghampiri rombongan Shin Tae-yong. Awalnya, Raven hanya ingin menyapa Fardy yang kebetulan adalah agennya. Tapi, ternyata Fardy melakukan hal yang lebih dari sekadar menyapa balik. Kakak dari Irfan Bachdim itu mengatakan pada Coach Shin bahwa Raven juga memiliki keturunan Yogyakarta dari neneknya. 

Peran Fardy Bachdim 

Raven pun membenarkan pernyataan itu. Dikutip dari Kumparan, pemain berusia 18 tahun itu bahkan secara langsung menyampaikan kepada Shin Tae-yong bahwa dirinya bersedia membela Timnas Indonesia suatu saat nanti. Tapi, saat itu belum ada tindak lanjut dari Federasi Sepakbola Indonesia.

Raven tidak keberatan jika Shin Tae-yong akan memainkannya di tim nasional kelompok umur terlebih dahulu. Itu karena dirinya sadar akan usianya yang masih sangat muda. Semenjak pertemuan singkatnya dengan Shin Tae-yong, hati Raven mulai tidak tenang. Setiap hari, keyakinan untuk membela Timnas Indonesia semakin besar.

Alhasil, dirinya meminta tolong Fardy Bachdim untuk mencari tahu, apakah ada kemungkinan bagi dirinya untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Fardy yang mendengar itu cukup terkejut. Karena usia Raven masih sangat muda. Kesempatan untuk bisa membela Timnas Belanda tentunya masih terbuka lebar. Tapi apa boleh buat, toh tugas Fardy memang membuat klien puas. 

Ternyata, PSSI memang terbuka untuk proyek naturalisasi di semua jenjang usia. Mereka ingin memperbanyak pemain-pemain diaspora yang memiliki pengalaman di luar negeri, terutama Eropa. Mendengar hal itu, Fardy Bachdim pun bergerak cepat untuk menjadi jembatan antara Jens Raven dan PSSI.

Dinaturalisasi

Dibantu Fardy Bachdim, Jens Raven pun segera mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk proses naturalisasi. Sambil mengumpulkan berkas, Raven juga mempelajari bahasa dan budaya Indonesia. Kita pasti masih ingat ketika Raven menghafal beberapa lagu Indonesia dan butir-butir Pancasila.

Persyaratan pun telah diterima oleh PSSI. Itu ditandai dengan munculnya foto Raven dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Raven pun diproses bersamaan dengan Calvin Verdonk. Menurut Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo proses kali ini akan diperlakukan secara spesial. Prosesnya akan dipercepat, mengingat Verdonk akan dibawa Shin Tae-yong ke laga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Perkataan Dito terbukti benar. Raven sudah bisa mengambil sumpah WNI pada tanggal 27 Juni kemarin. Padahal pertemuan pertama antara Raven dan PSSI baru terjadi pada 30 April. Itu berarti hanya butuh sekitar dua bulan lebih sedikit untuk merampungkan proses naturalisasi Jens Raven.

Diremehkan

Di sela-sela proses naturalisasi, Raven sebetulnya sudah lebih dulu dipanggil oleh Indra Sjafri untuk membela Timnas Indonesia U-20 yang berlaga di Toulon Cup pada awal Juni 2024. Turnamen Toulon adalah turnamen sepak bola yang umumnya mengundang tim nasional dengan pemain muda pada tingkatan U-17 hingga U-23.

Di turnamen yang diadakan di Prancis itu, Indonesia bertemu dengan negara-negara top lain macam Jepang, Korea Selatan, Ukraina, Panama, dan Italia. Raven setidaknya tampil di empat kali dari total lima laga yang dimainkan Timnas Indonesia. Sayangnya, di kompetisi tersebut, Indonesia U-20 gagal total. Raven gagal menghadirkan kemenangan bagi Indonesia.

Selain gagal menghadirkan kemenangan, Raven juga belum mampu menyumbangkan gol bagi Indonesia. Menit bermainnya pun kurang maksimal. Dari empat laga, dua diantaranya dimulai dari bangku cadangan. 

Hal ini sempat membuat ekspektasi kepada Raven menurun. Masyarakat Indonesia mulai meragukan kapasitas dari pemain yang baru berusia 18 tahun itu. Bahkan, saat itu Mauresmo Hinoke yang memiliki daya jelajah tinggi dan mampu mencetak satu gol dinilai jauh lebih menarik ketimbang Raven.

Dimatangkan Indra Sjafri

Perspektif buruk tidak menghentikan Jens Raven untuk terus berjuang demi lambang garuda di dada. Ibarat orang jawa, Raven ini udah kebacut tresno sama Indonesia. Dirinya tidak begitu mempedulikan kritik dan anggapan miring tentangnya. Awal yang buruk bukan akhir dari segalanya. Raven sadar bahwa ini adalah bagian dari proses menuju mimpinya.

Hal yang sama juga diamini oleh Coach Indra. Meski Raven dinilai gagal total di Toulon Cup, itu tidak mempengaruhi keputusannya untuk tetap membawa Raven ke Piala AFF U-19. Raven yang sudah mengantongi status WNI dinilai memenuhi syarat untuk mengisi pos lini serang Garuda Muda.

Namun, Raven mengawali kompetisi dengan tidak mudah. Di awal turnamen, pemain yang telah mengantongi lisensi kepelatihan UEFA Youth B itu harus lebih dahulu duduk di bangku cadangan. Raven dicadangkan di laga pembuka kontra Filipina dan Kamboja. Tercatat, dua kali hanya masuk sebagai pemain pengganti.

Meski hanya sebagai pemain pengganti, kontribusi Raven mulai terlihat. Coach Indra meminta Raven untuk tidak beredar di area kotak penalti saja. Ia dituntut untuk banyak turun ke belakang untuk menjemput bola dan lebih terlibat dengan build up serangan. Alhasil, Raven bisa menyumbangkan satu gol dalam kemenangan 6-0 atas Filipina.

Cetak Gol dan Juara

Jens Raven baru mendapat 100% kepercayaan Indra Sjafri di laga ketiga fase grup melawan Timor Leste. Dilansir Bola.com, ternyata itu memang sudah jadi rencana Coach Indra. Dua pertandingan sebelumnya cuma pemanasan bagi Raven. Dan itu dinilai cukup. Diberi kepercayaan bermain sejak menit awal, Raven langsung membuktikan diri.

Raven menjelma jadi mesin gol dan mencetak dua gol dalam kemenangan 6-2 atas sepupu jauh Indonesia itu. Di semifinal saat melawan Malaysia, Raven juga dimainkan sejak menit awal, sayangnya tidak ada sebiji gol pun yang lahir dari kakinya. Meski begitu, Indonesia tetap lolos ke final berkat gol semata wayang Muhammad Alfharezzi Buffon.

Melawan Thailand di final, Jens Raven tampil sebagai pembeda melalui golnya di babak pertama. Tak ada gol balasan dari Thailand di babak kedua, Raven pun akhirnya membawa Indonesia untuk kembali meraih gelar juara Piala AFF U-19 setelah terakhir kali pada tahun 2013 silam. Performa di AFF U-19 telah menunjukan bahwa Jens Raven telah berkembang dan matang di waktu yang tepat. Layaknya buah yang siap dipetik.

Sumber: Suara.com, CNN, Bola, RCTi

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru