Cuma Pelatih Pecatan, Thiago Motta Malah Bawa Bologna Tampil di UCL

spot_img

Sebuah klub di daerah Emilia Romagna Italia sedang berbahagia. Bologna secara mengejutkan musim depan akan tampil di Liga Champions. Nggak ada yang nyangka, nantinya stadion bersejarah milik mereka yakni Renato Dall’Ara tengah pekannya akan mengumandangkan anthem sakral khas UCL.

Kesuksesan Rossoblu mencatatkan sejarah tampil di UCL musim depan tak lepas dari pelatih pecatan Genoa, Thiago Motta. Mantan pemain Barcelona yang kerap diremehkan tersebut membangkitkan Bologna dengan segala keterbatasan yang ada. Bagaimana perjuangan Thiago Motta membawa Bologna sukses musim ini?

Sebelum mengetahuinya, alangkah baiknya subscribe dulu dan nyalakan loncengnya agar tak ketinggalan konten dan sajian menarik dari Starting Eleven Story.

Diremehkan

Bologna di Serie A adalah klub medioker. Bertahan di Serie A saja mereka sudah gembira. Target mereka setiap musimnya juga hanya bertahan di Serie A. Syukur-syukur sih bisa nangkring di papan tengah.

Musim ini pun sama. Mereka di bawah arahan Thiago Motta juga punya target bertahan di Serie A. Motta tergolong pelatih baru yang ditunjuk pada tahun 2022 lalu menggantikan Sinisa Mihajlovic yang kondisi kesehatannya saat itu mengkhawatirkan.

Penunjukan Motta menjadi pelatih Rossoblu, awalnya juga banyak diremehkan. Gimana nggak diremehin coba, secara track record Motta ini dianggap kurang berpengalaman, bahkan dicap sebagai pelatih gagal.

Thiago Motta di Genoa dipecat hanya setelah menjalani 10 laga pada musim 2019/20. Lalu saat di Spezia, ia hanya mengantarkan Spezia finish di papan 16 klasemen Serie A musim 2021/22.

Meski Motta banyak diragukan, CEO Bologna, Claudio Fenucci merasa Motta adalah sosok yang cocok untuk membangkitkan Bologna. Hal itu dilihat Fenucci dari cara Motta menyelamatkan Spezia dari jurang degradasi musim 2021/22.

Tantangan Motta

Menggantikan Mihajlovic yang sudah banyak pengaruhnya di Bologna, tak mudah bagi Motta. Namun Motta percaya bahwa ia mampu meneruskan tongkat estafet dari pelatih asal Serbia tersebut.

Saat di Bologna, Motta tak jarang mengalami beberapa rintangan yang terjal. Termasuk musim ini yakni dana yang minim dari klub, serta ditinggal beberapa pemain andalannya. Padahal di awal musim ini, CEO Claudio Fenucci telah menjanjikan untuk memanjakan Motta untuk belanja pemain.

Namun nyatanya, Fenucci mengkhianati janjinya. Dengan alasan menghemat dan untuk mencari keuntungan, Bologna musim ini banyak menjual pemain andalan mereka. Striker andalan Marko Arnautovic kepincut tawaran untuk gabung Inter Milan. Selain itu, gelandang andalan Motta musim lalu, Jordy Schouten juga dilego ke PSV. Pemain yang banyak menciptakan assist musim lalu, Musa Barrow juga dilepas ke klub Al-Taawon.

Sudah banyak ditinggal pemain, namun Motta tak diberikan dana lebih untuk beli pemain. Motta musim ini hanya dibelikan pemain seperti Stefan Posch, Nikola Moro, Jesper Karlsson maupun Dan Ndoye. Bahkan mereka sampai meminjam pemain buangan Atalanta, Remo Freuler dari Nottingham Forest.

Pengalaman Motta

Dengan keterbatasan yang ada, Motta berusaha untuk terus fokus membangun Bologna. Kondusifitas yang diciptakan Motta di dalam maupun luar lapangan, terbukti mampu berdampak signifikan terhadap performa tim. Dalam hal ini ia banyak belajar dari apa yang telah mendiang Mihajlovic lakukan.

Selain itu, permainannya dengan mazhab sepakbola menyerang juga berpengaruh pada tim. Bologna disulap menjadi tim yang banyak menguasai bola musim ini. Konsep permainan Bologna di bawah tangan dingin Motta musim ini adalah membangun serangan dari bawah dengan sirkulasi umpan-umpan pendek. Fleksibilitas juga jadi ciri khas pergerakan setiap pemainnya.

Motta yang memperagakan sepakbola menyerang di Bologna mengaju mendapat inspirasi saat dirinya dulu menimba ilmu di Barcelona. Di sana ia banyak mendapat pengalaman mengenai penguasaan bola dan sepakbola menyerang. Begitupun juga saat Motta belajar di sekolah Coverciano. Dalam tesisnya “The Value of Football” ia banyak bicara pentingnya pemain menguasai permainan dengan taktik, teknik, serta visi yang jelas..

Kunci Permainan Motta

Beberapa pengalaman Motta tersebut, lalu ia tuangkan di lapangan bersama Bologna dengan porsi yang tepat. Dengan sepakbola menyerang yang diyakini, Motta sukses membangun Bologna dengan pondasi format 4-2-3-1.

Titik inti serangan Bologna musim ini terletak dari fluiditas kombinasi trio lini serangnya seperti Orsolini yang sudah ciptakan 9 gol, lalu Lewis Ferguson yang sudah ciptakan 5 gol, serta Joshua Zirkzee yang merupakan top skor sementara mereka musim ini dengan 10 gol.

Zirkzee, musim ini tambah lebih matang dibawah Motta. Motta musim ini memutuskan untuk memberinya peran sentral untuk terlibat lebih banyak dalam membangun serangan. Selain Zirkzee, Motta musim ini juga bisa memanfaatkan potensi pemain seperti Lewis Ferguson, maupun bek sayap baru Stefan Posch.

Pemain yang dipinjam dari Nottingham Forest, Remo Freuler musim ini jadi sosok sentral di lini tengah Bologna. Pemain Swiss tersebut menjadi orang kepercayaan Motta dalam menyeimbangkan lini tengah.

Menjegal Klub Besar

Dengan formula Motta tersebut, musim ini Bologna terbukti sukses tampil memukau. Mereka tak gentar lagi hadapi klub-klub besar. Terbukti klub seperti Roma dan Napoli pernah dikalahkan mereka.

Giallorossi dua kali musim ini telah Motta taklukan. Bahkan satu diantaranya Motta mampu mengalahkan gurunya dulu ketika di Inter, Jose Mourinho. Il Partenopei sebagai juara bertahan pun tak bisa mengalahkan Bologna musim ini. Yang lebih mengesankan lagi adalah, saat Motta menyulitkan mantan klubnya Inter Milan asuhan Simone Inzaghi.

Di pertemuan Oktober 2023 lalu di Giuseppe Meazza, Simone Inzaghi mengaku kalau ia kesulitan mengatasi strategi yang diterapkan Motta. Simone Inzaghi pun akhirnya mengakui kekalahannya atas taktik Motta di Coppa Italia. Ya, musim ini Bologna mengejutkan menghentikan langkah juara bertahan Coppa Italia musim lalu Inter Milan di babak 16 besar. Hebat bukan?

Catatkan Sejarah

Dengan penampilan yang konsisten hingga akhir musim, Motta akhirnya mampu mengukir sejarah. Dengan lima slot kuota UCL bagi Serie A musim depan, Rossoblu kini sudah dipastikan mendapatkan salah satunya.

Tak ada yang menyangka, tim yang awalnya hanya menargetkan finish di papan tengah kini bisa bertengger di lima besar Serie A. Setelah 59 tahun lamanya, akhirnya Rossoblu tampil lagi di UCL. Terakhir kali Bologna tampil di UCL, yakni musim 1964/65. Itupun dulu masih bertajuk Piala Eropa.

Bagi Bologna, kesuksesan mereka menembus kompetisi Eropa musim depan, juga sekaligus mengobati rindu para fans. Pasalnya, terakhir kali mereka tampil di kompetisi Eropa yakni tahun 2002 lalu, tepatnya di Piala Intertoto.

Bagi Thiago Motta, pencapaian ini jadi kebanggaan tersendiri baginya. Ini adalah buah dari usaha kerasnya selama ini. Dengan kecerdasan dan pengalamannya, ia mampu melewati berbagai rintangan. Sebagai tim dengan komposisi yang sederhana, Bologna terbukti bisa disulap jadi kuda hitam baru Serie A. Selamat sekali lagi Motta. Perjuanganmu pantas dan layak untuk dihargai.

Sumber Referensi : cbssport, eurosport, theguardian, medium.com, coachesvoices

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru