Chelsea, Ancelotti, dan Runtuhnya Dominasi Manchester United di Liga Inggris

spot_img

Tak bisa dipungkiri, Manchester United era Sir Alex Ferguson begitu luar biasa di Eropa. Mereka bahkan jadi tim Inggris pertama yang mampu meraih treble winner pada musim 1998/99. Pencapaian luar biasa United bersama Fergie tak cuma itu. Salah satu rekor yang sulit dipecahkan hingga saat ini adalah mencatatkan dua hattrick Liga Inggris.

Salah satunya pada medio 2007 hingga 2009. United sebetulnya hampir meraih gelar keempatnya secara beruntun musim 2009/10. Namun, ambisi tersebut digagalkan oleh tim yang sedang kehilangan jati diri pasca ditinggal oleh pelatihnya.

Tim tersebut tiada lain Chelsea. Setelah ditinggal Jose Mourinho, mereka sulit untuk kembali menjuarai Liga Inggris. Namun, musim 2009/10 jadi titik balik. Setan Merah yang tadinya mendominasi dibuat tak berkutik oleh Chelsea. Itu jadi musim yang luar biasa bagi Chelsea, tapi bagaimana mereka melakukannya? Berikut kisah Chelsea yang meruntuhkan dominasi Manchester United di Liga Inggris.

Dominasi Manchester United

Jika melihat performanya sekarang, Manchester United memang jauh dari gelar juara. Namun, sejarah tak akan pernah bisa bohong. Setan Merah masih jadi tim dengan gelar Liga Inggris terbanyak hingga tahun ini. Tim yang bermarkas di Old Trafford itu mengantongi 20 trofi Premier League dan menyandang status sebagai “King Of England.

Dari banyaknya gelar yang diraih, beberapa diantaranya didapat secara beruntun. Seperti yang sudah disampaikan di awal, United tercatat memiliki rekor hattrick Premier League bukan hanya sekali, tapi dua kali.

Yang pertama dilakukan tahun 90-an. Tidak ada yang bisa melupakan tim Manchester United yang luar biasa pada era tersebut. Kala itu, skuad Sir Alex Ferguson diisi oleh pemain-pemain berbakat seperti David Beckham, Gary Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan masih banyak lagi. Generasi emas ini menghasilkan hattrick Liga Inggris pertama musim 1998/99, 1999/00, dan 2000/01.

Enam tahun kemudian, Setan Merah kembali dihuni oleh pemain-pemain terbaik yang dikumpulkan dari berbagai negara di dunia. Dream team kali ini terdiri dari Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, Park Ji-sung, Wayne Rooney, Luis Nani, Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, hingga Dimitar Berbatov. Mereka mengangkat trofi Premier League selama tiga tahun berturut-turut yakni musim 2006/07, 2007/08, dan 2008/09. 

Nah, di era inilah dominasi Manchester United membuat tim-tim lain terutama Chelsea nelangsa dibuatnya. Klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu hanya kedapatan ampasnya saja.

Chelsea Dapat Ampasnya

Manchester United di era 2007-2009 menjelma jadi tim yang sulit untuk dikalahkan. Di Premier League, mereka tidak pernah mengunci gelar liga dengan kurang dari 87 poin. Musim 2006/07, United mengakhiri kompetisi dengan raihan 89 poin mengungguli Chelsea yang hanya finis di urutan kedua dengan perolehan 83 poin. 

Lalu, di musim 2007/08 Setan Merah kembali meraih gelar juara Liga Inggris setelah finis di urutan pertama dengan 87 poin. Chelsea lagi-lagi jadi runner-up di musim ini dengan raihan 85 poin. Penderitaan Chelsea tak berhenti di situ saja. Di musim yang sama, United menambahkan trofi Liga Champions ke lemari trofinya. 

Tebak, siapa yang dikalahkan MU di laga final? Siapa lagi kalau bukan Chelsea. Bertemu di laga final, The Blues kalah melalui babak adu penalti. Dinginnya Luzhniki Stadium yang diguyur hujan deras mengiringi kegagalan skuad asuhan Avram Grant.

Kemudian, pada musim 2008/09, Manchester United kembali menjuarai Premier League dengan mengumpulkan 90 poin. Kali ini yang menghuni urutan kedua bukan Chelsea, melainkan Liverpool yang memperoleh 86 poin. Sedangkan The Blues berada di urutan ketiga dengan mengumpulkan 83 poin.

Dalam tiga musim tersebut, Chelsea berganti pelatih sebanyak tiga kali dan mendatangkan banyak pemain bintang demi menandingi United. Tapi upaya yang tak murah itu ternyata tak membuahkan hasil. United tetap saja mendominasi sepakbola Inggris.

Mendatangkan Carlo Ancelotti

Tak terima dipecundangi Manchester United selama tiga musim berturut-turut, Roman Abramovich merombak tim. Guus Hiddink yang ditunjuk sebagai manajer interim pun akhirnya tak diberikan kontrak baru. Chelsea memilih untuk menunjuk pelatih yang lebih menjanjikan. Beberapa opsi sempat muncul ke permukaan. Tapi, Carlo Ancelotti jadi yang paling cocok.

Setelah sepakat untuk berpisah dengan AC Milan, pada Juli 2009 Ancelotti resmi bertugas sebagai pelatih baru Chelsea. Menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun, pelatih asal Italia itu mengemban tugas berat. Target yang dipatok Chelsea sangat tinggi. Mereka ingin Ancelotti mengembalikan kejayaan klub yang mulai luntur.

The Blues menilai mantan pelatih Paris Saint-Germain itu sebagai sosok yang tepat untuk menangani kondisi klub yang sedang hilang arah. “Carlo adalah kandidat yang luar biasa. Dia telah membuktikan diri dalam periode yang lama dan sudah sukses merebut gelar juara domestik dan Eropa bersama AC Milan,” demikian pernyataan resmi klub kala itu.

Ancelotti memang bukan pelatih kaleng-kaleng. Di Milan, ia telah memenangkan segalanya. Meraih scudetto, memenangkan Coppa Italia, hingga dua kali menggondol Si Kuping Besar.

Bergabung dengan klub kaya raya seperti Chelsea, Ancelotti diberikan kebebasan untuk menghabiskan uang Roman Abramovich. Pengusaha asal Rusia itu tak sungkan untuk kembali menggelontorkan banyak uang apabila itu diperlukan. 

Namun, respons Don Carlo di luar dugaan. Pergerakan transfer Carletto justru minim. Pelatih asal Italia itu hanya mendatangkan beberapa pemain sesuai kebutuhan. Karena menurutnya, skuad Chelsea sepeninggalan Guus Hiddink sudah lebih dari cukup. 

Dengan skuad seperti ini, seharusnya Chelsea bisa meraih banyak gelar. Itu tak berlebihan, mengingat pemain-pemain hebat seperti John Terry, Ricardo Carvalho, Michael Essien, Frank Lampard, hingga Didier Drogba masih berseragam Chelsea kala itu. Dengan sedikit perbaikan, Ancelotti berani menjamin gelar di akhir musim 2009/10.

Community Shield

Pria sejati itu bisa dipegang kata-katanya. Dan Carlo Ancelotti pun membuktikan bahwa pria sejati itu adalah dirinya. Di saat Manchester United mengincar gelar keempatnya secara beruntun, Chelsea asuhan Ancelotti berusaha merusak momentum itu. Mereka bahkan sudah menunjukan kekuatannya sejak peluit kick off Liga Inggris belum dibunyikan.

Momen tersebut terjadi di perebutan gelar Community Shield tahun 2009. Chelsea yang sebelumnya meraih gelar FA Cup musim 2008/09 berhak menantang United selaku juara bertahan Liga Inggris. United datang tanpa Edwin Van Der Sar lantaran cedera tangan. Momentum ini pun dimanfaatkan oleh Chelsea.

Meski tanpa Van Der Sar, United tak bisa dikalahkan dengan mudah. Laga yang dimainkan di Wembley Stadium pun berjalan alot. Jual beli serangan tersaji. Bahkan kedua tim tak segan untuk melepaskan tekel keras satu sama lain.

Laga berakhir dengan skor 2-2. Meski sempat tertinggal oleh gol Luis Nani, Chelsea sebetulnya sempat membalikan kedudukan melalui gol Ricardo Carvalho dan Frank Lampard di babak kedua. Sialnya, gol Wayne Rooney yang berbau offside di menit 90+1 memaksa laga harus berlanjut ke babak adu penalti.

Petr Cech tampil gemilang di babak tos-tosan. Dua dari tiga tembakan pemain Manchester United berhasil dimentahkan oleh kiper asal Republik Ceko tersebut. Alhasil Chelsea keluar sebagai kampiun Community Shield 2009 setelah mengalahkan MU dengan skor akhir 4-1.

Dua Kali Kalahkan Manchester United

Carlo Ancelotti memang sudah menepati janjinya untuk menghadirkan gelar untuk Chelsea. Tapi Community Shield hanya dianggap piringan biasa bagi Abramovich. Pria berpaspor Russia itu menginginkan gelar Liga Inggris dan menghentikan dominasi Manchester United.

“Oke jika itu maumu,” batin Ancelotti. Usai mengantongi trofi Community Shield, Chelsea memulai musim 2009/10 dengan percaya diri. The Blues langsung tancap gas dengan menyapu bersih lima laga awal dengan kemenangan. Dengan mengumpulkan poin sempurna, Chelsea langsung memuncaki klasemen di pekan kelima.

Chelsea hanya menelan dua kekalahan sebelum akhirnya menantang Manchester United di pekan ke-12. Jika menang, United sebetulnya bisa merebut kembali tahta puncak klasemen Liga Inggris. Namun, tak semudah itu. Chelsea tak mau lagi memberikan jalan mudah bagi MU untuk menjuarai Liga Inggris.

Meski bermain di Stamford Bridge, Chelsea tetap bermain hati-hati. Mereka tak mau salah mengambil langkah melawan sang juara bertahan. Laga memang berjalan ketat, tapi cenderung membosankan karena gol tak kunjung tercipta. Mengakhiri babak pertama dengan skor kacamata, gol Chelsea baru tercipta di menit 76. Bukan Didier Drogba atau Nicolas Anelka, melainkan John Terry yang memecah kebuntuan. 

Memanfaatkan free kick dari Frank Lampard, Terry membelokan arah tembakan. Gol tersebut jadi satu-satunya gol yang tercipta. Manchester United tak kuasa membalas hingga peluit panjang dibunyikan. Kemenangan ini penting bagi Chelsea. Dengan begitu, puncak klasemen tetap jadi milik mereka.

Tak cuma sekali, Chelsea kembali meredam perlawanan Manchester United di pertemuan kedua pada pekan ke-33. Pekan ini sangat krusial karena sebelumnya Chelsea sempat tergusur dari puncak klasemen karena ditahan imbang oleh Blackburn Rovers yang kala itu masih ditukangi Big Sam

Bermain di Old Trafford harusnya jadi momentum United untuk mengamankan puncak klasemen Liga Inggris. Itu rencana awal, tapi yang terjadi di lapangan tak sesuai dengan harapan. Kehilangan Wayne Rooney dan beberapa pilar penting lainnya membuat kekuatan MU melemah. Situasi ini tak disia-siakan oleh Chelsea. Didier Drogba cs mengambil inisiatif untuk menguasai jalannya laga. 

The Blues bahkan mampu unggul dua gol lebih dulu melalui aksi Joe Cole dan Drogba. Federico Macheda sempat memperkecil kedudukan menit 81. Sayang, gol tersebut dirasa gagal membangkitkan semangat United. Skor 2-1 pun tetap tersaji hingga akhir laga. Kemenangan ini membuat Chelsea kembali ke puncak klasemen Liga Inggris.

Mengangkangi MU

Karena saling salip dan hanya berselisih satu poin saja, penentuan juara berlanjut hingga pekan terakhir. Siapa yang lengah, maka akan menanggung konsekuensinya. Tugas Chelsea hanya satu. Jangan kehilangan poin di laga terakhir menjamu Wigan Athletic. Begitupun dengan Manchester United yang kala itu melawan Stoke City yang nggak seberapa itu.

Tekanan terasa jelas di kubu Chelsea. Riwayat buruk kala menghadapi Wigan jadi penyebabnya. Di pertemuan pertama, Chelsea bahkan takluk 3-1 dari The Latics. Seperti biasa, laga terakhir Liga Inggris selalu dimainkan secara bersamaan. Sambil menonton pertandingan, para fans yang hadir di Stamford Bridge juga sesekali mengecek ponselnya. Mereka juga tak ingin ketinggalan informasi tentang apa yang terjadi di Old Trafford sana. 

Perasaan was-was berubah menjadi lega ketika Nicolas Anelka membuka keunggulan setelah laga baru berjalan enam menit. Dikira hanya akan menang tipis, Chelsea ternyata mengamuk. Bukan cuma tiga atau lima, pembantaian delapan gol tanpa balas terjadi ke di Stamford Bridge. Didier Drogba keluar sebagai pemain terbaik setelah mencatatkan hattrick.

Menang telak membuat apa pun yang terjadi di Old Trafford tak berpengaruh pada hasil klasemen Liga Inggris musim 2009/10. Chelsea finis di urutan pertama dengan mengoleksi 86 poin. Selisih satu poin dengan Manchester United di peringkat kedua. Setelah selama tiga tahun terus berada di balik bayang-bayang Manchester United, musim 2009/10 Chelsea menjelma jadi mimpi buruk sang setan. 

The Blues meruntuhkan dominasi Manchester United di Liga inggris. Chelsea-nya Ancelotti mengakhiri musim 2009/10 dengan meraih tiga gelar. Selain Community Shield dan Liga Inggris, Ancelotti juga membawa Chelsea back to back juara Piala FA. Musim 2009/10 jadi musim yang patut diingat. Karena setelah itu, persaingan Liga Inggris mulai kembali kompetitif.

Sumber: Chelsea FC, Premier League, BBC, Goal, The Guardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru