Cerita Gemilang Patrick Kluivert Bangkitkan Timnas Curacao

spot_img

Apa yang bisa masyarakat Curacao harapkan dari tim nasionalnya? Lolos ke Piala Dunia? Jangankan demikian, berlaga di kompetisi regionalnya saja mustahil bagi Curacao. Setidaknya hingga Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih.

Pria yang kini membesut Timnas Indonesia itu pernah datang ke Curacao saat tim ini bukan apa-apa. Ia lalu menanamkan dasar sepak bola, yang pada akhirnya membawa tim ini berkompetisi lagi di turnamen konfederasi setelah bernama Curacao. Sejarah Timnas Curacao pun berubah menjadi lebih indah.

Bagaimana kisah yang ditulis Kluivert di Curacao? Mari kita mengulasnya lebih jauh lagi. Namun sebelum itu, jangan lupa subscribe dan nyalakan lonceng notifikasinya agar tidak ketinggalan video terbaru dari Starting Eleven Story.

Curacao yang Belum Merdeka

Berjarak 40 mil di utara Venezuela, terdapat sebuah pulau bernama Curacao. Jika kamu berpikir Curacao adalah negara merdeka, kamu salah besar. Curacao is not an independent country. Secara de facto, Curacao memang bisa mengatur negaranya sendiri. Namun secara de jure, Curacao merupakan negara otonom bagian Kerajaan Belanda.

Sebelum menjadi wilayah otonomi sendiri, pada tahun 1946, setahun setelah Indonesia merdeka, Curacao bergabung dengan lima pulau di Karibia untuk membentuk Antillen Belanda atau sederhananya, pulau-pulau yang berada di bawah kekuasaan Belanda. Dari Antillen Belanda berubah menjadi Greater Antillen atau Antillen Besar pada tahun 1954.

Selain Curacao anggotanya ada pulau lain seperti Sint Eustatius, Sint Maarten, Aruba, Bonaire, dan Saba. Menariknya kelompok pulau milik Kerajaan Belanda yang disebut Antillen Besar ini pernah berkiprah di ajang Olimpiade Musim Panas tahun 1952 di Finlandia. Selain itu tim gabungan keenam pulau ini juga pernah finis di posisi ketiga CONCACAF Championship tahun 1963 dan 1969.

Maju pada tahun 2010, Antillen Besar akhirnya dibubarkan oleh Kerajaan Belanda. Belanda membaginya dalam dua entitas yang berbeda. Curacao, Aruba, dan Sint Maarten menjadi negara konstituen. Maksudnya, secara politik atau pemerintahan, Curacao masih menjadi bagian Kerajaan Belanda. Makanya Curacao tak dipimpin oleh seorang presiden.

Otonomi pemerintahannya dipimpin oleh gubernur. Saat ini gubernur yang memimpin Curacao adalah Lucille Andrea George-Wout yang menjabat dari tahun 2013. Nah, kalau pulau Sint Eustatius, Saba, dan Bonaire oleh Belanda dijadikan Kotamadya Khusus. Pemecahan ini membuat setiap negara bisa membentuk tim nasional sendiri.

Prestasi Menurun

Setahun setelah pemecahan itu, Federasi Sepak Bola Curacao atau FFK, di sana menyebutnya Federashon Futbol Korsou, akhirnya berdiri. FFK menjadi salah satu dari federasi sepak bola termuda di dunia. FFK tak perlu lagi mendaftarkan diri ke FIFA dan CONCACAF, karena tinggal melanjutkan saja status keanggotaan sebelumnya.

Saat masih bergabung dengan pulau lain, Curacao mendapat keanggotaan FIFA pada tahun 1932, dan keanggotaan CONCACAF pada tahun 1961. Yang ironis adalah, setelah pecah dan membentuk otonomi sendiri, prestasi sepak bola, khususnya Timnas Curacao terbilang merosot.

Curacao hanya sering bermain di Piala Karibia. Salah satunya pada tahun 2014. Namun di level CONCACAF, Curacao tak pernah ambil bagian. Di edisi 2011, 2013, dan 2015 Curacao tidak lolos. Terhitung dari tahun 2011 hingga 2014, Timnas Curacao bahkan cuma sanggup meraih enam kemenangan.

Patrick Kluivert Datang

Baru deh, pada tahun 2015, FFK menciptakan sebuah gebrakan yang tak pernah disangka-sangka. Mereka mendatangkan bekas bintang Timnas Belanda, Patrick Kluivert untuk dijadikan manajer tim nasional. Di sana penyebutannya memang manajer bukan pelatih kepala, karena Kluivert tidak hanya mengurusi teknis di lapangan saja.

Yang cukup menarik, ternyata Kluivert ini juga memiliki darah Curacao. Ibunya adalah orang Curacao. Meski memang, Kluivert lahir dan besar di Belanda. Nah, merekrut seorang mantan pemain legendaris Belanda, profil sepak bola Curacao pun seketika meningkat drastis. Siapa yang tidak mengenal mantan pemain Ajax, AC Milan, dan Barcelona ini?

Bermodal aura bintang itu, daya tawar Timnas Curacao juga turut meroket. Dan itu akhirnya bikin Curacao berhasil mendatangkan pemain-pemain bermutu tinggi yang bermain di Eropa.

Eloy Room dari Vitesse Arnhem, Leandro Bacuna dari Aston Villa, hingga Felitciano Zschusschen dari NAC Breda adalah beberapa pemain yang sukses dibujuk Kluivert untuk membela Timnas Curacao. Kluivert rupanya memiliki kemampuan agitatif untuk merekrut para pemain keturunan.

Kiper Curacao, Eloy Room salah satu yang mengakuinya. Saat Kluivert menghubungi dan datang kepadanya, Room langsung gembira dengan tawaran yang ditujukan Kluivert. Room yang tak kunjung bermain untuk Timnas Belanda percaya pada proyek Kluivert di Curacao. Sampai saat ini sang pemain bangga dengan keputusan itu.

Gaya Belanda di Curacao

Itu dari segi perekrutan. Bagaimana dengan cara bermain? Kluivert mengangkut seluruh filosofi yang dipelajari di Belanda ke Curacao. Prinsip-prinsip yang dipelajari Kluivert saat muda di Ajax juga diterapkan. Pada intinya Curacao dibentuk menjadi tim yang bisa membangun permainan dari belakang dan mampu mempertahankan penguasaan bola.

Kemarin di konferensi pers sebagai pelatih Timnas Indonesia, Kluivert menekankan bakal bermain menyerang. Nah itu pula yang dulu dilakukan di Curacao. Di tangan Patrick Kluivert, gaya total voetbal ala Belanda merasuk dalam tubuh Timnas Curacao. Sayang, periode Kluivert menjadi pelatih Curacao cuma sebentar.

Namun, setidaknya dari Maret 2015 hingga Juni 2016, Kluivert berhasil menyamai jumlah kemenangan Curacao pada 2011 hingga 2014. Kluivert mesti meninggalkan Curacao karena dipanggil oleh tim yang membesarkannya, Ajax Amsterdam. Ia diminta menukangi Ajax U-19 yang di dalamnya ada anaknya sendiri, Justin Kluivert.

Tapi waktunya di Ajax U-19 juga singkat. Setelah dari sana entah bagaimana ia ditunjuk Nasser Al-Khelaifi sebagai direktur sepak bola PSG. Setahun dia di PSG, lalu pada tahun 2018 ia pergi ke Kamerun untuk jadi asisten Clarence Seedorf.

Juara Piala Karibia dan Lolos Gold Cup 2017

Di Curacao, FFK cerdik mencari pengganti Kluivert. Saat ia pergi ke Ajax U-19, Curacao menunjuk asisten Remko Bicentini untuk menggantikan perannya. Pondasi, dalam hal ini para pemain yang sudah direkrut dan pakem strategi yang telah ditanam Kluivert, dilanjutkan dengan sangat apik oleh Bicentini.

Mantan pemain NEC Nijmegen itu membawa Curacao juara Piala Karibia tahun 2017. Tidak hanya itu, Curacao pun dibawanya lolos ke Gold Cup pada tahun 2017. Pencapaian ini juga membuat Curacao melonjak ke peringkat tertinggi FIFA sepanjang sejarah mereka, yakni 68 dari semula 183.

Betul bahwa Curacao mencapai performa terbaiknya saat dibesut Remko Bicentini. Namun mereka juga tak melupakan dasar yang dibangun Patrick Kluivert. Setelah dari Ajax U-19, Kluivert sebenarnya datang lagi untuk bekerja sama lagi dengan Bicentini. Persisnya pada tahun 2016, Curacao menawari Kluivert untuk kembali menjadi pelatih atau manajer.

Curacao ingin lolos ke Piala Dunia 2018, dan Kluivert dipandang sebagai pelatih yang paling tepat. Tapi ia menolak. Waktu itu, Kluivert masih berambisi melatih klub top di Eropa. Namun ia tidak menolak diminta membantu Curacao. Akhirnya FFK pun menunjuknya sebagai penasehat teknis. Pelatihnya tetap Bicentini. Sayang, kolaborasi keduanya gagal menerbangkan Curacao ke Rusia.

BBB (Benar-Benar Belanda)

Warisan yang ditinggalkan Kluivert benar-benar mengakar pada Timnas Curacao. Mulai dari strategi mencomot pemain keturunan hingga gaya permainan total voetbal. Tak heran apabila Timnas Curacao juga sering disebut “Belanda Kecil”.

Meski mereka marah disebut begitu, tapi warisan Belanda di Timnas Curacao sama sekali sulit untuk ditutup-tutupi. Lihat saja, setelah Patrick Kluivert pergi tahun 2016, Curacao bahkan selalu dilatih orang Belanda. Mulai dari Remko Bicentini, Guus Hiddink, Art Langeler, hingga yang terbaru Dick Advocaat. Namun, cuma itu saja warisan yang ditinggalkan Kluivert.

Curacao memang bertengger di posisi 91 FIFA per 19 Desember 2024. Namun sepak bola Curacao jalan ditempat. Kompetisi domestik mereka tak jalan. Lihat saja di pemeringkatan liga CONCACAF, tidak ada Liga Curacao. Curacao kalah dari Belize yang memiliki kompetisi liga yang sustain bernama Premier League of Belize.

Sumber: TheseFootballTimes, ESPN, TheGuardian, Concacaf, FIFA

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru