Membahas Real Madrid dan Barcelona tak ada habisnya. Setiap pemain di dalamnya memiliki cerita tersendiri yang menarik untuk dibahas. Tak terkecuali Samuel Eto’o. Ia merupakan jebolan Real Madrid yang malah bersinar di Barcelona. Pelan tapi pasti, Samuel Eto’o menjelma jadi pemain bintang di Barcelona.
Ia menorehkan berbagai kejuaraan. Sementara klub yang membuangnya, yakni Real Madrid, hanya menonton dari kejauhan ketika mantan anak didiknya itu menggondol trofi bersama Barcelona. Lantas seperti apa kisah unik bintang legendaris Barca tersebut?
Daftar Isi
Menapaki Karir di La Liga
Berkat modal skil yang cukup dari Akademi Olahraga Akadji, Samuel Eto’o terbang ke Real Madrid. Samuel Eto’o bergabung ke akademi Real Madrid pada tahun 1997. Ia punya keyakinan karir sepakbolanya bakal berkembang dan bersinar bersama Real Madrid.
Tapi ekspektasinya itu ditampar kenyataan. Samuel Eto’o datang di waktu yang tidak tepat. Usianya yang masih 16 tahun, membuatnya belum bisa bermain dengan Real Madrid utama. Eto’o akhirnya bermain untuk Real Madrid B.
Namun ketika bergabung ke Real Madrid B, Samuel Eto’o harus menghadapi kenyataan pahit. Eto’o dipinjamkan ke klub lain karena adanya aturan pembatasan pemain non Uni Eropa. Berdasarkan aturan tersebut, Uni Eropa membatasi pemain dari luar Uni Eropa. Saat itu Real Madrid kelebihan pemain Uni Eropa. Ia pun harus rela bermain untuk CD Leganes Junior antara 1997-1998.
Samuel Eto’o: “Memphis has carried the team on his back in these first few games. Without Messi, I think he’ll be the new leader in attack.” pic.twitter.com/qG3UYLi4k4
— Barça Universal (@BarcaUniversal) September 9, 2021
Selesai masa peminjaman, Samuel Eto’o sempat bermain untuk Real Madrid. Debut pertama bersama Real Madrid terjadi pada 5 Desember 1998 saat melawan RCD Espanyol, berakhir dengan skor 0-0. Selebihnya di Real Madrid, Eto’o hanya bermain 7 laga saja. Setelah itu Eto’o dibuang lagi ke klub lain.
Presiden Real Madrid, Florentino Perez saat itu tak menyukai pemain berkulit hitam. Karena tak menyukainya, Real Madrid akhirnya lebih banyak meminjamkannya dari pada memberi menit bermain kepada pemuda asal Kamerun itu. Real Madrid meminjamkan Samuel Eto’o ke klub lain diantaranya RCD Espanyol dan Mallorca.
Bermain Apik di Mallorca
Nah sejak di Real Mallorca, Samuel Eto’o mulai menampakkan tajinya. Samuel Eto’o mengukuhkan dirinya sebagai striker yang cukup mematikan. Kemampuan mencetak golnya meningkat selama 4 musim di Mallorca. Total Eto’o sudah mengoleksi 54 gol dari 133 penampilan bersama Mallorca.
Melihat performa Samuel Eto’o yang meyakinkan saat dipinjamkan ke Mallorca, Real Madrid berniat mematenkannya lagi. Tapi niatnya bukan untuk memasukkan Eto’o ke dalam tim utama. Real Madrid berniat meminjamkan Samuel Eto’o lagi ke klub lain, seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya.
Namun bersamaan dengan itu, sang rival, Barcelona juga melirik lonjakan penampilan Samuel Eto’o. Barcelona pun akhirnya bergerak cepat untuk mengamankan Eto’o. Melansir dari The Guardian, Barca mengajukan tawaran 14,5 juta euro atau kalau sekarang setara dengan 245 miliar rupiah. Tapi Real Madrid masih enggan melepas sang penyerang.
Hingga pada akhirnya Real Madrid sepakat melepas Samuel Eto’o di harga 24 juta euro atau 406 miliar rupiah. Kesepakatan ini dinilai lebih menguntungkan daripada sekadar dipinjamkan saja. Maka resmilah Samuel Eto’o berseragam Barcelona pada tahun 2004.
Menjadi Bintang di Barcelona
Di sinilah letak kesalahan Real Madrid melepas striker gacor seperti Samuel Eto’o. Padahal bakatnya sudah kelihatan jelas di depan mata. Namun karena Real Madrid bertabur bintang, akhirnya Eto’o tak kelihatan. Tentu saja sangat senang bisa bergabung dengan Barcelona. Samuel Eto’o melihat ini merupakan momen yang tepat untuk menunjukkan kapasitas dirinya.
Samuel Eto’o: Icon.@SamuelEtoo @FCBarcelona #Etoo #SamuelEtoo #Barcelona #Barca #FCB #FCBarcelona #LaLiga #Cameroon #smsports pic.twitter.com/Nq8O18gQrE
— Tom (@tomdedits) March 31, 2024
Apalagi sewaktu di Real Madrid, Eto’o hanya diberi sedikit bermain. Hal itu tak cukup untuk menunjukkan bakatnya. Sehingga ia gagal bersinar di Real Madrid.
Kedatangan Eto’o di Camp Nou tentu saja disambut bahagia fans Catalan. Pelan tapi pasti, Samuel Eto’o berubah jadi pemain yang dicintai klub catalan. Artinya lini depan Barcelona makin solid. Dan, benar saja Samuel Eto’o menampilkan permainan yang menarik bersama Lionel Messi muda. Duet Eto’o dan Messi sangat dinanti-nanti.
Eto’o membuat Barcelona jadi tim tukang bantai. Samuel Eto’o menjelma jadi striker yang mematikan. Kecerdasan menganalisis ruang dipadu dengan kecepatannya, berhasil menyihir penonton Camp Nou.
Di La Liga, bahkan ia adu hebat dengan Ronaldo dalam mencetak gol. Ronaldo berhasil menjadi top skor La Liga pada musim 2003/04 (24 gol). Lalu langsung dibalas tuntas oleh Eto’o, yang jadi top skor La Liga selama dua musim. Tepatnya di musim 2004/05 (25 gol) dan 2005/06 (26 gol).
Umpan-umpan berkelas Lionel Messi berhasil dimaksimalkan Samuel Eto’o. Di momen inilah Barca menampilkan permainan yang ciamik. Tak heran jika Barca berhasil mendulang berbagai trofi. Tentu yang paling diingat fans Blaugrana adalah torehan sextuple Barcelona pada musim 2008/09. Eto’o pada musim itu mencetak gol pembuka di final Liga Champions menghadapi Manchester United.
Sayangnya, walau Samuel Eto’o tampil begitu gemilang, interaksi dengan rekan setim kurang baik. Ia pernah dikritik Ronaldinho karena menolak jadi pengganti saat Barca melawan Racing Santander. Eto’o menolak karena alasan kurang melakukan pemanasan. Ronaldinho menganggap sikap Eto’o tersebut tak mementingkan tim.
Hengkang dari Barcelona
Ternyata bukan Ronaldinho saja yang jengah melihat kelakuan Eto’o. Tapi Pep Guardiola yang menggantikan Frank Rijkaard juga merasakan hal yang sama. Namun kali ini lebih kronis.
Pep Guardiola yang bergabung pada tahun 2008,dengan semangat barunya, ingin merombak lini depan Barcelona. Sang pelatih ingin menaruh Lionel Messi di garda depan Barcelona. Pep merasa Lionel Messi sudah siap menjadi ujung tombak tim.
Samuel Eto’o on Pep Guardiola: “I said to Guardiola, you’ll apologise to me, because it’s me that will make Barcelona win, it’s not Messi.”
“Messi would come later, but you can ask Xavi & Iniesta that was my era. It was me that made Barca win & Pep would ask me for forgiveness.” pic.twitter.com/eEK6uRlhdr
— Squawka Live (@Squawka_Live) April 12, 2019
Sebab dibandingkan dengan Samuel Eto’o, pergerakan Lionel Messi lebih cair. Messi mau melakukan apa yang diinstruksikan sang pelatih. Gaya main Lionel Messi cocok dengan taktik Pep yang lebih dinamis.
Sementara Samuel Eto’o menentang prinsip gaya bermain Pep Guardiola. Eto’o tak cocok dengan pendekatan gaya taktis Pep. Hal ini memicu ketegangan antara Eto’o dan sang Manajer Barcelona, yang kini melatih Manchester City itu. Dari sisi Eto’o, striker harusnya tetap di posisinya dan tidak perlu memerankan posisi lain.
Dari sinilah akhirnya rumor hengkangnya Samuel Eto’o dari Barcelona menguat. Sebab orang-orang menganggap Eto’o dan Pep sedang berselisih secara pribadi. Padahal yang terjadi di lapangan sebenarnya cuma soal beda prinsip gaya bermain saja.
Maka daripada bakat dan kemampuan Lionel Messi tenggelam karena egoisme Samuel Eto’o, Pep memutuskan menjual striker produktif itu. Namun, ada sekelumit cerita menarik soal ini. Ternyata Messi sempat mendatangi Guardiola meminta untuk tidak menjual Samuel Eto’o.
Namun Eto’o tetap dilepas. Samuel Eto’o hengkang dari Camp Nou dan pergi ke markas Inter Milan. Samuel Eto’o ditukar dengan Zlatan Ibrahimovic yang sudah tiga musim bersama Inter Milan.
Samuel Eto’o pun resmi berseragam Inter Milan pada 27 Juli 2009. Usai sudah cerita di Barcelona yang membanggakan itu. Meski karirnya di Barcelona tersingkirkan karena Pep ingin memoles Lionel Messi, tapi Samuel Eto’o tetap terkenang sepanjang masa sebagai striker gacor yang pernah dimiliki Barcelona. Bukan Real Madrid.
Pun ketika pindah ke Inter Milan dan mempersembahkan treble winner pada musim 2009/10. Eto’o tetap dikenal sebagai pemain Barcelona. Inilah cara Samuel Eto’o membalas perlakuan Real Madrid yang pernah membuangnya.
Barca Academy, IDN Times, The Guardian, FC Barcelona, Beinsport.