Sebelumnya, Patrick Kluivert dikabarkan meminta satu asisten dari Belanda lagi. Dan kini kita sudah tahu, siapa yang diinginkan oleh Patrick. Orang itu adalah Gerald Vanenburg. Mungkin gelombang beritanya tak sebesar saat Patrick datang. Namun, jika dilihat dari pengalamannya di dunia sepakbola, Gerald adalah sosok yang tak bisa dianggap remeh.
Bisa dibilang, Gerald ini adalah abang-abangan di skena sepakbola Belanda. Dan dengan apa yang sudah diperbuat Gerald, tampaknya tak ada salahnya juga jika kita berharap banyak pada hasil kerja Gerald nanti. Namun, sebelum banyak berharap dan menuntut, kita harus tahu sehebat apa reputasi Gerald di industri sepakbola ini.
Selengkapnya mari kita bahas. Eits, sebelum masuk pembahasan, kalian bisa klik tombol subscribe dan nyalakan lonceng notifikasi terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Latar Belakang Gerald Vanenburg
Seperti biasa, sebelum membahas terlalu dalam tentang apa yang akan menjadi daya tawar Gerald Vanenburg di Indonesia nanti, penting untuk kita mengenal lebih dalam siapa asisten Patrick Kluivert ini. Seperti halnya dengan Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg juga memiliki latar belakang sebagai pesepakbola profesional di Eropa.
Karirnya pun nggak setengah-setengah. Sebagai pemain sayap, Gerald dikenal sebagai pesepakbola yang bergelimang trofi. Di Belanda, dirinya membela tim-tim raksasa macam PSV Eindhoven, FC Utrecht, hingga Ajax Amsterdam. Gerald juga berhasil mengumpulkan banyak gelar juara saat berkarir di Eredivisie.
Ia tercatat mengantongi belasan trofi termasuk delapan gelar Eredivisie yang didapatnya bersama Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven. Bukan cuma gelar domestik, Gerald juga pernah menjuarai Liga Champions pada musim 1987/88. Ya, Gerald adalah bagian dari generasi emas PSV Eindhoven yang menjuarai Liga Champions musim tersebut.
Pria yang kini berusia 60 tahun itu juga sempat mencoba peruntungan ke beberapa negara lain termasuk Jepang. Gerald pernah bermain untuk Jubilo Iwata dari tahun 1993 hingga 1997. Selain itu, Gerald juga sempat bermain di Prancis bersama Cannes musim 1997/98 dan mengakhiri karirnya pada tahun 2000 bersama klub Jerman, 1980 Munich.
Lantas, bagaimana karir internasionalnya? Tak kalah mengesankan. Gerald adalah pemain kunci bagi Timnas Belanda. Dia mengabdikan dirinya untuk De Oranje selama hampir sepuluh tahun. Menorehkan 42 caps, Gerald jadi bagian tim yang menjuarai Euro edisi 1988. Ya, itu masih jadi satu-satunya gelar yang pernah didapat oleh Belanda.
Reputasi Sebagai Pelatih
Di sisi lain, mereka yang memiliki karir cemerlang sebagai pemain, biasanya tidak memiliki karir kepelatihan yang bagus. Apakah Gerald Vanenburg juga dalam kategori yang sama? Mari kita cari tahu. Setelah pensiun, Gerald langsung mengemban tugas sebagai pelatih kepala di tim U-19 PSV Eindhoven.
Di awal-awal karir kepelatihannya, Gerald memang lebih mengandalkan koneksi baiknya dengan mantan klub yang pernah ia bela. Dari PSV, dirinya sempat jadi asisten pelatih di 1860 Munich pada tahun 2001 sebelum akhirnya kembali menangani tim U-19 PSV. Btw, Gerald ini melatih PSV muda dalam tiga periode yang berbeda.
Tapi, apakah Gerald Vanenburg pernah jadi pelatih di skuad utama? Tentu saja pernah. Tapi kinerjanya kurang oke. Selama tiga kali menjadi pelatih utama di 1860 Munich, Helmond Sport, dan FC Eindhoven, masa kerjanya cuma sebentar doang. Bahkan, track record-nya pun bisa dibilang sangat buruk.
Contohnya saja saat menukangi FC Eindhoven. Memimpin 10 pertandingan, tim asuhannya hanya menang sekali. Sisanya tiga kali imbang dan enam kali kalah. Di Helmond pun, Gerald hanya memimpin 10 pertandingan. Kala itu hasilnya sedikit lebih baik. Gerald meraih dua kemenangan, empat hasil imbang, dan menuai empat kekalahan.
Gerald dan Pemain Bintang
Pada akhirnya, meski mengantongi lisensi UEFA Pro, Gerald menyadari bahwa dirinya bukan pelatih hebat. Maka dari itu, Gerald memilih untuk kembali menjadi asisten pelatih dan pelatih teknik. Pekerjaan terakhirnya adalah sebagai pelatih teknik Ajax Amsterdam U-21. Jabatan tersebut diembannya sejak 2021 hingga 2023.
Selama dua tahun di Ajax, Gerald berada di bawah naungan juniornya di Timnas Belanda, John Heitinga. Kala itu, asisten pelatih Arne Slot itu masih jadi pelatih kepala Ajax U-21. Nah, di periode itu Gerald berkontribusi dalam perkembangan pemain-pemain muda Ajax. Terutama soal kemampuan teknik mereka.
Dirinya juga sempat menangani beberapa pemain-pemain muda berbakat macam Muhamad Kudus, Francisco Conceicao, Brian Brobbey, dan pemain keturunan Indonesia, Tristan Gooijer. Jadi, bisa disimpulkan kalau pemain-pemain tersebut bisa mencapai kualitas permainan seperti sekarang, ya berkat sentuhan tangan dingin Gerald Vanenburg.
Regenerasi dan Kesinambungan
Dengan banyaknya pengalaman dan latar belakang sebagai seorang legenda di sepakbola Belanda, tak akan berlebihan jika kita berharap banyak pada Gerald Vanenburg. Tapi, sebenarnya, apa tugas utama Gerald di Indonesia?
Yang perlu kalian tahu, selain menukangi Timnas Indonesia U-23, pelatih berusia 60 tahun itu akan mengemban peran vital lain. Melansir IDN Times, dia juga akan merangkap sebagai asisten pelatih ketiga di tim nasional senior. Selain itu, Gerald juga akan bersinergi dengan pelatih-pelatih di Timnas U-20 dan U-17.
Bisa dibilang, tugas Gerald di Timnas Indonesia lebih menyeluruh. Eks pemain Ajax Amsterdam itu diminta menjadi penghubung dalam menyatukan filosofi permainan di segala jenjang usia tim nasional. Jika filosofi permainan sudah terjaga, maka bisa dipastikan regenerasi akan berjalan dengan baik.
Terima atau tidak, regenerasi yang terintegrasi masih jadi salah satu masalah bagi persepakbolaan Indonesia. Tidak sedikit pemain-pemain muda berbakat alumni Timnas Indonesia U-17 atau U-19 yang pada akhirnya tidak menembus skuad utama. Mau contoh? Lihat generasi emas era Evan Dimas? Hanya menyisakan Dimas Drajad yang bisa menembus standar tinggi tim nasional.
Meningkatkan Kualitas Pemain Muda Indonesia
Dalam menyatukan filosofi, Gerald Vanenburg juga akan tetap menjaga standar kualitas teknik pemain Indonesia. Tentu kalian masih ingat ketika pertama kali Shin Tae-yong datang ke Indonesia. Kualitas teknik para pemain Indonesia masih ancur-ancuran. Bahkan, urusan umpan saja pemain Indonesia masih suka salah.
Nah, dengan kedatangan Coach Gerald, dirinya akan melanjutkan pekerjaan rumah yang banyak itu. Pengalamannya sebagai pelatih teknik akan membantu pemain-pemain muda Indonesia agar mendapatkan porsi latihan yang tepat demi mencapai standar yang sudah ditetapkan oleh Patrick Kluivert.
Selain itu, Coach Gerald juga berperan penting dalam membentuk mental para pemain-pemain muda. Eks pelatih FC Eindhoven itu diharapkan bisa membantu pemain untuk menjadi pengambil keputusan yang baik. Dewasa dalam mengambil keputusan sangat penting dalam sepakbola. Jika tidak dibentuk sejak dini, maka akan bernasib sama dengan pemain-pemain Manchester United.
Kontribusi yang lebih besar, Coach Gerald bisa membagikan ilmu manajemen dan pengembangan pemain muda kepada klub-klub Liga Indonesia. Tujuannya untuk menyamaratakan kemampuan setiap klub dalam mendidik dan mencetak pemain-pemain muda berkualitas. Jika ini bisa terwujud, maka masalah pembinaan usia muda di Indonesia bisa terselesaikan.
Jembatan Bagi Pemain Muda
Jika regenerasi sudah terjaga dan kualitas teknik pemain Indonesia sudah jauh meningkat, maka hal selanjutnya yang bisa diharapkan dari Gerald Vanenburg adalah jenjang karir. Karena jika kualitas pemain-pemain Indonesia sudah jauh lebih baik, maka peluang untuk meniti karir di luar negeri lebih besar.
Nah, di sinilah peran Gerald Vanenburg. Dengan koneksi luas yang dimilikinya, Gerald bisa jadi jembatan jika para pemain muda Indonesia ingin berkarir di luar negeri, khususnya Belanda.
Dengan kredibilitas Gerald yang sudah diakui plus kerjasama PSSI dengan KNVB yang sudah berjalan, maka gerbang bagi pemain Indonesia untuk berkarir di Belanda semakin terbuka lebar. Menjanjikan bukan? Jadi nggak sabar liat Arkhan Kaka main di Ajax.
Sumber: Merdeka, Bola.com, Voetbalprimeur, Voetbal International