Bagaimana ceritanya seorang pemain catur hebat seperti Martin Zubimendi beralih jadi pesepakbola. Zubimendi pelan tapi pasti menjelma jadi pemain gelandang bertahan yang sangat diandalkan oleh Luis de La Fuente.
Zubimendi tampil sangat meyakinkan dan jadi faktor kunci kemenangan La Furia Roja saat melawan tim negeri dongeng Denmark. Gol semata wayang dari kaki Zubimendi jadi penantu La Furia Roja meraih poin penuh.
Rasa-rasanya Luis de La Fuente tak salah pilih pemain. Kemampuan Martin sangat dibutuhkan skuad Spanyol mengingat gelandang terbaik Rodri masih cedera hingga musim depan. Lantas sebenarnya darimana dan siapa sih Martin Zubimendi itu sampai-sampai layak bersanding dengan gelandang tokcer macam Rodri?
Tapi sebelum membahas asal usul Martin Zubimendi, alangkah baiknya subscribe dan nyalakan notifikasi lonceng agar tak ketinggalan video terbaru dari Starting Eleven Story.
Intro
Daftar Isi
Masa Kecil Martin Zubimendi
Kota indah tepi pantai San Sebastian, daerah Basque menjadi awal munculnya seorang anak dengan bakat luar biasa, yang kini jadi pemain gelandang bertahan di timnas Spanyol. Dari tempat yang memiliki dua pantai bernama Playa de la Choncha dan Playa de Ondarreta itu, ada seorang ayah dan anak sering bercengkrama bersama. Mereka adalah Tuan Ibanez dan anaknya Martin Zubimendi.
Ayahya Tuan Ibanez yang seorang akademisi mengisi hari-hari Martin Zubimendi kecil dengan bermain catur. Kala itu Martin usia 7 tahun sudah diajak bermain catur di waktu senggang. Kegiatan sederhana di waktu luang yang mengantarkan Zubimendi jadi seorang Master Chess di usianya yang belia, 11 tahun.
Zubimendi kecil yang sering bermain catur dengan ayahnya, secara langsung belajar tentang bagaimana menggerakkan pion, kuda, trucut, ster untuk memenangkan permainan. Strategi itu makin terasah ketika Zubimendi sempat mengikuti kompetisi catur dan pernah juga menjadi juara.
Momen itu membuat Tuan Ibanez dan Martin Zubimendi secara tak langsung membentuk ikatan yang kuat secara emosional diantara keduanya. Sampai-sampai mereka berdua mengidolakan pemain sepakbola yang sama yaitu Xabi Alonso. Sungguh ayah Ibanez adalah Good Father yang sebenarnya satu frekuensi.
Berlatih Sepakbola
Anak tunggal yang lahir pada 2 Februari 1999 ini boleh dibilang sangat beruntung dilahirkan oleh orang tua yang sangat mencintai ilmu. Baik Tuan Ibanez dan Nyonya Ibanez berasal dari latar belakang yang sama, yaitu akademisi. Ayah Martin Zubimendi seorang sarjana pendidikan jasmani dan ibunya seorang guru. Tuan Ibanez yang memiliki pengetahuan olahraga jasmani itu, juga menjadi pelatih sepakbola amatir sekelompok anak kecil. Tentu Zubimendi termasuk di dalamnya.
Dari sanalah akhirnya Zubimendi kecil belajar banyak tentang sepakbola.
Felicitar al ex @Antiguoko @MartinZubimendi por la convocatoria con Euskadi Sub16 para el campeonato estatal pic.twitter.com/BesJV2dUXR
— Antiguoko KE (@Antiguoko) December 25, 2014
Sepakbola menjadi kegiatan rutin bagi Martin Zubimendi bersama ayahnya di luar rumah. Zubimendi berlatih sepakbola di sela-sela kompetisi catur. Selang-seling antara catur dan sepakbola pun terjadi karena Zubimendi saat itu sudah ikut akademi sepakbola antiguoko pada tahun 2006 sampai 2011. Hingga akhirnya Zubimendi memilih sepakbola sebagai hobi yang diprioritaskan.
Motivasi Zubimendi akan sepakbola tinggi sekali, hingga ingin menjadi seperti Sang idola Xabi Alonso yang pernah memulai karir sepakbola di Real Sociedad. Maka Zubimendi pun masuk ke akademi Real Sociedad U-12 di tahun 2011.
Dalam Pantauan Xabi Alonso
Dari hari ke hari Martin Zubimendi berlatih tanpa henti di Zubieta atau semacam La Masia seperti di Barcelona. Walau Real Sociedad klub kecil, tapi mereka memiliki tempat penggemblengan bakat sepakbola sendiri untuk anak-anak Basque.
Kemampuan dan bakat Zubimendi di sepakbola mulai dilirik oleh sang idola Xabi Alonso. Khususnya di usia yang masih belia yaitu 12 tahun.
Perhatian Xabi Alonso terhadap Martin Zubimendi yang masih junior dan bukan siapa-siapa itu terjadi bukan tanpa sebab. Zubimendi berhasil membawa kemenangan Real Sociedad pada Piala Donosti tahun 2012, sebuah turnamen lokal di Donostia San-Sebastian.
Tak cuma itu saja, Zubimendi yang begitu mengidolakan Xabi Alonso saat di Liverpool dulu, rela melakukan perjalanan jauh dari Spanyol ke Inggris, hanya untuk menonton sang idola bertanding. Lalu di usia 10 tahun, Zubimendi menonton sang idola di Stadion Santiago Bernabeu.
Saat usia 17 tahun, Martin Zubimendi bergabung ke tim Real Sociedad U-19 pada 1 Juli 2016. Tepat setelah lima tahun Martin berproses di Real Sociedad Junior.
Layaknya orang PDKT, Martin dan Xabi Alonso akhirnya berinteraksi secara langsung. Khususnya saat Martin sudah bergabung ke tim Real Sociedad B pada 25 Juli 2018 hingga 2022. Sementara sang idola Xabi Alonso menjadi pelatih Segunda Division B.
Keakraban antara pemain dan pelatih pun terbangun. Bagi Martin, ini seperti mimpi yang jadi kenyataan ketika fans dan sang idola bisa berdiskusi secara langsung. Tema yang dibahas seputar bagaimana bagaimana memimpin rekan setim, menganalisa permainan dan mempercayai agen yang sama. Sebab kelak, Martin Zubimendi ingin seorang pesepakbola seperti sang idolanya, Xabi Alonso yang lebih tertarik jadi pengumpan bola handal daripada pencetak gol.
Menjadi Tumpuan di Real Sociedad
Pelan tapi pasti dan tentu saja dengan berbagai kegagalan-kegagalan, Martin Zubimendi berproses. Debut pertama bersama Real Sociedad C tahun 2016, hanya bisa menahan imbang SCD Durango di Tercera Division. Lalu bergabung di Real Sociedad B sebagai tim cadangan.
Hingga pada akhirnya mendapat kepercayaan untuk bermain melawan Getafe FC, sebagai pemain pengganti. Untungnya, Martin Zubimendi remaja dan kawan-kawan menang 2-1. Singkat cerita Zubimendi mendapat perpanjangan kontrak baru sampai 2025 dan menjadi pemain resmi Real Sociedad sebagai gelandang bertahan.
Zubimendi sebagai gelandang bertahan Real Sociedad memiliki ciri khasnya tersendiri. Cara bermain Zubimendi di lapangan seperti gabungan dua sosok yang pernah berseteru di El-Clasico, mereka berdua adalah Sergio Busquets dan Xabi Alonso. Zubimendi punya ketenangan dalam mengalirkan bola layaknya Busquets. Tapi Zubimendi juga punya kecepatan dalam merebut bola seperti Xabi Alonso.
Martín Zubimendi: “De niño quería parecerme a Xabi Alonso”
De mayor aprendio que ser Xabi Prieto era mejor opcion.
Xabi Prieto: “Mi sueño no era ser futbolista, era jugar en la Real” pic.twitter.com/f43mawQJr8— narø 🏊🏻♀️ (@naroa_RSO) August 13, 2024
Hingga hasilnya Real Sociedad berhasil membungkam klub elite dengan segudang tropi yakni Barcelona 1-0 pada 11 November 2024 lalu. Bagi Zubimendi, ini Pencapaian yang luar biasa . Artinya Zubimendi cukup hebat dalam mengelola lini tengah Real Sociedad. Sampai-sampai trick Hansi Flick lunak dan tak menghasilkan kemenangan untuk Barcelona. Padahal Barcelona baru saja mengalahkan Real Madrid secara telak 0-4 di Santiago Bernabue pada 27 Oktober lalu.
Kini, Zubimendi telah menjelma sebagai pemain yang diandalkan di lini belakang. Tetapi mengejutkan ketika berada di jantung pertahanan lawan. Zubimendi bisa mencetak gol dari luar kotak penalti.
Terakhir berkat kepiawaian Zubimendi sebagai gelandang bertahan, klub-klub Eropa ingin memungutnya dari Real Sociade. Misal saja Liverpool yang getol ingin mendapatkan pemain muda ini. Akankah Zubimendi mengikuti jejak sang idola yang pernah bermain di Anfield? Menarik untuk dinanti ya Football Lovers.
https://youtu.be/ken_7uYeKXw