Satu nama yang paling underrated dalam percakapan Ballon d’Or tahun ini adalah Lautaro Martinez. Kompatriot Leo Messi adalah salah satu kandidat paling masuk akal untuk mendapatkan trofi pemain terbaik sejagat tersebut. Dibandingkan pemain-pemain lain yang lebih banyak dikerek oleh popularitas.
Bagaimana tidak? El Toro mengakhiri musim ini dengan meraih 3 trofi bersama tim dan 3 penghargaan pribadi. Performanya di Inter musim lalu jelas patut diacungi jempol. Bersama tandem barunya, Marcus Thuram, El Toro langsung nyetel dan menggila.
Bersama Argentina lebih gila lagi, meski hanya sekali bermain penuh selama Copa America 2024, El Toro bisa menyabet gelar top scorer dan membantu Albiceleste membawa pulang trofi Copa America ke-16-nya. Lantas, seperti apa sebenarnya performa El Toro sehingga dirinya layak mendapatkan Ballon d’Or?
Memulai Musim dengan Kepala Tegak
Bersama Inter, Lautaro Martinez memulai musim lalu dengan tegak. Sebab, mereka mengakhiri musim sebelumnya dengan menjadi finalis Liga Champions. Asa mereka dipupuskan tendangan dadakan Rodri, pemain yang kali ini menjadi penantang El Toro dalam perebutan Ballon d’Or. Meski begitu, hal tersebut malah menjadi bahan bakar bagi El Toro dan La Beneamata untuk memulai musim.
Tak hanya itu, El Toro juga harus bermain dengan tandem baru setelah Edin Dzeko pergi ke Istanbul dan Romelu Lukaku memilih berkhianat. Adalah Marcus Thuram, putra dari legenda Juventus, Lilian Thuram, yang menjadi tandem baru El Toro. Dikutip dari situs resmi Inter, Marcus didatangkan dari Borussia Monchengladbach secara cuma-cuma.
Bersama duet barunya, El Toro langsung mencetak 5 gol dalam 3 pertandingan pertama di Serie A. Kapten baru Inter sejak ditinggal Samir Handanovic dan Marcelo Brozovic tersebut langsung memberi tanda bahwa dirinya akan menjalani musim dengan membara. Maka, kata “konsisten” tepat untuk menggambarkan Lautaro selama satu musim ke belakang.
Duet baru antara Lautaro dan Marcus di lini depan Nerazzurri tersebut malah menjadi mesin gol yang mematikan. Berdasarkan catatan Transfermarkt, duet baru ini berhasil mencetak 42 gol dalam semusim. Angka yang sama dengan duet El Toro dengan Edin Dzeko musim 2022/23, namun dengan jumlah pertandingan yang lebih sedikit. Ngeri!
Tegaknya kepala El Toro adalah modal bagus untuk menjalani musim. Kepercayaan diri yang tinggi dan skill mumpuni adalah kombinasi mematikan di lini depan. Amuk Sang Banteng di sepanjang musim pada akhirnya membawanya pada berbagai gelimang penghargaan.
🚨 Lautaro: “Thuram tried to do my celebration with Lukaku? I don’t celebrate like that anymore. Have I unfollowed Lukaku on social media? Thuram is a great player, like Arnautovic and Sanchez. I’m happy to play with them. Did I gloss over the question? Yes.” @dazngroup 🗣️🇦🇷 pic.twitter.com/0ubXfuhrbo
— All About Argentina 🛎🇦🇷 (@AlbicelesteTalk) September 3, 2023
Bukan Tanpa Lika-Liku
Empat hari menjelang Natal, Inter harus menjamu Bologna pada ajang Copa Italia. Laga yang berjalan alot tersebut akhirnya harus berlanjut ke babak tambahan waktu. Sempat unggul 1-0, Inter malah dihajar balik 1-2 oleh anak asuh Thiago Motta sejak El Toro ditarik keluar pada menit ke-99.
Dilansir dari Football Italia, Sang Banteng mengalami cedera. Paha kirinya mengalami cedera otot. Seperti yang tertulis dalam Instagramnya, El Toro meminta maaf atas kekalahan dan cederanya tersebut. Catatan bermain 89 laga berturut-turut berbaju Il Biscione harus patah. Tak hanya itu, 2 gelar berturut-turut Coppa Italia bagi Inter juga ikut patah. Penaltinya yang gagal di babak pertama dan comeback Bologna di pertambahan waktu menjadi hukuman bagi El Toro dan Inter.
Lihat postingan ini di Instagram
Meski harus memulai 2024 dengan cedera, El Toro malah makin menggila. Pada 26 Februari 2024, dirinya berhasil mencapai catatan 100 gol selama bermain untuk Inter di Serie A. Seperti yang dilansir dari situs resmi Inter, brace-nya melawan Lecce menjadikannya masuk daftar striker elit Nerazzurri. Catatan ini juga menjadi pembuka dari penghargaan lain yang akan didapatkannya pada 2024.
Namun, sebelum meraih manisnya pencapaian, El Toro harus mencicip dulu pahitnya kegagalan. Setelah kegagalan penaltinya pada laga melawan Bologna ikut andil menghentikan perjalanan Inter di Coppa Italia, kesialan kembali menghinggapi diri Lautaro lagi. Kegagalan eksekusinya saat sesi penalti membuat langkah Inter di Liga Champions juga terhenti. Sang Finalis, harus pulang lebih awal.
Diego Simeone comforted Lautaro after his penalty miss 🇦🇷💙 pic.twitter.com/7eYrQ2yEqv
— B/R Football (@brfootball) March 13, 2024
Tak hanya itu, dirinya juga sempat diganggu dengan isu perpanjangan kontraknya yang tak kunjung selesai. Baik Inter dan Lautaro sebenarnya sudah bersepakat untuk tetap bersama, namun mereka tak kunjung mencapai kata sepakat di atas kertas. Masalah ini berjalan hingga akhir musim dan baru rampung setelah ajang Copa America 2024 selesai.
2024: Tahun Tak Terlupakan
Tahun 2024 adalah tahun gemilang bagi Lautaro Martinez. Juru gedor Timnas Argentina tersebut meraih banyak penghargaan dan pencapaian di tahun tersebut. Baik pencapaian bersama tim maupun pencapaian pribadi. Sebuah catatan yang belum diraihnya di musim-musim sebelumnya.
Bersama Inter, gelarnya dibuka dengan raihan Supercoppa Italiana setelah gol semata wayangnya berhasil menumbangkan juara Serie A 2022/23, Napoli. Sebagai catatan, di Italia, baik Serie A, Coppa Italia, dan Supercoppa Italiana, ketiganya dianggap sebagai trofi yang sama pentingnya. Ketiganya setara dan sama-sama berharga, sesuatu yang mungkin berbeda dengan budaya di liga top lainnya. Gelar ini juga membuat Inter menjadi juara selama 3 musim berturut-turut.
Setelahnya, pesta besar-besaran terjadi di Milano. Jelas membuat sang tetangga, AC Milan, risih bukan main. Inter berhasil terlebih dahulu meraih seconda stella atau bintang kedua setelah gelar scudetto-nya tahun 2024 ini menjadi gelar ke-20. Mengalahkan AC Milan dengan 19 gelar.
Sebagai kapten, ini merupakan prestasi yang tak semua orang bisa lakukan. Menambah bintang hanya terjadi sekali dalam 10 gelar dan El Toro mendapat keberuntungan untuk merasakannya. Selain itu, gelar capocannoniere atau top scorer Serie A juga diraihnya. Walaupun, entah karena pertimbangan apa dirinya tidak menjadi best striker Serie A dan gelar tersebut diberikan ke Dusan Vlahovic. Namun, hal tersebut bisa diobati dengan gelar pemain terbaik Inter 2023/24.
OFFICIAL: Lautaro Martínez is the @SerieA_EN ‘Capocannoniere’ (top scorer) with 24 goals! ⚽️🇦🇷
Here he is with his @cryptocom ‘Striker of the Season’ award. ⚫️🔵 pic.twitter.com/3QdkZv63wl
— Inter Xtra (@Inter_Xtra) May 26, 2024
Bersama Albiceleste, Sang Banteng lebih gila. Meski hanya tampil penuh melawan Peru, El Toro malah keluar menjadi top scorer dengan 5 gol. Dirinya menjadi pilihan ketiga Lionel Scaloni di bawah Leo Messi dan Julian Alvarez. Namun, El Toro bukan striker kelas teri, dirinya mengamuk dan menunjukkan pada dunia bahwa dirinya adalah mesin gol yang dapat diandalkan.
Gol semata wayangnya di final kembali membuat Leo Messi tersenyum. Gol semata wayangnya tersebut juga membuat Argentina menjadi pengoleksi gelar Copa America terbanyak dengan 16 gelar. Menyalip Uruguay dengan 15 gelar. Dari semua turnamen mayor yang diikuti Messi dan Lautaro secara bersama, hanya Copa America 2019 saja yang gagal mereka bawa pulang. Sisanya, mereka babat habis.
🇦🇷 Lautaro Martinez menjadi top skor Copa America 2024 dengan torehan 5 gol. 👏 pic.twitter.com/nrTgwGM2Hw
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) July 15, 2024
Hanya Popularitas yang Dapat menggagalkan Lautaro Martinez
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, Lautaro adalah calon yang lebih masuk akal untuk meraih Ballon d’Or dari calon-calon lain, termasuk Leo Messi. Penampilan calon lain seperti Vinicius Junior dan Jude Bellingham hanya moncer di level klub. Bersama tim nasional mereka melempem.
Kandidat terkuat yang akan bisa menjegal El Toro dari trofi Ballon d’Or adalah Rodri dan Dani Carvajal. Catatan apik secara individual sebagai striker bisa menjadi modal berharga bagi Lautaro untuk mengungguli duo juara Eropa tersebut. Meski masih ada satu hal yang bisa menjegal jalan Lautaro menuju Ballon d’Or.
Batu sandungan tersebut adalah popularitas. Tak dipungkiri, popularitas adalah salah satu variabel penting dalam pemilihan pemenang Ballon d’Or. Masih ingat kasus Wesley Sneijder yang gelarnya tercuri karena popularitas Leo Messi pada 2010? Hal tersebut jelas bisa terjadi kapanpun di Ballon d’Or. Sebab, penghargaan ini berbasis pada voting untuk mencari kandidat dengan hasil kuantitas tertinggi, tanpa harus bersusah payah memikirkan penilaian kualitatifnya.
Kapten Inter tersebut jelas bisa kembali mengulangi nasib pahlawan treble Inter pada 2010. Performa ciamik bisa takluk di hadapan popularitas. Lautaro Martinez memiliki segalanya kecuali popularitas untuk meraih gelar pemain terhebat sejagat. Semoga nasib baik selalu bersamamu, El Toro!
Wesley Sneijder did it all in 2010, but still finished FOURTH in Ballon d’Or voting 😳 pic.twitter.com/81zhBm7PBN
— B/R Football (@brfootball) September 6, 2018
Sumber: Inter, Transfermarkt, Sport Max, dan Football Italia