Musim lalu, Newcastle memulai liga dengan sangat buruk. Mereka terdampar di dasar klasemen bahkan tak pernah keluar dari zona degradasi hingga jeda paruh pertama musim 2021/2022. Tentu kesulitan mereka, jadi pusat perhatian lantaran mereka baru saja diakuisisi oleh konsorsium Arab Saudi pada Oktober lalu.
Pengambilalihan ini menjadikan Newcastle sebagai salah satu klub sepakbola terkaya di dunia. Jadi, sangat disayangkan apabila melihat performa klub kaya raya malah meleset dari kata mengesankan. Namun, kesengsaraan Newcastle perlahan mulai sirna ketika pertandingan liga memasuki paruh musim kedua.
Pergantian kursi kepelatihan hingga mendatangkan beberapa pemain telah dilakukan oleh pihak Newcastle. Namun, dari nama-nama baru yang mengisi skuad The Magpies, ada satu nama yang menarik untuk dibicarakan. Dia adalah Bruno Guimarães, sang “Piano Carrier” yang memberikan warna baru di skuad Newcastle musim lalu.
Didatangkan Dari Lyon
Setelah adu sikut dengan Arsenal, Newcastle United akhirnya berhasil memenangkan perlombaan untuk mendapatkan tanda tangan Bruno Guimaraes. Bruno sendiri jadi marque signing pertama bagi Newcastle di bawah kepemilikan Arab Saudi.
Dilansir Goal, The Magpies menginvestasikan uangnya sebesar 33 juta pound atau sekitar Rp594 miliar untuk memboyong Bruno dari Olympique Lyonnais. Ia menandatangani kontrak berdurasi empat tahun yang membuatnya akan bermain di St. James Park hingga 2026 mendatang.
Newcastle mendatangkan pemain macam Bruno Guimaraes ini bukan tanpa alasan. Sewaktu di Lyon, ia merupakan salah satu talenta yang menarik perhatian. Pemain asal Brazil ini menjadi pentolan lini tengah Lyon saat itu.
Ketika masih berseragam Lyon, kualitas utama dari Bruno adalah keunggulannya dalam mempertahankan bola ketika tim sedang membangun serangan. Kemampuan ini penting karena dalam fase menyerang, pemain yang sedang menguasai bola, akan menghadapi banyak tekanan dari lawan.
Dengan ketenangannya, Bruno dapat menerima bola dengan tepat dan menunggu sampai aliran bola terbuka bagi kawan-kawannya. Bahkan saat di bawah tekanan, dengan bola yang bergerak dalam kecepatan tinggi dan ia hanya memiliki sedikit waktu untuk berpikir, Bruno dapat membuat keputusan yang tepat.
Namun, apabila dilihat dari performa dan cara bermainnya bersama Newcastle, Bruno tak hanya fokus dalam menyerang. Dari membantu serangan hingga menetralisir ancaman di area pertahanan, semua bisa ia lakukan dengan sama baiknya. Keseimbangan inilah yang dicari oleh Eddie Howe.
Menariknya, Meski Bruno adalah pemain yang Howe cari selama ini, ia tak langsung nyetel dengan permainan Eddie Howe, bahkan di awal kedatangannya ia tak menjadi pilihan utama dalam 3 pertandingan pertamanya di Premier League. Bruno baru memainkan pertandingan 90 menit full saat melawan Chelsea pertengahan Maret lalu.
Bagaimana Bruno Guimaraes Bermain di Newcastle
Secara filosofi permainan, Newcastle jauh berbeda dari Lyon. Maka dari itu, Bruno menyesuaikan diri dengan pola permainan Newcastle yang justru cenderung menunggu, alih-alih mengandalkan penguasaan bola.
Ia bermain lebih pasif di Newcastle daripada saat berseragam Les Gones. Bruno tak selalu memegang bola dan mengalirkannya untuk meningkatkan penguasaan bola. Hal itu ia sesuaikan dengan gaya bermain Newcastle yang jarang melakukan inisiatif untuk menguasai bola.
Dengan formasi 4-3-3, Eddie Howe menaruh Bruno Guimaraes di pos gelandang tengah yang beroperasi di sisi kanan lapangan. Pemain Brazil itu memegang peran sebagai gelandang box to box. Eddie Howe tahu betul bahwa Bruno memiliki kepekaan dan etos kerja.
Maka dari itu, menaruhnya sebagai gelandang box to box adalah ide yang cemerlang untuk mengeksploitasi ruang kosong di area lawan. Tugasnya sederhana, yaitu menerima umpan dan melakukan transisi dari mode bertahan ke mode menyerang.
Perannya itu terlihat ketika Newcastle melakoni laga menghadapi Leicester di Liga Inggris musim lalu. Bruno yang melihat struktur pertahanan Leicester belum terbentuk, bergegas memanfaatkan ruang yang terbuka untuk menusuk ke kotak penalti guna menerima umpan dari Joe Willock. Ia pun berhasil mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir.
Kehebatan Bruno Guimaraes tak cuma itu. Ia juga pandai dalam memainkan peran pivot atau gelandang bertahan tunggal yang berdiri di depan sektor pertahanan. Sebelumnya di Newcastle posisi itu diisi oleh Jonjo Shelvey. Hanya saja Shelvey beberapa kali absen. Nah di situlah Newcastle membutuhkan sosok Bruno.
Ia mengisi ruang yang kadang ditinggal Shelvey tersebut. Dari 17 laga bersama Newcastle, Bruno mendapat kesempatan menjadi gelandang bertahan dalam empat pertandingan. Hasilnya? Tentu saja mengesankan.
🖤🤍 #NUFC @brunoog97 pic.twitter.com/BotnnBIifX
— United News (@UnitedNews_NUFC) June 27, 2022
Ambil contoh ketika Newcastle menghancurkan Arsenal 2-0 pada pertengahan Mei lalu. Bruno Guimaraes yang diplot sebagai gelandang bertahan mampu memperlihatkan kualitasnya di atas lapangan. Ia bermain lebih defensif sekaligus efektif. Pemain asal Brazil itu piawai dalam membaca arah bola. Pasukan The Gunners dibuat frustasi ketika ke mana pun umpan mereka, Bruno Guimaraes selalu bisa memutusnya.
Selain itu, pada laga itu, Bruno tampil tenang. Ketenangannya itu bahkan sanggup memancing pemain Arsenal untuk melakukan tekanan, dan tepat di titik itulah ruang pertahanan Arsenal terbuka. Secara sengaja Bruno pada akhirnya membuka peluang bagi rekan-rekannya di lini depan. Hebatnya lagi, dengan peran tersebut Bruno malah juga bisa mencetak gol ke gawang Arsenal.
Pembelian Tepat
Dengan penampilan Bruno Guimaraes yang terampil dan mengesankan, Newcastle pun turut terkerek performanya. Dari jadi penghuni dasar klasemen, setelah kehadiran Bruno, Newcastle mampu finis di peringkat 11. Bahkan di pekan ke-34, Bruno CS sempat menembus 10 besar klasemen Premier League.
Bruno merupakan gelandang yang komplit, visi bermainnya juga sangat membantu Newcastle apabila mereka sedang membangun serangan. Kehadiran Bruno membuat aliran bola The Magpies selalu terjaga. Bola yang masif bergerak dapat memecahkan konsentrasi pemain lawan. Apalagi Bruno jitu dalam mengumpan.
Menurut The Analyst, Bruno memiliki persentase passing di angka 85,8%. Angka itu jadi yang tertinggi dari semua pemain Newcastle. Selain itu, rata-rata tekelnya pun lumayan. Ia mencatatkan satu tekel per 24 menit.
Yang tak kalah ciamik adalah kontribusi golnya yang jauh meningkat. Setelah hanya mencetak 3 gol dalam 71 pertandingan bersama Lyon, pemain berusia 24 tahun itu berhasil mencetak 5 gol hanya dalam 17 pertandingan bersama The Magpies.
Newcastle sudah lama tak memiliki gelandang sebagus Bruno Guimaraes sejak kepergian Yohan Cabaye tahun 2014. Pemain yang datang dan pergi hampir semuanya tak pernah menyamai level Cabaye. Dan kini, The Magpies kembali memiliki gelandang serba bisa pada diri Bruno Guimaraes. Ia memiliki segala atribut yang dibutuhkan untuk menjadi seorang gelandang hebat.
Di sisi lain, akan lebih baik jika Bruno memiliki tandem yang tepat. Hal itu bisa saja diwujudkan oleh Newcastle pada bursa transfer. The Magpies bisa mencarikan orang yang cocok bermain dengan Bruno. Menjadikannya tandem yang hebat, dan bukan tidak mungkin selain performa Bruno yang ikut terdongkrak, Newcastle pun jadi tambah perkasa.
https://youtu.be/emeRuE1CuiM
Sumber: The Athletic, The Analyst, The Flanker, Breaking The Lines, Ruang Taktik