Genderang perang perempat final Piala Dunia 2022 sudah resmi ditabuh. Para kontestan unggulan satu per satu mulus melangkah ke babak mengerikan ini.
Tak terkecuali langkah mulus Tim Samba Brasil yang akan coba diuji oleh runner up Piala Dunia 2018, Kroasia. Brasil kini sedang menggila. Sebaliknya Kroasia dengan mental sisa-sisa para generasi mereka, terbukti masih bertaji walaupun tertatih.
Namun ada satu cerita yang harus selalu diingat oleh Brasil. Bahwa babak ini adalah babak yang kerap menjadi mimpi buruk yang selalu menghantui mereka. Dan bisa jadi, kali ini giliran Kroasia yang akan jadi hantu dalam bayang-bayang mimpi buruk Brasil.
Another quarterfinal booked ✅ pic.twitter.com/5OJ3d1o9ib
— B/R Football (@brfootball) December 5, 2022
Daftar Isi
Head To Head Kedua Tim, Kroasia Tak Pernah Menang
Secara head to head, Brasil dan Kroasia pernah bertemu empat kali. Menurut Aiscore, dari keempat pertemuan mereka Brasil tak terkalahkan. Tiga kali menang dan satu kali berakhir imbang.
Di pertemuan pertama pada 2005 di laga persahabatan, kedua tim berbagi angka 1-1. Kemudian mereka pernah dua kali bertemu di ajang Piala Dunia, namun hanya di fase grup. Yakni di Piala Dunia 2006 dan Piala Dunia 2014.
Di 2006, Brasil menang tipis 1-0. Kemudian di 2014 Brasil menang 3-1. Sedangkan pertemuan terakhir mereka terjadi di pertandingan persahabatan pada 2018. Ketika itu, Brasil kembali mengungguli Kroasia 2-0.
Woooow!⚡😱👏🏼
⠀
🇧🇷 2-0 🇭🇷 – 2018
⠀#Neymar #NeymarJr #SeleçãoBrasileira #Croatia #Brasil #Futebol #Football #neymarfans #neymarskills pic.twitter.com/ZT9Q4gzSns— Neymar Jr Site (@NeymarJrSite) November 8, 2020
Mimpi Buruk Brasil Di Perempat Final Piala Dunia
Tentu saja head to head hanyalah data. Tak bisa menjadi jaminan kalau jalannya laga ini akan mudah bagi Brasil. Pasalnya ada satu cerita menarik mengenai perjalanan Tim Samba di babak perempat final Piala Dunia.
Sebuah cerita buruk yang tak mau diingat oleh publik Brasil. Sejak menjadi juara di 2002, Brasil di empat edisi terakhir Piala Dunia, tiga di antaranya selalu kandas di babak ini.
Di Piala Dunia 2006, sebagai juara bertahan Brasil kandas di perempat final oleh Prancis 1-0. Padahal ketika itu Brasil bermaterikan penyerang bintang seperti Ronaldo, Kaka, Ronaldinho, maupun Adriano.
¡Fantástico! Se cumplen años del partidazo que nos regaló Zidane ante Brasil en 2006. Un genio.
¿Cómo recuerdan aquella actuación? “Beau match”, jogo bonito con sabor francés. 👏🏼👏🏼pic.twitter.com/8ixzdlf0Ex
— Ciro Procuna (@cprocuna) July 1, 2020
Menurut pengakuan pelatih mereka saat itu, Carlos Alberto Parreira, Brasil gagal menjawab permainan efektif Prancis. Timnya diakui gagal menggabungkan disiplin pertahanan yang solid, dengan permainan menyerang yang luar biasa berkat melimpahnya lini serang mereka.
Mimpi buruk Brasil di perempat final tidak sampai di situ. Pada Piala Dunia 2010, di bawah reformasi yang dipimpin Carlos Dunga, Brasil tak mampu melayani taktik Belanda yang jauh lebih efektif di bawah Bert Van Marwijk. Belanda yang mulai mencoba dengan permainan pragmatis, ketika itu mampu meredam Jogo Bonito Brasil dengan skor 2-1.
7 years ago today, the netherlands beat brazil with 2-1 during the world cup 2010 quarter final pic.twitter.com/EG7IZVZAIE
— julia 🌻 (@mesutsoezils) July 2, 2017
Lain cerita di Piala Dunia 2018. Ketika itu Brasil.dihadapkan dengan “Golden Generation” Belgia yang sedang dalam fase puncaknya. Brasil tercatat ketika itu melangkah mulus ke perempat final hanya dengan kebobolan satu gol saja.
Laga yang digelar di Kazan tersebut kembali mendatangkan tangis bagi Tim Samba. Kecemerlangan Courtois dan De Bruyne akhirnya mampu menjadi hantu ketiga yang memulangkan Brasil di fase perempat final.
🔙 #OnThisDay in 2018 some magnificent saves from @thibautcourtois and this brilliant Kevin De Bruyne goal helped Belgium edge Brazil 2-1 in a mouth-watering #WorldCup quarter-final 🇧🇪@BelRedDevils | @DeBruyneKevpic.twitter.com/obhv28Mbd1
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) July 6, 2021
Kroasia Jago Adu Penalti Di Piala Dunia
Kini Brasil sudah mencapai fase perempat final kembali. Tentu bayang-bayang hantu yang memulangkan mereka masih terngiang. Kali ini, Kroasia siap menjadi hantu yang keempat bagi Brasil.
Sebagai catatan, Kroasia kalau soal babak knockout apalagi adu penalti, mereka terbukti jago. Menurut catatan Transfermarkt, Kroasia di Piala Dunia 2018 pernah menang dua kali lewat babak adu penalti. Yakni ketika melawan Denmark di babak 16 besar dan melawan Rusia di perempat final.
Kecemerlangan Kroasia di babak knockout kembali berlanjut di 2022 kali ini. Kemenangan kembali lewat adu penalti ketika melawan Jepang, menunjukkan mental mereka di Piala Dunia 2018 yang lalu masih tertanam.
🇭🇷 Croatia’s extra time record at the #FIFAWorldCup;
✅2018 Last 16-Won on penalties
✅2018 Quarterfinal-Won on penalties
✅2018 Semifinal-Won in extra-time
👀2022 Last 16: ⁉️#Qatar2022|#JPN|#HRV pic.twitter.com/EUbCeElDma— FIFA World Cup Stats (@alimo_philip) December 5, 2022
Persembahan Sisa-Sisa Generasi Tua Kroasia Di Piala Dunia
Mental Kroasia itu bukan tanpa sebab. Kalau melihat skuadnya, mereka terdiri dari beberapa pemain yang usianya sudah banyak yang menginjak 30 tahun ke atas. Artinya, ini benar-benar merupakan sisa-sisa terakhir generasi emas mereka.
Croatia’s golden generation matches on#FIFAWorldCup #Qatar2022 #roundof16 pic.twitter.com/Mo45Yqc9vW
— Ambutsi (@Ambutsi2) December 1, 2022
Bagaimanapun ini adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk kembali mengantarkan tanah kelahirannya berprestasi lebih. Hal itu tentu menjadi salah satu senjata rahasia tersendiri yang tidak dimiliki oleh Brasil.
Kekompakan skuad Kroasia yang sudah lama bermain bersama sejak beberapa tahun yang lalu membuat kesolidan pasukan Zlatko Dalic ini lebih terjaga. Sebelum Piala Dunia ini, pencapaian Final Four Nations League telah menjadi bukti bahwa sisa-sisa generasi tua mereka masih mampu terbukti punya taji.
Croatia classified to the “final four” of the Nations League! Good luck Croatia 🇭🇷🇭🇷🇭🇷🇭🇷🇭🇷 pic.twitter.com/dysK9RO8Qc
— Josip Buljevic (@BuljevicJosip) September 26, 2022
Jalan Keseimbangan Zlatko Dalic
Tentu tak mudah dalam menjaga dan mengatur para pemain yang secara fisik dan kecepatan sudah menurun karena usia. Namun sejauh ini, Kroasia di bawah Dalic mampu melakukannya.
🥈 Subcampeón del Mundo (Rusia 2018).
✅ Clasificado a cuartos de final (Catar 2022).🇭🇷 Zlatko Dalić. pic.twitter.com/maemxYiZs7
— Samuel Vargas (@SVargasOK) December 5, 2022
Menggunakan formasi 4-3-3 yang tak terlalu menyerang. Dalic lebih mengedepankan aspek keseimbangan tim. Dalic tahu memanfaatkan kapasitas fisik dan kecepatan para pemain uzurnya untuk lebih bergerak efektif.
Keseimbangan inilah yang terlihat selama di Piala Dunia 2022 kali ini. Kroasia di babak grup hanya mengemas 5 poin. Mereka hanya menang besar sekali ketika melawan pertahanan terbuka Canada 4-1. Selebihnya ketika melawan Maroko dan Belgia mereka hanya bermain dengan skor kacamata.
Begitupun ketika melawan Jepang di 16 besar. Dengan pola keseimbangan yang terus dijaga, Kroasia mampu melalui proses itu hingga adu penalti dan menang.
Croatia boss Zlatko Dalic will want more reason for celebration tonight! 🙌
Are you backing them to get past Japan?#BBCFootball #BBCWorldCup pic.twitter.com/CPkDDazk4A
— BBC Sport (@BBCSport) December 5, 2022
Pembuktian Keperkasaan Brasil
Namun lawan mereka kali ini adalah Brasil. Skuad mewah terutama stok para penyerangnya terbukti mampu berbicara banyak minimal hingga babak 16 besar ini. Lihat saja betapa gacornya performa lini depan mereka dengan koleksi 7 gol.
PARTY TIME FOR BRAZIL 🕺 pic.twitter.com/ILy8FzSePN
— GOAL (@goal) December 5, 2022
Artinya, sejauh ini Tite mampu memanfaatkan kualitas lini serang mereka dengan tepat. Format 4-2-3-1 atau lebih ke 4-2-4 ini termasuk dalam kategori yang cocok jika melihat materi yang dipunyai mereka.
Namun yang perlu diingat Tite adalah keperkasaan ini harus terus dijaga. Mengingat lawan yang dihadapi lebih solid dan kuat mentalnya. Membantai Korea Selatan 4-1 belum menjadi patokan mereka akan melakukan hal yang yang sama pada Kroasia.
Kekhawatiran fase deadlock lini serang Brasil disinyalir akan menjadi titik lemah yang akan dimanfaatkan Kroasia. Namun dengan hadirnya kembali Neymar, merupakan jaminan tersendiri bagi penyerangan Brasil berjalan efektif. Brasil juga dapat memanfaatkan kecepatan para pemain mudanya untuk terus menggerus stamina para pemain uzur Kroasia. Sehingga keseimbangan Kroasia akan selalu terganggu.
Sejauh ini Brasil memang perkasa. Pasukan Tite belum terkalahkan. Namun, Tite sendiri punya kenangan buruk di perempat final. Edisi 2018, ketika dikalahkan Belgia, Brasil juga dilatih pria bernama asli Adenor Leonardo Bacchi itu. Jadi, ini bukan cuma soal mental para pemain saja, melainkan juga mental sang pelatih. Karena Tite belum pernah berhasil membawa Brasil lolos dari perempat final.
Eliminado nas quartas em 2018, Tite terá nova chance de levar o Brasil à semifinal #CNNnaCopahttps://t.co/vbNfFnXAHy
— CNN Brasil (@CNNBrasil) December 5, 2022
https://youtu.be/DazIEaElcZk
Sumber Referensi : bbc, theguardian, aisscore, transfermarkt, bbc, sportingnews