Bisakah 6 Pemain Muda ini Lampaui Jejak Ayahnya?

spot_img

Coba bayangkan, bagaimana jika kita jadi anak dari Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo, yang sekarang ini jadi pesepakbola hebat. Pastinya ada rasa bangga yang luar biasa dalam diri. Rasa spesial dan privilege pun muncul, karena sang ayah adalah bukan seorang yang biasa-biasa saja.

Meski begitu, ada nggak enaknya juga ketika sang ayah memiliki rekam jejak bagus di masa lalunya. Salah satunya adalah ekspektasi yang tinggi. Seperti yang dialami beberapa pemain muda berikut ini, yang ayahnya seorang pemain sepakbola terbaik di masanya. Bisakah mereka melampaui jejak ayahnya yang sudah dikenal hebat itu?

Maximilian Ibrahimovic

Semua sepakat kalau Zlatan Ibrahimovic adalah pemain hebat sepanjang masa. Pemain ikonik AC Milan itu punya penerus di kulit bundar. Penerus darah Ibrahimovic itu adalah Maximilian Ibrahimovic.

Seperti yang banyak orang tahu, ayah dari Maximilian Ibrahimovic telah menjelma jadi pemain mahal di masanya. Sang ayah yang kiprahnya lebih lama di PSG daripada Barcelona itu, memang layak dibayar mahal. Ibrahimovic pernah diboyong PSG dengan harga 166 juta euro atau setara 2,7 triliun rupiah.

Hal itu sepadan karena Zlatan Ibrahimovic secara performa bagus. Kombinasi skil sepakbola dan akrobatik taekwondo seakan menyatu padanya. Inilah yang menjadikan Zlatan Ibrahimovic begitu spesial, selain karena kecepatan lari dan pengelolaan bolanya yang baik.

Kini era Zlatan Ibrahimovic telah berakhir. Kiprahnya di kulit bundar digantikan sang anak Maximilian Ibrahimovic. Berbeda dari sang Ayah di posisi penyerang tengah, Maximilian berperan sebagai pemain sayap kiri. Kiprah Maximilian cukup bagus sejauh ini di AC Milan Junior.

Maximilian termasuk salah satu pemain yang menonjol di Primavera Milan. Pemain bernomor punggung sebelas itu tampil impresif di AC Milan Junior. Sejauh ini Maximilian menunjukkan potensi terbaiknya. Ia berani menyisir pertahanan lawan.

Menariknya, walau sang ayah adalah penasehat di AC Milan, Maximilian tidak begitu saja masuk ke tim utama. Ia yang usianya baru 18 tahun masih harus menunjukkan kualitasnya agar dilirik oleh Sergio Conceicao, pelatih AC Milan sekarang.

Kristian Shevchenko

Ekspektasi begitu tinggi tak hanya dirasakan Maximilian, tapi juga Kristian Shevchenko. Ia anak dari orang nomor satu di sepak bola Ukraina. Dia tiada lain Andriy Shevchenko yang saat naskah ini ditulis menjabat sebagai presiden Federasi Sepak bola Ukraina.

Kehebatan Shevchenko di dunia si kulit bundar tak diragukan lagi. Dulu, di usia belia, tepatnya 13 tahun, Andriy Shevchenko sudah menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Ian Rush di Aberystwyth, Wales. Saat itu ia mewakili tim muda Dynamo Kiev.

Lalu di karir profesional sebagai penyerang juga tak kalah menarik. Shevchenko pernah menggaet Ballon d’Or pada tahun 2004. Lalu selang tiga tahun, Shevchenko mengantarkan Chelsea juara Piala Liga Inggris tahun 2007. Sebelumnya, Shevchenko juga sudah menabung trofi bersama AC Milan maupun Dynamo Kyiv.

Dari sederet prestasi Ayah Kristian Shevchenko, tentu ada ekspektasi besar yang harus ditanggung. Sebagai anak dari seorang pesepakbola dan pejabat publik Ukraina, banyak yang mengharapkan Kristian untuk sukses sebagai pesepakbola.

Namun kepindahan Kristian dari kelompok usia Chelsea ke Watford pada 2023 cukup mengejutkan. Saat ini Kristian bermain untuk Watford U-18. Sejauh ini memang belum terlalu kelihatan seperti Maximilian Ibrahimovic, tapi Kristian berkali-kali sudah dipanggil untuk memperkuat Timnas Ukraina U-19.

Shaqueel Van Persie

Selanjutnya beralih ke penyerang tengah asal Belanda, Robin van Persie. Van Persie terkenal sebagai penyerang yang luar biasa di eranya. Di Inggris, ia bahkan dua kali menjadi pemain terbaik dalam semusim. Dan itu diraihnya di dua tim yang berbeda: Arsenal dan Manchester United.

Namun, perjalanan terbaik penyerang yang wajahnya mirip artis Primus Yustisio itu adalah saat berseragam Setan Merah. Di Arsenal ia gagal meraih gelar Liga Inggris, tapi di MU, Van Persie menggondol trofi itu. Kini kiprah Van Persie sepertinya akan dilanjutkan oleh sang anak, Shaqueel Van Persie.

Shaqueel kini bermain untuk Feyenoord U-19, klub yang juga dulu pernah membesarkan nama ayahnya. Yang cukup menarik, Feyenoord bukan tim pertama yang dibela Shaqueel. Putra Van Persie itu justru mengawali kariernya di tim muda Manchester City, lalu ke tim muda Fenerbahce.

Ia baru ke Feyenoord pada tahun 2017 lalu. Shaqueel mewarisi insting mencetak gol dari ayahnya. Sejauh ini, Shaqueel berhasil membuktikan pada dirinya sebagai pencetak gol terbanyak. Tepatnya saat Shaqueel bermain untuk KNVB U-12. Shaqueel mencetak 19 gol.

Etienne Eto’o

Dari pemain Belanda mari beralih ke pemain Kamerun, Etienne Eto’o. Pemain berusia 22 tahun ini merupakan anak dari pemain legendaris Barca, Samuel Eto’o. Selama menjadi pemain, Eto’o pernah menyabet tiga gelar La Liga bersama Barcelona. Ia juga pernah memborong 4 kali trofi pemain terbaik Afrika. Sekarang Eto’o menjadi presiden FA Kamerun atau FECAFOOT.

Semua capaian sang ayah ini membuat Etienne Eto’o harus bekerja keras untuk setidaknya menyamai rekornya. Apalagi secara peran antara ayah dan anak sama, yaitu penyerang tengah. Namun Etienne Eto’o tak selancar ayahnya, yang di usia 19 tahun sudah dipertimbangkan oleh Real Madrid.

Samuel Eto’o sudah jadi pemain yang bolak-balik dipinjamkan. Sementara Etienne Eto’o di usia 22 tahun ini, masih berjuang di Rayo Vallecano B. Tantangan berat harus dihadapi dari pemuda Kamerun itu.

Ruben Van Bommel

Kembali lagi ke pemain Belanda, di mana Mark Van Bommel pernah jadi seorang gelandang tengah terbaik di masanya. Mantan pemain Bayern Munchen ini telah menorehkan prestasi di berbagai klub. Total Van Bommel sudah mengoleksi 27 gelar selama perjalanan karirnya di dunia sepak bola.

Kini, kiprah sang gelandang terbaik itu dilanjutkan anaknya, yaitu Ruben Van Bommel. Tapi kali ini perannya sungguh berbeda. Ruben berperan sebagai penyerang sayap kanan.

Rupanya pemain AZ Alkmaar ini tak kalah hebat dari ayahnya. Ruben van Bommel bahkan jadi incaran di tahun 2024. Anak dari Mark Van Bommel yang baru berusia 20 tahun itu sempat menarik minat Manchester City. Di usianya yang demikian muda, tapi Ruben menunjukkan kedewasaannya.

Tak cuma itu saja, insting Ruben sebagai penyerang sayap kanan cukup bagus dan potensial. Hingga Bayern Munchen meramaikan perburuan pemain muda berpotensial. Meski belum jadi hengkang dari AZ Alkmaar, tetapi ini sudah membuktikan kalau kapasitas Ruben mulai terlihat. Tampaknya Ruben mampu menanggung harapan besar di pundaknya untuk jadi yang terbaik.

Ruben Kluivert

Terakhir masih dari pemain Belanda. Mungkin kita sudah sering mendengar betapa hebatnya anak Patrick Kluivert, Justin Kluivert. Di Liga Inggris, Justin menjadi salah satu bomber andalan Bournemouth. Namun berbeda ceritanya dengan anak Patrick lain, yakni Ruben Kluivert. Namanya mungkin asing.

Berbeda dengan sang kakak, karier Ruben Kluivert masih belum terlalu mentereng. Pemain berusia 23 tahun itu hanya berkutat di Liga Portugal. Musim ini ia membela Casa Pia. Setelah sebelumnya cuma berkutat di Liga Belanda bersama Utrecht maupun FC Dordrecht.

Mungkin yang membuat Ruben Kluivert tak lebih kelihatan dari Justin adalah posisinya. Ia bukan pemain depan, melainkan pemain belakang. Selain itu Ruben juga sepertinya masih jarang dimainkan. Di Liga Portugal musim ini, pemain kelahiran Amsterdam itu baru tampil dalam 12 pertandingan. Meski ia juga sudah mampu mencetak 1 gol dan 1 assist, padahal posisinya adalah bek tengah.

Dari semua perjalanan anak pemain sepak bola hebat ini, mampukah mereka melampaui jejak ayahnya yang luar biasa di sepakbola?

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru