Everton sejak diambil alih pemilik baru Farhad Moshiri, memunculkan secercah harapan baru tersendiri bagi publik Liverpool Biru itu untuk siap bangkit dan bersaing lagi untuk mengganggu hegemoni big six di Premier League.
Beberapa pemain pun didatangkan dengan nominal yang tidak sedikit pula. Akan tetapi secara hasil masih saja tidak berkembang. Bahkan musim ini mereka terpuruk di papan bawah Premier League. Lantas, apa sih yang salah dari Everton?
Daftar Isi
Farhad Moshiri Dan Pengeluarannya
Pada tahun 2016 Everton mendapat pemilik baru dari Iran, Farhad Moshiri. Ia adalah pebisnis yang membeli 50% saham Everton dengan 8,8 juta pounds. Moshiri dengan visi menggebu-gebunya yakni “Everton mencapai Champions League” semakin memantapkan harapan para fans The Toffees.
Everton find themselves languishing 5 points above relegation. Unlike other mid-table clubs, their struggles don’t stem from a lack of financial clout.
In 2016, Everton was taken over by Farhad Moshiri, a man with an estimated net worth of £2 billion.https://t.co/ihV3fYNl7T pic.twitter.com/NieakANlor
— Breaking The Lines (@BTLvid) January 18, 2022
Moshiri pun rela banyak merogoh koceknya untuk membeli beberapa pemain demi mewujudkan visinya itu. Pada musim pertamanya di Everton, Moshiri dibantu direktur olahraga yang mengurusi pembelian pemain yakni Steve Walsh.
Selama karirnya diberikan kepercayaan beroperasi di bursa transfer oleh Moshiri, Walsh terbukti kurang smart. Begitupun pada tahun 2018 ketika datang seorang direktur olahraga baru yakni Michael Brands yang dibajak dari PSV.
Muncul harapan bahwa Brands mampu mewujudkan visi Moshiri lewat operasi transfernya. Namun, seiring berjalannya waktu kebijakan transfernya pun masih tergolong bernasib sama pada jaman Walsh.
Moshiri dari tahun 2016 sampai 2022 sekarang tergolong pemilik yang tanpa perhitungan untuk transfer. Moshiri lebih jor-joran ketimbang pemilik rival sekota Liverpool. Namun jika bicara soal pendapatan, Liverpool lebih banyak daripada Everton.
Moshiri paling tidak hingga sekarang telah mengeluarkan uang lebih dari 500 juta pounds untuk membeli pemain yang secara hasil tidak sesuai ekspektasi.
💸 Over £500𝗺𝗶𝗹𝗹𝗶𝗼𝗻 has been spent on new players since Farhad Moshiri became @Everton owner in 2016!
👔 The Toffees have sampled an array of different managerial styles and approaches to no success. Who should they appoint as their next manager? 🤔#beINTERACT #EFC pic.twitter.com/wCufwXbHJl
— beIN SPORTS (@beINSPORTS_EN) January 18, 2022
Kebijakan Transfer Yang Buruk
Di musim 2016/2017 transfer pertamanya di era Moshiri, Steve Walsh membeli pemain dengan harga yang cukup mahal seperti Oumar Niasse dengan 13,5 juta pounds, Yannic Bolasie 30 juta pounds, dan Morgan Schneiderlin 20 juta pounds. Akan tetapi secara hasil, pembelian baru yang lumayan mahal itu tidak mampu berbuat banyak. Mereka hanya finish di posisi 7 klasemen dan nihil gelar.
Pada musim kedua Moshiri, Steve Walsh kembali dituntut untuk kembali beroperasi di bursa transfer guna membenahi performa Everton. Ia mendatangkan pemain yang harganya cenderung tak murah seperti Sigurdsson 40 juta pounds, Michael Keane 25 juta pounds, Pickford 25 juta pounds, Davy Klaassen 27 juta pounds, Cenk Tosun 28 juta pounds, dan Walcott 20 juta pounds.
Steve Walsh overseen the following transfers whilst at Everton:
Gylfi Sigurdsson £45m £110k p/w.
Jordan Pickford £30m £75k p/w.
Yannick Bolasie £27.5m £50k p/w.
Michael Keane £25m £60k p/w.
Davy Klaassen £25m – Sold for £12m.
Morgan Schneiderlin £24m £110k p/w.#EFC pic.twitter.com/T8xzLB0YV9— The Everton End (@TheEvertonEnd) January 8, 2020
Secara hasil pun kembali gagal. Everton hanya finish di peringkat 8 Premier League dan juga nihil gelar.
Akhirnya pada musim baru 2018/2019, Everton kedatangan direktur olahraga baru Michael Brands. Musim pertamanya, Brands kembali mengulangi kesalahan sama seperti Walsh, yakni membeli pemain dengan harga yang tidak semestinya atau kemahalan. Ia membeli Richarlison 35 juta pounds, Digne 18 juta pounds dan Yerry Mina 27 juta pounds.
Secara hasil, tampaknya tidak mengubah apa pun, Everton masih finish di peringkat 8 klasemen Liga Inggris dan masih nihil gelar. Ini sangat kontradiktif dengan Brands yang selama menangani transfer PSV terbilang berhasil.
Di musim 2019/2020, Brans lebih parah lagi. Total biaya yang dikeluarkan Everton untuk transfer pemain tidak main-main. Mereka keluar kocek hampir 108,9 juta pounds.
Saat itu, total ada enam pemain termasuk satu pinjaman yang mereka datangkan ke Goodison Park. Para pemain itu adalah Moise Kean, Jean-Philippe Gbamin, Andre Gomes, Alex Iwobi, Fabian Delph, dan Djibril Sidibe.
Some of Everton’s transfers since 2016:
Sigurdsson – £45m
Iwobi – £35m
Kean – £30m
Mina – £27m
Keane – £25m
Pickford – £30m
Tosun – £20m
Klaassen – £25m
Walcott – £20m
Bolasie – £30m
Schneiderlin – £20mApprox £300m spent on these players listed! 😳😳😳 pic.twitter.com/2Dq38wU1F2
— Footy Accumulators (@FootyAccums) July 7, 2020
Secara hasil lebih parah, Everton turun drastis finish di peringkat 12 klasemen pada musim itu dan juga tanpa gelar. Moshiri tampaknya terpukul akan kegagalan demi kegagalan itu. Dan ia mulai mengultimatum Brands agar tidak lagi berbuat bodoh di bisnis perekrutan pemain Everton.
Memasuki musim 2020/2021 Everton kembali merogoh kocek yang lumayan yakni sekitar 67 juta pounds untuk mengontrak Allan, Ben Godfrey, Abdoulaye Doucoure dan James Rodriguez. James Rodriguez memang didapat secara gratis, tetapi gajinya terlalu mahal bagi keuangan Everton.
Secara hasil pun masih sama, Everton di musim itu hanya finish di peringkat 10 klasemen Liga Inggris dan juga nihil gelar. Sejak Marcel Brands ditunjuk sebagai direktur olahraga di Everton pada 2018, The Toffees telah menghabiskan sekitar 300 juta pounds untuk transfer. Akan tetapi, finish tertinggi mereka di era Brands hanya peringkat ke-8 Premier League.
Everton have sacked Marcel Brands as their Director of Football, after overseeing £300m of spending which has failed to lead to success on the pitch. Everton host Arsenal in the Premier League tonight #HeartNews pic.twitter.com/DGtztrCE9q
— North West News (@HeartNWNews) December 6, 2021
Hal itu membuat neraca keuangan Everton tidak stabil, pemasukan yang tidak seberapa, plus pembelian dan gaji pemain yang mahal serta menyisihkan dana untuk pembangunan stadion baru, membuat direktur olahraga Michael Brands menyerah dan keluar dari Everton pada awal musim 2021/2022.
Seiring mundurnya Brands, paling tidak kini arah kebijakan transfernya sudah membaik meskipun secara prestasi mereka masih terseok musim ini. Awal musim 2021/22, Everton tak lagi mengeluarkan duit banyak. Ia membeli Townsend, Begovic, dan Rondon secara gratis. Lalu Gray ia datangkan hanya dengan 1,7 juta pounds.
Mikolenko dan Patterson didatangkan dengan hanya menghabiskan 27 juta pounds. Lalu Everton juga meminjam Dele Alli dan Van de Beek.
Dari semua itu mungkin Everton harus mulai memperbaiki strategi transfer mereka musim panas nanti dengan direktur olahraga yang baru mereka Kevin Thelwell. Thelwell sudah berjanji kepada Moshiri, ia bersama Lampard tak akan lagi asal beli pemain dengan harga yang tidak masuk akal.
OFFICIAL: Kevin Thelwell has been appointed as Everton Director of Football. pic.twitter.com/dQY7FbBctj
— Everton Blue Army (@EvertonBlueArmy) February 25, 2022
Bongkar Pasang Pelatih
Selain kebijakan dalam sektor perekrutan pemain yang tak beres. Everton di bawah operasional Walsh maupun Brands juga sering gonta-ganti pelatih yang tidak memiliki benang merah yang jelas bagi tim.
Mereka gonta-ganti pelatih guna hasil instan yang mereka harapkan. Mereka tidak berpikir jika proses adaptasi pelatih dengan pemain tidak selamanya berhasil dengan cepat, namun butuh waktu.
Tercatat sejak Moshiri mengambil alih Everton 2016, pelatih yang datang ke Goodison Park sebanyak 8 kali pergantian pelatih. Sejak pertama era Ronald Koeman, David Unsworth, Sam Allardyce, Marco Silva, Duncan Ferguson, Carlo Ancelotti, Rafael Benitez kemudian yang terakhir Frank Lampard, semua itu tidak menyumbangkan prestasi apa-apa bagi The Toffees.
Number of games in charge by Everton’s last five permanent managers:
🇪🇸 Rafael Benitez – 22
🇮🇹 Carlo Ancelotti – 67
🇵🇹 Marco Silva – 60
🏴 Sam Allardyce – 26
🇳🇱 Ronald Koeman – 60Is Frank Lampard the man to bring some stability to Goodison Park? 🤔#EFC pic.twitter.com/G8QunHwh0Y
— Casumo Sports (@CasumoSports) February 6, 2022
Di sinilah harusnya Everton sadar. Mereka juga tak bisa asal menunjuk manajer. Mereka kudu punya rencana yang jelas atas timnya dalam jangka panjang. Seperti misalnya mau bermain dengan filosofi yang bagaimana. Dari situ mereka bisa mencari sosok yang tepat untuk membangun identitas itu.
Hampir Terdegradasi
Setelah Walsh dan Brands pergi, dengan tinggalan skuad yang ala kadarnya, Moshiri dan Everton dihadapkan pada kenyataan skuadnya yang kini amburadul dan hampir terdegradasi. Di bawah komando Lampard yang harus perlu banyak adaptasi dengan pemain, tampaknya Moshiri harus bersabar menerima kenyataan apa pun hasilnya di musim ini.
Everton are set to record the biggest three-year loss of ANY club ever in English football.
They have lost £252m in the last two years with the third year expected to be tens of millions.
Imagine this AND relegation 😳😳😳 pic.twitter.com/FDUynbtR8f
— Footy Accumulators (@FootyAccums) March 15, 2022
Kedatangan Thelwell sebagai direktur olahraga mulai sekarang sudah bisa dinanti kiprahnya dalam membenahi kubu Everton di musim panas mendatang, dengan arah dan identitas yang jelas.
Frank Lampard and Kevin Thelwell face crucial week to secure Everton resethttps://t.co/4Vu6sf3L6r
[Source: Liverpool Echo]#efc #coyb #utft pic.twitter.com/tT2WaZwmYA
— Everton News 365 (@EvertonNews_365) March 26, 2022
Musim ini, Everton sudah kadung jatuh tertimpa tangga, yang terpenting bagi Everton sekarang adalah selamat dari jurang degradasi sambil tentunya mulai memikirkan sebuah master plan yang jelas bersama Thelwell paling tidak untuk 5 sampai 10 tahun ke depan. Itupun kalau Everton mau berubah dan meninggalkan rumus gaya lama Walsh dan Brands yang gagal total itu.
https://youtu.be/xBKNaLMUCAM
Sumber Referensi : mirror, liverpoolecho, goodisonnews, transfermarket