Xavi Hernandez kini telah mendapatkan trofi pertamanya sebagai manajer Barcelona. Yang lebih istimewanya lagi adalah, ini ia dapatkan lewat pertandingan El Clasico melawan rival abadi mereka, Real Madrid. Xavi dengan pasukannya yang berisikan pemain muda berhasil mengalahkan skuad veteran Carlo Ancelotti dengan skor 1-3.
Gavi yang baru berusia 18 tahun menjadi bintang pertunjukan. Ia menancapkan pisau belati ke dada Real Madrid lewat permainan cantik yang ia pertontonkan. Gavi mencetak satu gol dan dua assist di laga tersebut. Sekaligus ini juga jadi trofi pertama Gavi bersama Barcelona.
Daftar Isi
El Clasico di Riyadh
Bermain di King Fahd International Stadium Arab Saudi, Xavi memasang formasi yang tidak biasa ia pakai, 4-2-3-1. Ia menggunakan dua pemain pivot di belakang, De Jong dan Sergio Busquets.
Memainkan Busquets sebagai starter tidak mendatangkan reaksi positif dari para fans pada awalnya. Itu bisa dipahami, sebab Busquets yang kini sudah berusia 34 tahun tidak bisa berkontribusi banyak di beberapa bulan terakhir.
Xavi memperkuat lini belakang dengan menurunkan Araujo sebagai bek sayap kanan. Niatnya jelas untuk menghentikan atau setidaknya memperlambat gempuran serangan balik dari sayap Real Madrid, Vinicius Junior.
Strategi itu berhasil. Vini sebagian besar tidak bisa berbuat banyak di pertandingan tersebut. Hal ini mamp dimanfaatkan Barcelona untuk menggempur El Real. Di menit ke-33, gol pertama di pertandingan tersebut tercipta. Gavi sukses menyarangkan bola ke gawang Real Madrid. 12 menit kemudian, Barcelona mampu menambah jarak. Kali ini lewat gol dari Lewandowski di menit ke-45.
Real Madrid gagal menciptakan tendangan tepat sasaran di babak pertama, Itu membuat anak asuh Ancelotti memasang mode panik di babak kedua. Mereka berusaha mempersempit ketertinggalan dari sisa waktu yang ada.
Namun, bukannya mencetak gol skuad El Real malah lagi-lagi bikin kesalahan. Dan itu membuat Pedri bisa mencetak gol di menit ke-69. Barcelona unggul dengan skor 3-0. Real Madrid hanya mampu membalas lewat gol dari pemenang Ballon d’Or, Karim Benzema menjelang laga berakhir.
Gelar Pertama Xavi
Bagi Xavi, kemenangan ini lebih dari sekedar meringankan bebannya di Barcelona saja. Piala Super Spanyol memang piala yang tidak terlalu bergengsi untuk dimenangkan atau bahkan dibanggakan oleh tim sekelas Barcelona.
Ini bukan trofi besar yang membutuhkan proses panjang dan sistem babak gugur yang melelahkan. Tapi gelar ini mereka dapatkan setelah mengalahkan rival abadi mereka. Dan ini adalah permulaannya.
Xavi mampu membuat lini tengah Real Madrid tidak berkutik. Dampak kepergian Casemiro ke Manchester United semakin dirasakan oleh Ancelotti. Don Carlo sempat mengutak-atik formasinya sedikit, dimulai dengan memainkan Kroos lebih ke dalam. Sebelum mempercayakan Eduardo Camavinga di tempat tersebut.
Luka Modric tampil tidak seperti biasanya. Xavi bisa membuat gelandang andalan asal Kroasia itu tidak menyentuh bola. Total, ia hanya melakukan 37 sentuhan dari 65 menit waktu yang ia habiskan di lapangan.
Sudah 435 hari Xavi menjabat sebagai bos di Camp Nou. 435 hari yang ia habiskan dengan banyak kekecewaan. Sebelumnya, Xavi selalu gagal dengan memalukan untuk memberikan trofi kepada Barcelona. Ia bahkan sempat terancam didepak setelah gagal di Liga Champions awal musim ini.
Perjalanan Berliku Barcelona
Xavi menerima tim yang babak belur berkat warisan beberapa musim terakhir. Skuad Barcelona sedang berada di titik terendah di era Ronald Koeman untuk dua musim. Dan asa mereka semakin hancur di beberapa bulan musim kedua Koeman menjabat sebagai pelatih.
Xavi lalu datang sebagai penyelamat. Ia dipilih oleh para fans sebagai tokoh penting bangkitnya Barcelona kembali nantinya. Pemain terbaik di masanya dan pernah jadi bagian Barcelona di era Pep Guardiola yang melegenda. Xavi dinilai sebagai sosok yang cocok untuk memimpin Barca keluar dari kegelapan.
Di tahun yang panjang selama ia menjadi manajer klub kesayangannya itu, Xavi sudah melewati banyak cobaan dan kekecewaan. Barcelona gagal lolos fase penyisihan grup Liga Champions setelah kalah 3-0 lawan Bayern Munchen.
Ini pertama kalinya sejak tahun 2003, Barcelona tidak bisa lolos fase grup dan harus bermain di Europa League. Tapi memang, sejak sebelum Xavi datang pin Barca sudah tidak ada harapan di Liga Champions. Tapi di Europa League pun nasibnya pontang-panting. Mereka hanya mampu melaju sampai ke perempat final. Di babak itu Barcelona kalah ketika melawan Eintracht Frankfurt.
Di kompetisi domestik Xavi pun tidak bisa mendapat kan gelar. Mereka terhenti di babak 16 besar. Barcelona kalah ketika melawan Athletic Bilbao dengan skor 3-2. Itu kekalahan yang sangat menyakitkan bagi Barcelona pada saat itu. Sebab, mereka tahu kalau Copa Del Rey adalah kesempatan satu-satunya mereka. Terlalu sulit mengejar Real Madrid untuk merebut gelar La Liga musim 2021/22 itu.
Kesempatan Xavi Musim Ini
Di musim ini pun tidak terlalu baik. Karena Xavi sudah meningkatkan harapan publik Camp Nou di awal musim dengan memuncaki klasemen La Liga. Barcelona bahkan masih memuncaki klasemen sampai saat ini dengan selisih 3 poin dari Real Madrid.
Tapi di Eropa mereka masih apes. Di Liga Champions, Barcelona masuk ke grup yang bisa dibilang sebagai grup neraka. Yaitu di Grup C bersama Bayern Munchen dan Inter Milan. Hasilnya, Barca tidak bisa berkutik. Mereka hanya mampu mengemas 7 poin dari enam pertandingan.
Tapi, perlahan Barca mulai bangkit. Kemenangan melawan Los Blancos di final Super Spanyol ini adalah salah satu buktinya. Real Madrid adalah tim kuat. Bisa dibilang Los Merengues adalah tim terkuat di Eropa, setidaknya sampai pertengahan musim ini. Dengan mengalahkan pasukan Ancelotti, apakah jadi sebuah penanda Barcelona akan segera keluar dari kegelapan?
Sumber referensi: Sportskeeda, 90min, ESPN, Marca, Goal, Sporting