Menggunakan pemain naturalisasi, sekalipun itu cara instan untuk mempunyai tim nasional yang jago, tetap ada proses panjang yang harus dilalui. Kayak makan mi instan. Meskipun namanya mi instan, untuk bisa mengonsumsinya, kita harus memasaknya dulu, tidak simsalabim bisa dimakan.
Begitulah PSSI kesayangan kita mendapatkan para pemain keturunan yang benar-benar berkualitas untuk Timnas Indonesia. Mari menyingkap bagaimana PSSI akhirnya menemukan pemain keturunan yang berkualitas itu sampai akhirnya dinaturalisasi.
Daftar Isi
Yang Harus Dipahami
Pertama-tama tak bosan mengingatkan bahwa kata “naturalisasi” tidak berkonotasi negatif. Orang-orang yang kurang dielus ubun-ubunnya saja yang menjadikan kata “naturalisasi” negatif. Seolah-olah kata “naturalisasi” tidak pantas untuk menyebut para pemain diaspora.
Padahal “naturalisasi”, “diaspora”, dan “keturunan” punya makna yang berbeda-beda. Menurut KBBI “diaspora” sendiri berarti tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Rumit, ya? Definisi “diaspora” bisa disederhanakan menjadi orang yang tinggal di luar kampung halaman.
Setelah tiba di Jakarta dari Doha, saya kembali fokus memperkuat tim nasional.
Hari ini Maarten Paes sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia. Sementara Calvin Verdonk pemain NEC Nijmegen dan Jens Raven pemain FC Dordrecht juga dalam proses naturalisasi. #KitaGaruda… pic.twitter.com/uF3F5FeLOZ
— Erick Thohir (@erickthohir) April 30, 2024
Sedangkan “keturunan” dalam KBBI bermakna “anak, cucu, generasi, angkatan.” Lalu apa itu “naturalisasi”? KBBI bersabda, “Naturalisasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi penduduk asing.”
Melalui definisi tersebut, jelas bahwa pemain diaspora atau keturunan tidak akan bisa membela Timnas Indonesia tanpa naturalisasi. Maka, tidak masalah sebetulnya kalau menyebut Jay Idzes, Maarten Paes, hingga Sandy Walsh adalah pemain naturalisasi.
Yang salah adalah memperlakukan mereka berbeda dengan pemain yang lahir dan hidup di Indonesia. Dan yang paling salah adalah berlaku rasis kepada para pemain naturalisasi. Sudahlah, mereka mau membela Timnas Indonesia, jadi tak perlu dipermasalahkan. Clear?
Berawal dari Pelatih
Lalu, bagaimana sih, PSSI menemukan pemain seperti Calvin Verdonk? Pada mulanya dari keinginan pelatih Timnas Indonesia. Ada dua pelatih yang belakangan ini gencar mencari pemain diaspora: Shin Tae-yong dan Indra Sjafri.
Sebelum melapor ke PSSI, kedua pelatih sudah mengantongi sejumlah nama untuk dinaturalisasi. Itu artinya, baik STY maupun Indra Sjafri sudah blusukan ke luar negeri untuk mencari para pemain keturunan. Beberapa kali kita mendengar berita Shin Tae-yong terbang ke luar negeri, khususnya Belanda.
Selain menjenguk pemain yang berkarier di sana, Tae-yong juga melacak pemain keturunan yang menurutnya, bisa diangkut ke Jakarta. Tapi itu tidak mudah. Pelatih asal Korea Selatan mengakui bahwa mencari pemain naturalisasi untuk membela Timnas Indonesia sulit. Penyebabnya, calon pemain yang akan dinaturalisasi kadang jarang bermain di klubnya.
Kesulitan yang sama juga dialami oleh Indra Sjafri ketika mencari pemain keturunan untuk Timnas U-19. Mengutip Suara, menurut Indra mencari pemain diaspora di level kelompok umur lebih sulit dari mencarinya di level senior. Pemain yang masih muda statistiknya kerap tidak tersedia.
Pelatih timnas Indonesia U-20, Indra Sjafri, terbang langsung ke Belanda untuk memantau pemain keturunan. 😍🇮🇩
Coach Indra ingin memaksimalkan semua talent pool yang ada selain dari dalam negeri.
Dari kiri ke kanan:
• Xavi Woudstra (19/CM-RW/Heerenveen U-21)
• Mauresmo Hinoke… pic.twitter.com/Q8doozqLpY— Extra Time Indonesia (@idextratime) May 13, 2024
Mengajukan ke PSSI
Usai pelacakan dari pelatih, para calon naturalisasi akan diajukan ke PSSI. Federasi yang berhak memutuskan, apakah si calon pemain ini akan lanjut dipantau atau tidak. Ketika sampai ke meja PSSI pun ada segelondong syarat sebelum si pemain diprospek.
Syarat terpenting tidak melanggar UU Nomor 12 Tahun 2006 dan mesti sesuai dengan Statuta FIFA mengenai “pindah asosiasi/federasi”.
Dalam Statuta FIFA kriteria pemain yang bisa dinaturalisasi adalah: pemain di wilayah asosiasi terkait, ibu/ayah kandungnya lahir di wilayah asosiasi yang baru, nenek/kakeknya lahir di wilayah asosiasi yang bersangkutan, atau tinggal di negara terkait sekurang-kurangnya lima tahun.
🇮🇩 WHAT A PHOTO! Momen Coach Shin Tae-yong makan bersama dengan para pesepakbola Indonesia yang berkarir di Belanda & Belgia 😍
➞ Nathan Tjoe-A-On
➞ Thom Haye
➞ Ivar Jenner
➞ Rafael Struick
➞ Ragnar Oratmangoen
➞ Marselino Ferdinan
➞ Sandy Walsh
➞ Shayne Pattynama… pic.twitter.com/u6HyXtvXIg— FaktaBola (@FaktaSepakbola) March 8, 2024
Dari kriteria itu melahirkan kategorisasi. Pertama, full-blood, pemain berdarah dan tinggal di Indonesia, ia WNI sejak lahir. Contohnya Marselino Ferdinan. Kedua, half-blood, hasil perkawinan ayah-ibu beda kewarganegaraan tapi salah satunya WNI, si pemain WNI sejak lahir, seperti Ronaldo Kwateh.
Ketiga, diaspora atau keturunan. Ini adalah kategori pemain yang tinggal di luar Indonesia tapi punya keturunan Indonesia dari ayah/ibu/kakek/neneknya. Ada yang sejak awal sudah memilih WNI macam Elkan Baggott. Ada yang awalnya WNA macam Jay Idzes. Keempat, blijvers.
Blijvers adalah pemain yang tidak lahir dan tidak tinggal di Indonesia, serta tak berdarah Indonesia. Tapi ia bisa dinaturalisasi karena kakek/neneknya lahir dan tinggal di Indonesia. Contohnya Maarten Paes. Jika sampai blijvers saja bisa dilacak, berarti risetnya sudah sedalam itu untuk proyek naturalisasi.
Yang terakhir adalah bukan blijvers atau keturunan. Namun, bisa dinaturalisasi karena sudah tinggal di Indonesia minimal lima tahun. Contohnya Marc Klok dan Cristian Gonzales.
Guide tentang gimana cara pemain Timnas Indonesia memperoleh status WNI-nya. Bhinneka Tunggal Ika 🇮🇩 pic.twitter.com/z0ZiK8jFnV
— Strootsy Football (@strutsie) September 13, 2024
Mengirim Pemantau
Selain memastikan tidak ada aturan yang ditabrak sehingga perlu memanfaatkan MK, PSSI juga memastikan si pemain mau membela Indonesia. Cara semacam ini pernah dipakai teh Marina Granovskaia saat bekerja di Chelsea.
Makanya, ada pemain yang bisa ditindaklanjuti, ada pula yang tidak. Contoh yang tidak atau belum diproses adalah Emil Audero Mulyadi. Sang pemain masih belum berminat membela Timnas Indonesia.
Nah, ketika pemain berminat, PSSI lalu mengirim tim pelatih untuk memantau. Pemantauan dilakukan intens, tidak sekali-dua kali. Setelah proses pemantauan, tim pelatih akan mendiskusikannya lagi dengan PSSI. Jika disetujui, PSSI kemudian yang bekerja.
PSSI ke Kemenpora, Kemenpora ke Kemenkumham
PSSI akan mendekati federasi/asosiasi pemain yang bersangkutan untuk mencari cara agar bisa pindah federasi. Usai semuanya dipastikan bisa diproses, PSSI menyurati Kemenpora sekaligus menyerahkan berkas-berkas yang diperlukan. Di waktu yang sama, PSSI juga bersurat dengan FIFA.
FIFA akan melakukan pengecekan ulang yang sifatnya lebih administratif. Soal berkas-berkas apa saja yang diajukan PSSI bisa dilihat di laman resmi Kementerian Luar Negeri RI. Usai diajukan ke Kemenpora dan disetujui oleh Kemenpora, proses naturalisasi si pemain lalu diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM atau Kemenkumham.
Proses Rumit di Kemenkumham
Nah, di Kemenkumham ini yang agak rumit. Mengutip Skor.id, Kemenkumham akan menelaah lagi pengajuan itu dan mengecek persyaratan melalui Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum atau Ditjen AHU. Kalau sudah oke, diajukan ke Sekretariat Negara untuk dicek lagi sebelum sampai ke tangan presiden.
Beri Naturalisasi, Kemenkumham Dukung Jalan Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2026
Jakarta – Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Supratman Andi Agtas menegaskan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pic.twitter.com/uwiZNPQk13
— Kemenkumham_malut (@malut_kumham) September 19, 2024
Pengecekan ini juga melibatkan Badan Intelijen Negara demi memastikan calon pemain bukan anggota jaringan mafia internasional. Setelah dinyatakan layak, berkas sampai ke tangan presiden. Tapi presiden tidak bisa mengabulkan permohonan begitu saja.
Presiden mesti bersurat dulu dengan legislatif. Nanti DPR RI akan memutuskan lewat sidang. Baru setelah disetujui, DPR akan mengirim surat ke presiden yang berisi rekomendasi pengabulan pemberian WNI pada pemain bersangkutan.
Setelah itu, presiden akan membubuhkan tanda tangan melalui Kepres tentang pengabulan permohonan kewarganegaraan. Barulah setelah itu si pemain bisa disumpah menjadi WNI.
🚨 DIKONFIRMASI : Mees Hilgers dan Eliano Reijnders akan melakukan pengambilan sumpah WNI pada hari Senin, 23 September di KBRI Den Haag.
Here we go.. 🔜🇮🇩 pic.twitter.com/uAPyUyrRl3
— Extra Time Indonesia (@idextratime) September 19, 2024
Menyelesaikan Sengketa
Namun, sudah disumpah WNI pun si pemain belum tentu bisa membela Timnas Indonesia. Jika masih ada sengketa, terutama yang menyangkut FIFA, ya harus diselesaikan dulu. Seperti halnya yang terjadi pada Maarten Paes. Soal kasus Paes ini kamu bisa menonton video di Starting Eleven Story.
Lalu apakah untuk menaturalisasi pemain keturunan yang sebelumnya WNA membutuhkan biaya?
Mengutip laman resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Pan-RB), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), ditetapkan biaya sebesar Rp50 juta untuk setiap permohonan naturalisasi yang berasal dari pemohon WNA itu sendiri.
21 Agustus: Maarten Paes dikabarkan belum bisa membela Timnas di laga pertama melawan Arab Saudi karena pendaftaran skuat sudah ditutup tanggal 5 Agustus.
4 September (H-1 Pertandingan): PSSI mengonfirmasi jika Maarten Paes boleh diturunkan melawan Arab Saudi!
Hormat buat PSSI,… pic.twitter.com/gbPwbeOXiz
— Extra Time Indonesia (@idextratime) September 6, 2024
Namun, untuk Timnas Indonesia mengutip Okezone, Mantan Komite Eksekutif PSSI, Hasani Abdulgani mengatakan, tidak ada biaya khusus dalam proses naturalisasi. Pun bagi sang pemain. Mengutip Jawa Pos, Erick Thohir memastikan tidak ada pemain naturalisasi Timnas Indonesia yang minta bayaran.
Bagaimana football lovers, rumit dan panjang bukan prosesnya? Proses panjang nan rumit ini akan terbayar ketika Timnas Indonesia akhirnya bisa melompat lebih tinggi, seperti lagunya Sheila On 7.
Sumber: Kemlu, Bolanet, Skorid, DetikSport, TVOneNews, Suara, OneFootball