Seperti sebuah perusahaan yang harus memperhatikan roda keuangan, klub sepakbola pun begitu. Klub harus bisa mengatur agar pengeluaran tak lebih besar dari pemasukan, bahkan sebisa mungkin harus mendapatkan keuntungan.
Karena tak dapat dipungkiri, dibutuhkan banyak modal untuk menjalankan manajemen klub. Dimana klub harus mengeluarkan uang untuk membayar gaji pemain dan staf manajemen, biaya transfer pemain, perbaikan stadion dan tempat latihan, dana fasilitas medis, biaya promosi klub dan macam-macam yang nominalnya tidak kecil.
Untuk memenuhi semua itu, klub harus memiliki aliran pendapatan yang sangat besar. Lalu, bagaimana klub sepakbola menghasilkan uang? Apakah hanya dari sponsor?
Untuk itu, kali ini Starting Eleven akan membahas daftar sumber pendapatan klub sepakbola yang ternyata tidak hanya dari sponsor!
Daftar Isi
Pendapatan dari Pertandingan (Matchday Revenue/Gate Receipt)
Hari pertandingan adalah saat yang menyenangkan bagi banyak orang. Dari sisi penggemar, mereka senang karena bisa melihat kesebelasan andalannya bermain. Dari sisi pemain, hari pertandingan bisa jadi ajang untuk pembuktian. Sedangkan, dari sisi klub, hari pertandingan itu artinya sama dengan hari bertambahnya pendapatan klub.
Di Indonesia hal itu lebih dikenal dengan istilah pendapatan dari penjualan tiket pertandingan. Untuk jenis tiketnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu tiket yang dijual di hari H dan tiket terusan atau musiman yang dijual sejak awal musim.
Pendapatan dari sektor ini biasanya akan semakin tinggi saat tim yang bermain adalah tim-tim besar.
Selain dari penjualan tiket, klub juga bisa mendapat tambahan pemasukan dari hasil menyewakan stadion ke pihak lain dan kafe atau restoran milik klub yang ada di area sekitar stadion.
100% pendapatan dari stadion bisa masuk ke manajemen klub apabila stadion itu adalah milik sendiri, namun jika bukan, maka klub harus membayar biaya perawatan, sewa dan lainnya pada pihak pengelola stadion.
Hak Siar Televisi
Sumber pendapatan klub lainnya berasal dari hak siar televisi. Baik hak siar pertandingan domestik (liga, cup) maupun kompetisi internasional (Liga Champions, Liga Eropa, dan lainnya).
Dengan kata lain, jika kompetisi yang diikuti klub semakin banyak maka pemasukan dari hak siar akan semakin besar. Bahkan, untuk klub yang memiliki banyak prestasi, pendapatan dari sektor ini juga akan semakin tinggi.
Sejauh ini, nominal pendapatan hak siar terbesar masih dipegang oleh klub-klub Liga Inggris. Dengan rata-rata keuntungan sebesar 123 juta pounds atau setara dengan Rp 2,13 triliun.
Pemasukan itu dua kali lebih besar dari liga-liga top Eropa lain seperti La Liga 56 juta pounds atau Rp 971 miliar, Serie A 52 juta pounds atau Rp 902 miliar, Bundesliga 52 juta pounds atau Rp 902 miliar dan jauh diatas Ligue 1 yang ‘hanya’ menerima 27 juta pounds atau Rp 468 miliar.
Premier League memang masih jadi liga paling diminati dan diperebutkan hak siarnya. Yang akhirnya membuat harga hak siarnya semakin naik dari tahun ke tahun.
Salah satu penyebab yang menjadikan harga hak siar Liga Inggris sangat mahal yaitu karena target pasar Liga Inggris adalah Asia. Bisa dilihat dari jam tayangnya yang mengikuti jam tayang prime time Indonesia.
Contohnya bisa kita lihat dari pertandingan MU kontra Arsenal yang ditayangkan pada pukul 18.00. Di Inggris, pertandingan tersebut digelar pada pukul 12.00 siang, itu bukanlah waktu ideal untuk orang-orang Inggris menonton bola di TV.
Namun, pertandingan tersebut masuk ke jam tayang prime time Indonesia. Mengutip dari neliti.com, prime time Indonesia dimulai dari pukul 18.00-23.00. Jadi, bukan hal aneh jika ada banyak stasiun TV rebutan hak siar Liga Inggris.
Lalu, bagaimana uang hak siar didistribusikan?
50% pendapatan dari siaran akan dibagi rata pada 20 klub. Lalu, 25%-nya akan dibayarkan dalam bentuk ‘Merit payment’ (prize money berdasarkan posisi di klasemen akhir musim). 25% sisanya akan digunakan untuk biaya fasilitas setiap pertandingan klub yang disiarkan di Inggris. Kemudian, untuk pendapatan siaran Internasional dan pendapatan komersial pusat akan dibagi rata pada 20 klub.
Pendapatan Komersial
Sponsor, penjualan merchandise (jersey, aksesori, dll), tur pramusim, coaching clinic, penjualan hak penamaan stadion dan membuka akademi sepak bola adalah deretan sumber pendapatan lainnya yang cukup besar bagi klub.
Namun, dari semua sumber pemasukan komersial tadi, pendapatan dari sponsor adalah yang paling besar. Biasanya, sponsor yang paling banyak mendatangkan uang bagi klub, namanya terpampang di jersey bagian depan.
Selain sponsor, pendapatan terbesar kedua dari sektor komersial adalah dari penjualan Merchandise, seperti kostum klub, syal, topi, dan pernak-pernik lainnya. Pendapatan klub dari penjualan merchandise bisa mengalami peningkatan yang cukup signifikan ketika mereka berhasil mendatangkan pemain bintang. Karena mayoritas para penggemar mereka akan langsung berburu jersey atau pernak-pernik lainnya tentang pemain bintang tersebut.
Dengan kata lain, sektor ini bisa jadi ladang uang terbesar untuk klub yang punya banyak pendukung.
Seperti saat Juventus menjual kostum Cristiano Ronaldo pada musim panas tahun 2018 silam. Sejak direkrut dari Real Madrid, Juventus telah berhasil menjual jersey dengan nomor punggung 7 tersebut dengan total penjualan 60 juta dolar atau sekitar Rp 849 miliar hanya dalam kurun waktu 24 jam sejak Ronaldo tiba di Turin.
Hadiah Uang
Sumber pendapatan klub lainnya adalah prize money atau hadiah uang dari kompetisi.
Sudah bukan rahasia lagi jika mengikuti kompetisi bisa berdampak positif pada keuangan klub. Biasanya, penyelenggara kompetisi akan menyediakan hadiah uang atau prize money bagi tim yang menang atau imbang. Ada pula yang menyediakan uang tampil, di luar kemenangan atau hasil imbang, UEFA memberlakukannya di Liga Champions dan Liga Europa.
Jadi ketika tampil di dua ajang itu, setiap klub minimal menerima uang tampil per pertandingan. Jika menang atau imbang, klub akan mendapat tambahan hadiah uang. Liga Champions sendiri memberi hadiah uang 15 juta euro atau Rp 261 miliar, sedangkan runner-up menerima 10,5 juta euro atau Rp 182 miliar.
Sementara hadiah uang untuk fase grup Liga Champions adalah 12 juta euro atau Rp 209 miliar. Adapun liga-liga domestik juga menyediakan hadiah uang. Secara umum, nilai uang berdasarkan posisi klub di klasemen akhir. Jadi makin tinggi posisi sebuah klub, makin besar pula hadiah uangnya, dan sebaliknya.
Transfer Pemain
Sektor ini tak selalu memberi keuntungan bagi klub sepakbola. Karena, klub bisa saja membeli pemain dengan harga tinggi, namun saat dijual kembali, harganya malah dibawah harga beli alias rugi.
Meski begitu, klub juga bisa mendapat keuntungan yang sangat besar dari penjualan pemain jika mampu menjualnya dengan harga lebih tinggi dari harga beli.
Seperti yang terjadi pada tahun 2010, ketika Raheem Sterling diboyong Liverpool dari QPR, The Reds mengeluarkan biaya 490 ribu pounds atau setara dengan Rp 9,4 miliar. Namun pada tahun 2015, Liverpool menjual Sterling ke Manchester City dengan mahar 43,8 juta pounds atau setara Rp 842 miliar.
Itulah sumber-sumber pendapatan klub sepakbola. Ternyata tak hanya disibukkan dengan berbagai macam pertandingan, setiap klub juga harus bisa bekerja keras agar klub mereka bisa tetap mendapat asupan pendapatan agar kehidupan klub mereka bisa terus berjalan.