Adanya perubahan sebetulnya sudah menjadi suatu hal yang wajar di dalam sepakbola. Salah satunya adalah perubahan posisi bermain. Kita mengenal banyak pemain-pemain top yang piawai memainkan berbagai posisi dengan sama baiknya atau melihat pemain yang justru makin sukses setelah berganti posisi.
Gareth Bale contohnya. Pemain yang dulunya bermain sebagai bek kiri, justru kian melejit saat posisinya diubah menjadi sayap kanan. Perubahan posisi atau peran dalam bermain itu kini sedang dialami oleh bek kanan Liverpool, Trent Alexander-Arnold. Pemain berkebangsaan Inggris ini awalnya memang dikenal sebagai bek kanan jempolan.
Namun, dalam satu tahun terakhir, Jurgen Klopp selaku pelatihnya di Liverpool kerap memasang sang pemain sebagai gelandang bertahan. Banyak yang menganggap peran Trent adalah sebagai inverted full back, tapi jika dilihat lebih saksama, ia memainkan peran lebih dari itu. TAA memainkan peran sebagai playmaker. Lantas, bagaimana Klopp menyulap TAA dari bek kanan menjadi seorang playmaker handal?
Daftar Isi
Terkenal Sebagai Bek Kanan
Awalnya perubahan peran yang dilakukan Jurgen Klopp kepada Trent Alexander-Arnold cukup mengejutkan. Mengingat sang pemain merupakan bek kanan andalan Liverpool dalam beberapa tahun terakhir. Tugasnya dalam membantu Mohamed Salah membongkar pertahanan lawan dari sektor sayap ditunaikan dengan sangat baik.
Ia memberikan warna tersendiri saat memainkan peran tersebut. Sang pemain menambahkan unsur kreativitas dan naluri menyerang yang sangat tinggi untuk itu. Umpan-umpannya jadi salah satu senjata mematikan Liverpool kala memainkan pola serangan dari sektor sayap. Bahkan dalam dua musim terakhir, assist-assist-nya membantu Liverpool bangkit dari keterpurukan.
Sukses Dengan Peran Baru
Ya, setelah awal musim lalu sempat mengalami pasang surut performa dan sempat terdampar di papan tengah Liga Inggris, Liverpool belakangan memang menunjukkan peningkatan level cukup signifikan di musim 2023/24. Bahkan skuad asuhan Jurgen Klopp hingga pekan ke-14 sementara duduk di peringkat kedua.
Dalam momen ini, sorotan banyak tertuju pada Mohamed Salah yang rajin mencetak gol, Alisson yang tampil oke di bawah mistar, dan sejumlah pemain seperti Diogo Jota, Luis Diaz, Dominik Szoboszlai dan Darwin Nunez yang mulai menemukan sentuhan terbaiknya lagi bersama Liverpool.
Faktor-faktor tersebut memang jadi kunci apiknya performa The Reds di Liga Inggris. Namun, kita tak boleh mengesampingkan faktor lain, yakni perubahan posisi Trent Alexander-Arnold yang awalnya bek kanan menjadi seorang gelandang. Di atas kertas, TAA memang tetap sebagai bek kanan, tapi perannya saja yang sedikit berbeda.
Awal mula Jurgen Klopp mencoba eksperimen ini adalah pada paruh kedua musim lalu. Saat itu, Liverpool tengah berada dalam situasi sulit karena gelandang andalan sedang mengalami cedera. Klopp yang menginginkan suntikan kreativitas di lini tengah akhirnya memberikan tugas tambahan kepada TAA untuk mengisi sektor tengah saat Liverpool berusaha membangun serangan.
Kurang lebihnya, ide ini terinspirasi dari sang rival, yakni Pep Guardiola yang acap kali menurunkan John Stones sebagai gelandang bertahan musim 2022/23. Meski awalnya coba-coba, lama kelamaan peran ini justru dijalankan dengan baik oleh Trent Alexander-Arnold. Seketika ia jadi jawaban dari kebuntuan di lini tengah Liverpool kala itu.
Meski diturunkan sebagai bek kanan, TAA kerap berdiri sejajar dengan Alexis Mac Allister yang pada awalnya berperan sebagai single pivot di skema Jurgen Klopp. Dengan begitu, Trent berhasil mengalirkan bola dengan sangat baik. Bahkan ide ini juga ditiru oleh Gareth Southgate di tim nasional Inggris. TAA sempat diberikan jersey bernomor punggung 10 untuk bermain sebagai seorang gelandang.
Bukan Baru-Baru Banget
Menariknya, perubahan ini bukan sesuatu yang drastis bagi Trent Alexander-Arnold. Karena Jurgen Klopp hanya mengembalikan si pemain ke posisi awalnya. Ya, pelatih yang selalu mengenakan topi itu jeli dalam mempelajari riwayat bermain dari pemain jebolan akademi Liverpool tersebut.
Semasa di akademi Liverpool, pemain nomor punggung 66 ini memang berposisi awal sebagai seorang gelandang, sebelum pada akhirnya menembus skuad utama The Reds sebagai bek kanan. Oleh karena itu, Trent Alexander-Arnold tergolong kreatif dan memiliki atribut menyerang yang dominan untuk ukuran seorang bek.
Bagaimana TAA Bermain di Lini Tengah
Lantas, bagaimana sih TAA memainkan peran barunya itu di bawah asuhan Jurgen Klopp? Seperti yang sudah disampaikan tadi, Trent dianggap menjalankan peran sebagai inverted full back di Liverpool. Karena apabila dilihat di situs Transfermarkt, posisi yang dimainkan tetap bek kanan.
Tapi, TAA lebih dari sekadar inverted full back, melainkan menjelma seperti playmaker betulan di lini tengah Liverpool. The Athletic bahkan menyebut TAA sebagai “playmaker utama” di skuad Liverpool 2.0 yang sedang digarap oleh Jurgen Klopp. Ya, setelah melepas beberapa pemain tengah macam James Milner, Fabinho, hingga Jordan Henderson, Klopp sedang berusaha membangun kembali trio lini tengahnya musim ini.
Cara kerjanya, Liverpool tetap menggunakan skema awal 4-3-3. Namun, saat sedang menguasai bola, The Reds akan membentuk shape 3-5-2. Trent akan naik ke tengah menemani Alexis Mac Allister. Dengan peran barunya ini, Trent akan memiliki pengaruh lebih besar terhadap jalannya pertandingan. Karena, menurut Jurgen Klopp, Trent jadi lebih sering terlibat dalam membangun serangan.
Klopp begitu memanfaatkan visi bermain dan jangkauan umpan yang baik dari sang pemain. Jadi, apabila Trent sudah bergerak ke tengah, maka penguasaan bola Liverpool akan lebih terjaga. Entah dengan melakukan umpan-umpan pendek atau umpan menyilang untuk mengubah arah serangan selayaknya seorang gelandang.
Peran ini sebelas dua belas dengan yang biasa diemban oleh Thiago Alcantara. Namun, dengan tempo yang lebih cepat dari Thiago. Maka dari itu, ketimbang disebut sebagai inverted full back, peran Trent justru lebih pas disebut sebagai deep-lying playmaker. Atau pengatur serangan yang bermain sedikit ke dalam.
Dampaknya Kepada Liverpool dan Pemain
Keberhasilan eksperimen Jurgen Klopp terhadap Trent Alexander-Arnold seperti menjadi jawaban sementara dari masalah di lini tengah The Reds. Yang kebetulan belum solid pasca dilakukan perombakan. Keberadaan Trent bisa mengulur waktu dan menjadi jembatan dari racikan lama ke racikan baru.
Penyegaran di sektor dapur serangan ini memang perlu dilakukan. Karena pemain senior seperti Fabinho dan Jordan Henderson sudah tak lagi berseragam Liverpool, dan Thiago sendiri terlalu sering mengalami cedera. Selepas kepergian Philippe Coutinho, Liverpool juga belum punya lagi gelandang kreatif. Nah, Trent bisa jadi solusi darurat.
Peran baru ini membuat Trent Alexander-Arnold memang sering terlibat dalam pola permainan karena lebih sering menyentuh bola. Contohnya saja pada saat bertemu Luton Town di mana ia mencatatkan 114 sentuhan. Hanya kalah dari Van Dijk yang mencatatkan 127 sentuhan.
Tapi, perubahan peran ini tak semata-mata bisa menghilangkan kelemahan Trent dalam bertahan. Sang pemain sesekali tetap terlambat turun saat Liverpool menghadapi serangan balik. Sehingga salah satu dari Van Dijk atau Joel Matip harus bekerja ekstra untuk menutup area yang ditinggalkan Trent.
Meski begitu, dengan peran sebagai playmaker, Trent Alexander-Arnold jadi punya kesempatan lebih besar untuk masuk ke skuad tim nasional Inggris. Karena Gareth Southgate bisa memainkannya sebagai gelandang.
Sebelumnya, Trent sulit bersaing dengan bek-bek kanan lain. Mengingat Southgate punya banyak opsi di posisi tersebut. Alangkah senangnya Liverpool memiliki pelatih yang kreatif dan solutif dalam memecahkan permasalahan di skuadnya.
Sumber: The Athletic, The Guardian, This is Anfield, Panditfootball