Awalnya Dicibir, Tapi Akhirnya Semua Orang Sayang Fred

spot_img

Adakah fans MU yang suka membenci Fred? Nampaknya urungkan sejenak niat anda untuk sering membencinya musim ini. Pemain bernama panjang Frederico Rodrigues de Paula Santos ini kadang-kadang menjelma menjadi dewa penyelamat bagi MU.

Di bawah Ten Hag ia seakan lebih nyaman untuk bermain. Jarang lagi blunder konyol yang sering jadi bahan lawakan. Memang kalau menilik performanya sejak mendarat di Old Trafford bak roller coaster. Kadang jelek banget, kadang bagus banget. Cibiran, hinaan, sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Tak Diinginkan Mourinho

Bagaimana ceritanya sih kalau pemain seperti Fred bisa sampai ke MU? Ia direkrut di era pelatih Jose Mourinho pada musim 2018/19. Talenta yang moncer di Shakhtar itu datang di akhir bursa transfer dengan mahar yang tak murah lho, yakni 60 juta pounds.

Tentu dengan harga sebesar itu, ekspektasi publik sangatlah tinggi padanya. Mourinho sebagai “sang pembawa” Fred pun harus bertanggung jawab atas performanya. The Athletic sempat mengungkap, alih-alih bertanggung jawab, The Special One malah mengungkapkan kedatangan Fred bukanlah keinginannya.

Mourinho berdalih memang benar ia sedang cari gelandang sebagai alternatif ketika hubungan dirinya dengan Pogba renggang. Namun beberapa nama yang disodorkan kepada manajemen tak ada progress.

Malah di saat-saat terakhir, ia disodorkan nama Fred. Alhasil Mourinho akhirnya dengan sangat terpaksa menerima Fred, daripada tak ada amunisi baru di sektor gelandang untuk mengarungi musim itu.

Dianggap Pembelian Gagal

Sesampainya di MU, tak disangka bahwa Mourinho benar-benar menunjukan sikapnya kalau Fred itu memang tak diinginkan olehnya. Fred sendiri sempat curhat ketika memulai musimnya dengan penuh perjuangan. “Musim pertama ini sangat sulit, saya menderita di sini,” katanya. Fred juga sadar bahwa ia sempat dilabeli sebagai pembelian gagal MU.

Fred diketahui hanya memainkan 17 laga pada musim perdananya di MU. Itu pun hanya lima kali ia tampil penuh selama 90 menit. Fred bahkan bisa dibilang tidak pernah masuk dalam skema utama Mourinho kala itu.

Duet McFred di Zaman Ole

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Mourinho pergi dari Theater of Dream, dan datanglah legenda supersub MU, Ole Gunnar Solskjaer. Di musim 2019/20, Fred dipercaya penuh di bawah Ole.

Dalam perjalanannya, Ole juga meracik format baru gelandang pivotnya dengan kombinasi duet McTominay dan Fred. Duet baru yang dijuluki McFred itu makin sering dipakai dan berkembang di zaman Ole. McTominay berfungsi sebagai penjaga kedalaman pertahanan, sedangkan Fred berfungsi sebagai perusak lawan dengan daya jelajahnya yang tinggi.

Dari segi penampilannya pun terlihat. Dari data Transfermarkt, Fred mampu tampil sebanyak 48 kali di musim itu dengan 2 gol dan 4 assist. Begitu pun di musim berikutnya, ia tampil 48 kali dengan 1 gol dan 2 assist.

Blunder Fred Hingga Cibiran Rasial

Seiring dengan kepercayaan penuh Ole terhadap Fred, nampaknya tak selalu menjadi jaminan ia selalu tampil bagus. Terkadang juga terlalu banyak blunder atau kesalahan mendasar yang tak perlu. Antara lain keterlambatannya menutup lawan, umpannya yang sering salah, maupun blunder konyolnya yang sering mengakibatkan MU tampil inkonsisten.

Contohnya saja ketika blundernya jadi biang kerok kandasnya MU atas Leicester di Perempat Final Piala FA 2021 lalu. Fred jadi biang keladi terjadinya gol pertama dan kedua Leicester, salah satunya dengan back pass-nya.

Itu adalah salah satu contoh saja, sebenarnya banyak lagi yang lainnya. Namun kalau contoh yang satu ini memang keterlaluan. Sampai-sampai ia jadi korban rasisme oleh fansnya sendiri. Malang benar nasib Fred ini, ia dikata-katain monyet dan bahkan sempat disuruh pergi ke Favelas, sebuah tempat pemukiman kumuh di Brazil.

Tak hanya itu, di bawah Ten Hag pun ia masih saja dihujani kritik. Terutama dari para legenda gelandang MU, Roy Keane maupun Paul Scholes. “Pengambilan keputusan dan kecerdasan sepak bolanya sangat buruk, ia tak bisa bawa MU ke level berikutnya,” kata Keane. Scholes berkomentar lebih tajam lagi dengan menyebut Fred bak seorang “kriminal” yang tak bisa ditolerir lebih lama keberadaannya di MU.

Ten Hag, Casemiro, dan Eriksen

Sampai akhirnya Ten Hag sadar akan kekurangan duo gelandang peninggalan Ole tersebut. Ia kemudian mendatangkan gelandang baru macam Eriksen dan Casemiro. Duo baru itu ternyata bisa langsung menjelma jadi metronom kebangkitan lini tengah MU.

Namun yang perlu dicatat, ada peran Fred juga lho di balik kebangkitan itu. Ya, Fred lah yang meyakinkan Casemiro percaya dan mau gabung ke MU. Maklum duo ini sudah sangat “bestie” di Brazil.

Hal itu diakui sendiri oleh Casemiro. Ia sendirilah yang meminta saran terlebih dahulu pada Fred sebelum menerima pinangan MU. Casemiro juga meminta bantuannya untuk bisa cepat beradaptasi di MU. Fred diminta Casemiro untuk menemani dirinya baik di lapangan maupun luar lapangan.

Sayang, Fred tak dipercaya Ten Hag menemani Casemiro karena kalah saing dengan Eriksen. Namun suatu ketika sebuah kesempatan besar itu hadir ketika Eriksen dilanda cedera parah. Di situlah Fred menemukan momentumnya untuk menemani Casemiro.

Peran Baru Fred

Fred akhirnya diberikan peran baru oleh Ten Hag untuk bisa merajut keharmonisannya dengan Casemiro. Jangan salah, duo Brasileiro itu adalah duo gelandang utama timnas Brasil sejak era kepelatihan Tite.

Artinya, publik MU harus percaya koneksi keduanya. Terbukti sejak berduet, keduanya ibarat bestie yang saling melengkapi. Ten Hag menerapkan peran baru bagi Fred untuk lebih berfungsi bagi tim. Fred tidak lagi sebagai gelandang yang selalu dituntut untuk maju dan menghasilkan peluang.

Ia lebih dituntut sebagai gelandang box-to-box yang saling bahu membahu menutupi celah pertahanan bersama Casemiro. Oleh Ten Hag ia tidak diberi tugas sama dengan Eriksen. Wajar saja, visi Fred tidak lebih baik dari Eriksen. Ten Hag sadar betul soal itu.

Hasilnya selama ini mengejutkan. Duet tersebut selalu solid dan menjadi bagian dari kebangkitan MU selama ini. Ia lebih nyaman mengeluarkan potensinya kala bermain dengan Casemiro. Ia seperti dilindungi penuh oleh Casemiro.

Pahlawan yang Tak Terlihat di MU

Fred kini tak jarang menjadi pahlawan yang tak terlihat bagi United. Contohnya saja ketika menjamu City di Liga Inggris maupun Barcelona di Europa League.

Kala melawan City, ia mampu mengantongi otak serangan City, Kevin De Bruyne. Di mana ada De Bruyne, di situ ada Fred. Begitupun kala menghadapi Barcelona, ia mengantongi para gelandang Barca seperti Frenkie De Jong.

Terlepas dari gol dan assist-nya, Fred berhasil memulihkan namanya dari berbagai cibiran. Inilah momentum bagi Fred membuktikan bahwa selama ini persepsi publik salah tentangnya. Pada akhirnya apakah fans MU setuju, suatu saat semua akan sayang Fred?

https://youtu.be/PgdHvnYWoZQ

Sumber Referensi : skysports, dailymail, theathletic, thetransferroom, transfermarkt, skysports

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru