Messi Autis. Terdengar janggal, atau memang sepertinya begitu? Kota kecil di Argentina Rosario, telah jadi saksi kisah awal perjalanan La Pulga dengan segala hambatan yang ada dalam tubuhnya.
Lahirnya bocah bernama Lionel Andres Messi memang anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan kepada sepak bola. Tapi benarkah Tuhan juga menganugerahkan keistimewaan lain dalam tubuhnya?
Daftar Isi
Cerita Di Rosario
Terbang ke Rosario, kota yang jika ditempuh dari Jakarta dengan menggunakan pesawat, membutuhkan waktu sekitar 36 jam. Flashback sejenak ke kota tersebut di tahun 1987. Seorang anak ajaib hadir di dunia dari ayah seorang pekerja besi dan ibu seorang pekerja paruh waktu.
He began playing from an early age, and his talent was soon apparent. However, at the age of 11,Messi was diagnosed with growth hormone deficiency, which was stopping his normal growth rate at a tender age of 11. His parents couldn’t afford his treatment of $900 per month. pic.twitter.com/6dtTECXbH2
— Jayden™ (@XaviPistachio_) April 23, 2020
Messi kecil tumbuh dengan segala keterbatasan dibanding teman-temannya. Ia tergolong anak yang berpostur pendek. Messi malu dengan keadaannya tersebut. Messi juga adalah tipe orang yang kurang percaya diri. Ketika bersama teman-temannya bermain bola, tak jarang ia suka dibully.
Sampai suatu waktu di daerah tak jauh dari rumahnya, ia sempat dapat ancaman pukulan dari temannya gara-gara Messi jago sendiri saat bermain bola. Untung saja ketika itu keponakan Messi, Maxi Bianchucchi berhasil melerainya. Itulah kehidupan Messi kecil. Messi yang pendek, kurang percaya diri, tapi sudah punya bakat yang berbeda dari anak pada umumnya dalam mengolah si kulit bundar.
Kelainan Hormon
Mengetahui Messi memiliki bakat yang luar biasa di sepakbola, orang tuanya pun mulai mengupayakan segala cara agar anaknya bisa jadi pesepakbola profesional. Langkah pertama orang tua Messi yakni bagaimana cara mengatasi keterbatasan anaknya tersebut.
Suatu ketika saat Messi masih duduk di bangku sekolah, gurunya sempat memanggil orang tuanya ke sekolah. Guru tersebut mengingatkan agar anaknya tersebut segera dibawa ke psikolog atau dokter khusus. Pasalnya di sekolah, Messi terlihat sulit berinteraksi dengan teman-temannya, pemalu, dan sering di-bully teman-temannya. Guru tersebut takut, jika perkembangan mental Messi terganggu kedepannya.
"Every night I had to stick a needle into my legs, night after night after night, every day of the week, and this over a period of three years," said Leo Messi when asked about his treatment for Growth Hormone Deficiency (GHD).
— Leo Messi 🔟 Fan Club (@WeAreMessi) March 17, 2023
Messi was only 11 years old when his family… pic.twitter.com/wKcg4zLTx6
Yang jadi masalah, orang tua Messi tak punya cukup uang untuk membawa Messi ke psikolog atau dokter. Sampai akhirnya dengan berbagai cara, orang tua Messi bisa membawa anaknya itu ke dokter khusus.
Tepatnya di usia 11 tahun, Messi didiagnosa menderita kelainan hormon atau dalam istilah medisnya Growth Hormone Deficiency (GHD). Messi pun mulai menjalani perawatan intens di rumahnya. Messi bahkan sempat melakukan pengobatan dengan cara menyuntikan sendiri jarum yang berisi cairan ke dalam tubuhnya.
Autisme Messi
Cerita keterbatasan Messi tak hanya sampai di situ. Ada sesuatu cerita yang tertinggal dari kisah masa kecil Lionel Messi. Tak hanya melulu soal kelainan hormon, namun kelainan lain yakni autisme.
From growth hormone deficiency, to becoming the Greatest Of All Time 🐐
— Messi 10 🐐 (@Diego77739) June 24, 2017
Happy Birthday Leo Messi ❤️ pic.twitter.com/L8GgSO1caq
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah suatu kondisi perkembangan saraf yang mempengaruhi interaksi sosial, kemampuan komunikasi, dan perilaku individu. Seperti apa yang dikisahkan oleh gurunya, La Pulga memang pribadi yang pemalu di kelas, dan sulit untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Bahkan untuk bertanya kepada guru saja, harus temannya yang mengangkatkan tangan Messi.
Menurut Cameron Ridgway di jurnal Wessex Scene, sejak usia 9 tahun Messi sebenarnya sudah dianggap autis di lingkungan sekolahnya. Teman kecil Messi ada yang mengatakan bahwa Messi sudah dijuluki oleh teman-temannya di sekolah sebagai “El Pequeno Audio” atau si bisu kecil.
Tanda-Tanda Autisme Messi
“Si bisu kecil” itu pun tumbuh besar hingga menjadi pesepakbola terkenal. Namun gejala Messi mengidap autisme semakin kentara ketika menjadi pesepakbola profesional. Mendiang Maradona sebagai pelatih timnas Argentina ketika itu, sempat benci kalau berinteraksi dengan Messi. Maradona menganggap ngobrol dengan Messi lebih susah daripada ngobrol dengan tuhan.
Uniknya, bukan hanya susah ngobrol langsung dengan Messi secara tatap muka, diajak ngobrol lewat pesawat telepon saja susah. Messi lebih suka mengirimkan pesan sepenting apa pun lewat teks, ketimbang suara. Hmmm.. Aneh bukan?
Lalu kebiasaan sehari-hari Messi, misal pola tidurnya. Menurut berbagai penelitian, kalau durasi tidur seseorang yang tergolong lama dan tak teratur, juga jadi salah satu tanda orang mengidap autisme. Menurut mantan dokter Messi di Argentina Fernando Signorini, Messi sendiri ternyata bisa tidur hingga 12 jam.
Fernando Signorini al aire en #FútbolXLRadio 🎙 “Los que discuten a Messi son los que viven en una mediocridad de la que nunca pudieron salir”. Escúchanos por https://t.co/cw2ztv24Ak pic.twitter.com/JxlnD5UwOx
— Futbol XL 🎙 (@FutbolXL_) March 26, 2019
Marisol, saudara tiri Messi, membenarkan hal tersebut. Messi bahagia jika ia tidur pulas dengan durasi lama. Bahkan kalau dibangunkan, ia malah marah besar. Messi, kata Marisol, juga adalah pribadi yang pemalas. Ia susah kalau diajak bepergian. Ia lebih suka menghabiskan waktu di rumah selama berjam-jam sendirian dengan bermain PlayStation.
Messi with his sister Marisol and his brothers Matias (left) and Rodrigo pic.twitter.com/aAASdVHI
— Stay AT Home (@Mohamed_fcb) June 22, 2012
Tak hanya tanda-tanda dari gaya hidupnya saja, dari gaya bermainnya juga banyak yang menganggap ada gejala Messi itu autis. Mendiang Tito Vilanova pernah mengatakan bahwa Messi itu asik dengan dunianya sendiri. Ia bermain bola layaknya anak-anak. Kalau kita lihat Messi meliak-liuk dengan bolanya, jarang ia memperhatikan kondisi sekitar. Messi benar-benar fokus dan menikmati setiap jengkal langkah dalam mengolah si kulit bundar.
Tanggapan Terhadap Messi
Namun dengan adanya berbagai tanda tersebut, tak serta-merta membuat Messi mengaku autis. Tanggapan jika Messi itu autis justru banyak keluar dari mulut orang lain. Termasuk Romario, sang legenda sepakbola Brazil.
Menurut Romario, Messi adalah pemain yang mengidap sindrom asperger. Sebuah sindrom yang menjadi salah satu gejala dari autisme. Sindrom ini mirip dengan yang dialami Messi, seperti kesulitan berinteraksi, pemalu, dan asik dengan dunianya sendiri.
Namun uniknya, sindrom ini malah bisa membuat orang lebih fokus daripada orang kebanyakan. Nah, semakin jelas. Hal itu mirip dengan gaya main Messi yang fokusnya terbilang luar biasa jika di lapangan.
Tak hanya tanggapan Romario. Asosiasi Jaringan Autis Dunia atau ACN (Autisme Community Network), bahkan pernah menyebut bahwa Messi adalah selebriti yang mengidap autisme. Banyak juga organisasi autisme lain di dunia yang menganggap Messi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Apakah Messi Akan Mengakui?
Klaim bahwa Messi autis oleh Jaringan Autisme Internasional, pun tak mengubah sikapnya sejauh ini. La Pulga tetap diam seribu bahasa. Mungkin, bisa saja kisah Messi ini mirip dengan kisah John O’Kane, mantan bek MU di era 90-an.
Pemain MU tersebut sempat dijuluki oleh rekan-rekannya sebagai The Spaceman. John dianggap bak makhluk dari planet lain yang selalu asik dengan dunianya sendiri. Selama aktif bermain, John juga tak merasa dan tak mau mengaku bahwa ia menderita Autis.
Powerful piece. Tough for me to get through but very well done. #AutismSpeaks
— White Sox Barber 💈 (@BarberSox) July 30, 2021
John O’Kane: The Class of ’92 player with autism – ‘I wasn’t wired to be like the rest of them’
via @TheAthletic https://t.co/zipPFYv2KU
Manchester Evening News menceritakan bahwa ketika John sudah pensiun, ia mencoba memberanikan diri untuk mengikuti tes Autisme. Dan hasilnya benar, John didiagnosa menderita autisme di usia pertengahan 40-an. Sejak itulah John lega. Bahkan ia sempat beberapa kali menginspirasi dan berbagi lewat kisah bertahan hidup dengan Autisme.
Dengan berkaca pada kasus tersebut, apakah suatu saat nanti ketika sudah pensiun, Messi akan melakukan hal yang sama seperti John? Atau justru, malah Messi masih bungkam akan hal ini?
Sumber Referensi : exceptionalindividual, otizmpedia, thefootballreports, medium.com, manchestereveningnews, goldenstepaba