Sir Alex Ferguson dikenal sebagai pelatih yang sangat bersahaja. Keberadaannya di pinggir lapangan terasa begitu indah untuk sebuah pertandingan sepak bola. Berhasil menyumbangkan banyak gelar bergengsi bagi Manchester United, Fergie disebut sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia.
Selain rentetan trofi yang telah diraih, Sir Alex Ferguson juga dikenal dengan istilah populernya, yakni “Fergie Time”. Mungkin kebanyakan dari kalian sudah sangat hafal dengan istilah tersebut, tapi apa sebenarnya maksud dari Fergie Time?
Pada 1 April 1993, Manchester United berhasil merengkuh trofi Premier League pertama mereka. Dalam prosesnya, Steve Bruce sukses mencetak brace di menit-menit akhir laga. Ketika itu sang wasit, John Hilditch, memberi perpanjangan waktu hingga tujuh menit lamanya.
Momen tersebut adalah kali pertama Manchester United diuntungkan lewat gol di akhir laga. Dan Hilditch sendiri bercerita sebagai pelaku sejarah dalam Fergie Time pertama di dunia. Dia mengatakan jika dulu tidak ada wasit keempat yang bertugas untuk melihat berapa lama waktu yang harus diberikan untuk perpanjangan waktu.
Jadi saat tidak yang membantu wasit untuk menentukan waktu, Sir Alex Ferguson mampu ‘memanipulasi’ wasit. Ia mampu ‘memaksa’ wasit untuk memperpanjang waktu. Setidaknya demikianlah anggapan yang berkembang.
Hilditch mengaku kalaupun sekarang teknologi semakin berkembang, jalannya pertandingan tak akan mengalami perubahan yang signifikan. Mungkin itu bisa menjadi alasan memgapa ‘Fergie Time’ mampu bertahan lama.
Untuk lebih memahami apa itu Fergie Time, Sir Alex mengaku jika ini hanyalah sebuah ‘trik’. Fergie Time adalah trik yang ia gunakan ketika Manchester United sedang mencari gol di tahap akhir pertandingan, sampai masa injury time.
Biasanya, Fergie akan berdiri di touchline dan menunjuk kearah jamnya. Sebuah isyarat yang menunjukkan jika timnya telah dizalimi dan sebagai gantinya, sang wasit harus memberikan injury time yang banyak kepada timnya. Hal ini, oleh banyak pengamat, dianggap sebagai sebuah perang psikologis dari Sir Alex Ferguson.
Karena sering ‘diuntungkan’ oleh situasi tersebut, Ferguson sempat dituduh telah melakukan penyuapan. Namun, itu sebenarnya adalah wujud rasa frustasi penggemar karena timnya kemudian mampu ditumbangkan oleh tim Fergie.
“Jelas tim lawan takut dengan itu. Sehingga aku mulai terbiasa dengan menunjuk kearah jamku,”
“Namun, aku tak benar-benar melihat jamku. Sejujurnya, aku tak mengerti berapa menit, tapi tiba-tiba saja itu mengganggu pikiran lawan dan wasit. Dan itu hanyalah trik kecil.”
Lebih lanjut, setelah trik itu mampu memecah hingga mengganggu konsentrasi lawan dan wasit, Fergie berkata pada anak asuhnya untuk terus menyerang di 15 menit terakhir. Ia menyuruh para penyerang untuk melakukan apapun yang mereka bisa.
Tidak selalu berhasil memang, namun hampir seluruh percobaan berakhir manis.
Pada akhirnya, sebuah pertaruhan itu disebut Fergie sebagai kado termanis yang ia berikan kepada para pemain dan penggemar.
“Jika berada di ruang ganti setelah pertandingan yang mana kami mencetak gol di menit terakhir, rasanya luar biasa. Para pemain saling melompat ke tubuh yang lain, bertepuk tangan dan menjadikan tempat itu benar-benar fantastis,”
“Hal terpenting adalah para suporter, yang berjalan meninggalkan stadion untuk kemudian pergi ke bar guna membicarakan pertandingan, atau mereka yang pulang ke rumah untuk memberitahu istri serta anak-anak mereka mengenai apa yang terjadi di menit akhir pertandingan. Itu adalah tugasku, untuk membuat mereka pulang dengan perasaan bahagia.”
Saat menjadi manajer setan merah, Ferguson sudah banyak menang dengan pertaruhan ‘Fergie Time’. Beberapa pertandingan yang paling diingat adalah pertandingan melawan Aston Villa pada 2009 yang mana sukses melancarkan United meraih gelar Liga, kemudian pada 2012 ketika melawan Mancheter City yang mana setan merah berhasil mematahkan rekor tak terkalahkan The Citizen di kandang sejak Desember 2010.
Lalu yang terakhir tentunya saat Manchester United berhasil memenangkan gelar Liga Champions Eropa di tahun 1999. Kala itu, Teddy Sheringham mencetak gol pertama di menit-menit akhir pertandingan kontra Bayern Muenchen, sebelum Ole Gunnar Solskjaer sukses membalikkan keadaan.


