Zinedine Zidane telah kembali sebagai pelatih Real Madrid. Dalam sebuah pengumuman yang mengejutkan, ia dikontrak sebagai pelatih Los Blancos hingga 2022 pada Senin malam. Sembilan bulan setelah pergi ia kembali.
Seperti orang tua yang kembali dari pasar, lalu menemukan anak-anaknya telah membuat berantakan seluruh isi rumah, Zidane tentu merasa marah dan kecewa. Real Madrid yang telah ia buat sebagai kampiun Eropa, kini hanya klub culun yang telah tersingkir di Copa del Rey dan Liga Champions.
Zidane meninggalkan Madrid dengan warisan yang mungkin tak akan pernah dicapai orang lain. Tiga Liga Champions beruntun, lalu ia merasa lelah. Madrid yang ia tinggalkan begitu hancur. Di Piala Super Eropa, laga resmi pertama seusah Zidane pergi, Madrid asuhan Julen Lopetegui kalah dari Atletico Madrid.
Lopetegui dipecat pada Oktober, tapi badai belum berlalu. Gelar La Liga tampak semakin jauh, Santiago Solari malah menimbulkan kontroversi dengan mencadangkan beberapa pilar senior. Walaupun mencaplok Piala Dunia Klub, Solari bertanggung jawab atas tersingkirnya Madrid dari Copa del Rey, Liga Champions, dan perburuan titel La Liga hanya dalam satu minggu, semuanya di Santiago Bernabeu.
Jika meniliki pidato perpisahan Zidane pada musim lalu, ia terlihat jelas ingin mengistirahatkan pikirannya, sekaligus memberi pesan pada Presiden Florentino Perez bahwa ia tak boleh diatur. Zidane tidak buta. Walaupun saat itu juara Eropa tiga kali beruntun, timnya sangat tidak seimbang, dengan beberapa pemain veteran masih bercokol di tim utama. Zidane masih bisa menyetel timnya agar tampil optimal pada Rabu malam di ajang Liga Champions, tapi selalu terseok-seok pada akhir pekan di La Liga.
Alasan tertinggal jauh dari Barcelona adalah alasannya pergi, tapi barangkali, itu pula alasannya kembali.
Dalam konferensi pers perkenalan resminya, Zidane terungkap sudah ditelepon Florentino Perez sejak empat hari sebelumnya. Itu berarti, tepat setelah Madrid dikalahkan Ajax, Perez sudah menghubungi Zidane untuk menyatakan kesediaannya melatih Madrid lagi. Zidane menyambut baik Perez, dan karena ia mencintai Real Madrid, ia dengan senang hati kembali ke kursi kemudi Bernabeu.
Musim ini hanya menyisakan sebelas laga. Zidane tak menjanjikan apa-apa, tapi ia menekankan kata “mengubah” dalam pidato pembukanya. Ia ingin mengubah beberapa hal untuk menyiapkan tim pada musim depan. Sembilan bulan bersantai, ia sudah mengembalikan gairah untuk melatih lagi.
Cristiano Ronaldo? Ini bukan tentang Ronaldo, demikian jawab Zidane. Ini tentang bagaimana Madrid mengakhiri musim dengan pesan yang jelas: Kami siap merajai Spanyol dan Eropa lagi mulai musim depan…