Meski sepak bola Indonesia masih sangat sulit diharapkan, negeri tercinta tetap pernah mengeluarkan bakat-bakat berkualitas yang tentunya tidak boleh dilupakan.
Beberapa nama tenar yang pernah menghiasi blantika sepak bola Indonesia adalah Ronny Pasla, kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia tercatat sebagai penjaga gawang Indonesia yang pernah menahan tendangan penalti Pele pada tahun 1972, kala timnas Indonesia berhadapan dengan Brasil.
Lalu, ada nama Robby Darwis, Simson Rumah Pasal, Aji Santoso, hingga Bima Sakti, sampai Bambang Pamungkas. Namun ada satu nama pesepakbola Indonesia yang juga melegenda, tapi sayang sekali harus berakhir tragis. Dia adalah Andi Ramang.
The father of PSM Makassar, His name is Andi Ramang #100TahunPSMMakaaaar @Maczman_Ori @RedGank_PSM @VIPSelatan pic.twitter.com/TpLo4x48qV
— Ciputra (@MuhCiputraA) November 1, 2015
Andi Ramang yang pernah berjaya bersama PSM Makassar dikenal sebagai penyerang cakap mencari peluang. Pergerakannya berbahaya, akurasi tembakannya sering membuat lawan keringat dingin. Pokoknya ketika Ramang sudah berada di kotak penalti lawan, maka tinggal menunggu golnya saja.
Dengan keahlian sepakbolanya, Ramang sukses membuat timnas Indonesia jadi dikenal dunia. Tim hebat seperti Yugoslavia, klub Stade de Reims yang ketika itu diisi Raymond Kopa, sampai Gasshopers dengan Roger Vollentein-nya pernah menjajal kekuatan Ramang di Timnas.
Ramang menjelma sebagai penyerang tengah yang sangat disegani lawan. Seperti di tahun 1952, ketika Indonesia melakoni lawatan ke berbagai negara Asia, termasuk Filipina, Hongkong, dan Malaysia. Ketika menghadapi negara tersebut, Indonesia menciptakan 25 gol, dan 19 diantaranya dicetak dari kaki Ramang
Legenda PSM Makassar
Lahir di Barru, Sulawesi Selatan pada 24 April 1924, Ramang memang sudah mengenal sepak bola sejak kecil. Dia yang hobi memainkan si kulit bundar kerap mendapat panggilan untuk melakoni pertandingan lokal. Sampai pada tahun 1947, Ramang memulai karir di PSM Makassar. Di sana dia begitu berjaya hingga pantas disebut sebagai legenda.
Bersama PSM, ia bersama dua rekannya, Suwardi Arlan dan Noorsalam menjadi andalan tim. Ketiganya membentuk trio mematikan di lini depan, Ramang dan dua rekannya selalu memaksa tim lawan untuk bekerja lebih keras.
Kehebatan mereka terbukti pada putaran final Kejuaraan Nasional PSSI, Perserikatan tahun 1959. Di turnamen tersebut, dari enam laga yang dimainkan, PSM berhasil melibas semua lawannya. Mereka mampu mencetak 25 gol, dan 23 di antaranya diboyong trio penyerang mematikan.
Andi Ramang, 63th (24/04/1924) – (26/09/1987)
Legend of Football Player
PSM Makassar pic.twitter.com/mNSXGZW6UZ— Otota (@otota_id) August 10, 2017
Melalui umpan-umpan pendek cepat bersama dengan dua temannya, Ramang mencetak 7 gol dari enam laga. Hingga namanya pun melambung bersama PSM. Nyaris seluruh kariernya dihabiskan di sana. Maka dari itu, wajar bila PSM memiliki julukan Pasukan Ramang.
Putaran karir Ramang tak melulu tentang gelimang uang seperti pesepakbola sekarang. Namun, bersama timnas Indonesia, Andi Ramang bahkan tampil di ajang Piala Dunia 1938. Namanya ketika itu mulai dikenal dan berkat kegemilangannya di tahun-tahun berikutnya, Ramang sampai membuat FIFA terinspirasi olehnya.
Menginspirasi FIFA Bersama Indonesia
Diberi judul “Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an”, FIFA memusatkan kegemilangan Ramang ketika memperkuat Tim Merah Putih di Olimpiade Melbourne 1956.
Di gelaran tersebut, pertandingan Indonesia melawan raksasa Eropa, Uni Soviet menjadi pertandingan yang melambungkan nama Ramang. Meski posturnya kalah dengan pemain lawan, ia tetaplah merepotkan.
Ramang mengacaukan strategi yang telah dibangun Uni Soviet, hingga memaksa tim tersebut harus melakukan pertandingan ulang, setelah di pertandingan pertama hasil imbang 0-0 menjadi akhir cerita.
Di pertandingan pertama, Ramang mengaku bisa menjebol gawang Uni Soviet yang dijaga kiper sekelas Lev Yashin. Sayangnya, ada pemain bertahan lawan yang kemudian menarik bajunya. Hal itu membuat Ramang kesulitan dan gagal memanfaatkan peluang.
Pada pertandingan kedua, Uni Soviet yang sudah tahu kualitas Ramang, langsung menerapkan pressing ketat kepadanya. Ramang benar-benar hilang kendali. Dia tak berkutik dan membuat permainan Indonesia buntu.
Hasilnya, ketika timnas Garuda tak mampu berbuat apa-apa dan mulai gagal mengendalikan pertandingan, Uni Soviet berhasil memenangi laga dengan skor telak 4-0.
Usai kalah, perwakilan timnas Indonesia berujar bahwa selain karena Ramang yang mendapat penjagaan ketat, juga karena banyak pemain yang merasa sangat kelelahan setelah pertandingan kedua digelar hanya 36 jam setelah pertandingan pertama.
Namun, meski gagal melaju lebih jauh di gelaran Olimpiade 1956, Indonesia tetap mendapat sambutan meriah dari para penggemar, terutama Ramang. Ia tampil luar biasa hebat dan sampai membuat Indonesia sukses menahan Uni Soviet dengan skor 0-0.
Andi ‘The Great’ Ramang !!! @IndonesiaSatuFC @OleFunFutsal pic.twitter.com/nHt0142s
— Moh. Andica Haradi (@AndicaHaradi) January 6, 2013
Usai nama Indonesia dibawa terbang tinggi di ajang Olimpiade 1956, Ramang sejatinya punya kesempatan untuk membawa negeri tercinta tampil di ajang Piala Dunia 1958. Itu terjadi setelah dia mampu mencetak dua gol ke gawang Tiongkok, dan membuat skor menjadi 4-3 untuk keunggulan Indonesia di babak kualifikasi.
Sayang, kesempatan itu pupus usai timnas Indonesia menolak bertanding melawan Timnas Israel yang tengah terlibat konflik dan dikecam oleh banyak negara. Indonesia memutuskan mundur karena alasan politik dan harus mengubur dalam-dalam mimpi untuk bisa tampil di ajang Piala Dunia 1958 yang digelar di Swedia.
Namun kegagalan tampil di Piala Dunia waktu itu tak cukup membuat karier Ramang meredup. Di tahun 1959, Ramang kembali muncul sebagai legenda usai dia berhasil membawa Indonesia menahan imbang Jerman Timur dengan skor 2-2 dalam sebuah laga persahabatan.
Karir Berakhir Tragis
Nahas, segala andil besar yang ditunjukkan Ramang buat timnas Indonesia hanya tampak seperti debu yang hilang ketika disapu.
Tahun 1960, Ramang disebut terlibat dalam kasus suap hingga membuatnya terkena skorsing. Kasus itu pun membuat kariernya turun tajam. Dua tahun menjalani skorsing, Ramang sejatinya sempat dipanggil kembali oleh timnas Indonesia. Akan tetapi, kepopuleran serta kemampuannya di atas lapangan seolah hilang begitu saja.
Sejak saat itu, kehidupannya berubah. Dia masih tetap bermain sepak bola, akan tetapi pundi-pundi yang didapat terhitung sangat sedikit. Karena mendapat gaji yang terlalu sedikit, Ramang bahkan sempat mengisi hari-harinya dengan menjadi seorang kenek truk dan tukang becak.
Usai benar-benar berhenti sebagai seorang pesepakbola, Ramang sempat menjalani karier sebagai seorang pelatih. Namun, nasibnya berbeda jauh. Tidak seperti saat dia bermain sepak bola yang dikenal banyak orang dengan gemilang prestasi.
Karena ketika itu dia juga tidak punya sertifikat kepelatihan, namanya pun mulai tersingkir. Mengakhiri karier dengan cara yang sejatinya tak diinginkan, Ramang sempat mengungkapkan kekecewaannya kepada Indonesia. Dia tak mendapat jaminan yang layak dan mengatakan bahwa saat itu, menjadi seorang pemain sepakbola tidak lebih berharga dari kuda pacuan.
“Kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang atau kalah. Tapi pemain bola hanya dipelihara kalau ada panggilan. Sesudah itu tak ada apa-apa lagi,” katanya. (via goal)
Tahun 1981, Ramang mulai menjalani hari-hari dengan penyakit paru-paru. Kondisi itu setidaknya dia hadapi selama kurang lebih enam tahun. Hingga pada 26 September 1987, karena tak punya cukup biaya untuk berobat, Ramang dinyatakan meninggal dunia di rumah yang sangat sederhana yang dihuni bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya.
Mengenang Sang Legenda
Tepat hari ini, 32 tahun yang lalu, legenda sepakbola Makassar dan Indonesia menghadap Sang Pencipta.
Andi Ramang, lahir 24 April 1924, meninggal 26 September 1987.
Tenang di alam sana Legenda, semangatmu akan terus abadi#PSMarise #EwakoPSM #AndiRamang pic.twitter.com/1AuyN2U0AV
— PSM Makassar (@PSM_Makassar) September 26, 2019
Akhir kisah yang begitu menyakitkan bagi seorang legenda.
Andi Ramang, meski tak mendapat perlakuan yang layak sebagai pahlawan, namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu yang terhebat sepanjang sejarah sepakbola Indonesia.