Andai Legenda Timnas Indonesia Ini Eksis Di Era Shin Tae-yong, Pasti Gacor Parah

spot_img

Dalam beberapa hari terakhir, punggawa Timnas Indonesia era Shin Tae-yong mulai dibanding-bandingkan dengan pemain Indonesia era awal 2000-an. Yang paling bikin geger ya pas netizen ramai-ramai membandingkan Boaz Solossa dan Rafael Struick. Starting Eleven Story pun sampai harus mengupas tuntas tentang perbandingan tersebut.

Ulasan selengkapnya bisa kalian tonton di konten sebelumnya. Tapi kalau boleh berandai-andai, seru kali ya kalau Boaz atau pemain-pemain jadul Timnas Indonesia lain masih eksis di era sekarang. Dengan bakat dan talenta yang dimiliki, pasti STY bisa mengeluarkan potensi maksimal mereka.

Contohnya saja seperti pemain warisan Indra Sjafri, Witan Sulaeman yang potensinya semakin terpancar setelah dipegang STY. Tapi siapa legenda yang layak masuk skuad Timnas Indonesia era STY? 

Kurnia Meiga

Dari penjaga gawang, Starting Eleven memilih sosok Kurnia Meiga sebagai pemain yang layak bersaing dengan Maarten Paes di skuad Timnas Indonesia. Terlepas dari kontroversi dan penyakit yang ia alami, Meiga tetap layak disebut sebagai salah satu yang terbaik di eranya. Zaman 2010-an, nggak ada kiper Indonesia yang lebih jago dari dia.

Secara postur, refleks, dan jangkauannya, Meiga sangat baik. Dirinya juga tergolong sebagai penjaga gawang yang memiliki ketenangan dalam menghadapi penalti. Di masa jayanya, Meiga selalu jadi andalan di bawah asuhan mendiang Alfred Riedl dan Luis Milla. Sayangnya, akibat penyakit yang mengganggu penglihatannya, Meiga harus menepi dari dunia sepakbola lebih cepat dari perkiraan.

Bayangkan jika masa jaya Meiga berada di era sekarang, ketika Shin Tae-yong sudah menangani Indonesia. Pasti STY bisa meningkatkan kualitas Meiga. Terutama dalam hal penguasaan bola menggunakan kakinya. Soal refleks dan reading the game, Meiga sudah oke. Tinggal sedikit polesan lagi, maka Meiga bisa saja menggeser Ernando Ari dari bangku cadangan.

Firman Utina

Dari kiper, kita langsung masuk ke sektor tengah. Bukan tanpa alasan, karena bek Indonesia jaman dulu mau siapa pun itu, pasti akan kewalahan jika harus bersaing dengan kedalaman pemain belakang Skuad Garuda era Shin Tae-yong. Lihat saja, di situ ada Calvin Verdonk, Jay Idzes, hingga Mees Hilgers. Pemain-pemain macam Hamka Hamzah dan Maman Abdurahman jelas tak bisa menandingi.

Maka dari itu, kita langsung menunjuk pemain tengah, Firman Utina sebagai legenda yang layak bermain di skuad Shin Tae-yong. Gelandang asal Manado ini dikenal sebagai pemain yang memiliki kemampuan operan pendek maupun panjang berakurasi tinggi. Selain itu, sebagai jenderal lapangan tengah, Firman piawai mengatur tempo permainan, memiliki kontrol bola yang oke, dan daya jelajah yang tinggi di lapangan.

Sama halnya dengan Kurnia Meiga, Firman juga telah menjadi andalan lini tengah Indonesia selama belasan tahun lamanya. Itu karena Firman juga dikenal sebagai sosok leader di ruang ganti. Tak cuma itu, Firman juga dianugerahi dengan kemampuan eksekusi bola mati yang baik. Tanpa melebih-lebihkan, kemampuan dan visi bermainnya mungkin bisa disejajarkan dengan Thom Haye. 

Zulfiandi

Masih dari lini tengah, Zulfiandi barangkali cocok dengan skema permainan Shin Tae-yong. Pemain yang dulu selalu jadi andalan Timnas Indonesia di era Luis Milla itu memiliki karakteristik permainan yang unik. Meski berposisi sebagai gelandang bertahan, Zulfiandi tergolong pemain stylish dan flamboyan. Tipikal pemain sepertinya cukup langka di Indonesia.

Luis Milla bahkan sempat melempar pujian setinggi langit pada Zulfiandi. Pelatih asal Spanyol itu menyebut Zulfiandi tak layak bermain di Indonesia. Harusnya, talenta seperti Zulfiandi bisa meniti karir di Eropa. Beberapa media lokal bahkan kerap menyamakan gaya bermain Zulfiandi dengan Sergio Busquets dan Rodri. 

Tipikal pemain tengah yang tenang, kuat, namun tetap stylish juga belum ada di skuad Shin Tae-yong. Jika dirinya masih aktif bermain, mungkin STY akan mempertimbangkan namanya. Sayangnya, Zulfiandi yang kini berusia 29 tahun memilih untuk vakum guna merawat ibunya yang sakit. Pikir Zulfiandi, ini waktu yang tepat untuk membalas budi kepada ibunya. Karir sepakbola bisa dipikirkan nanti.

Boaz Solossa

Masuk ke sektor penyerang, Indonesia zaman dulu memiliki beberapa penyerang tajam. Dan lini serang memang sedang jadi permasalahan di tim Shin Tae-yong. Nama pertama yang jelas layak masuk skuad Shin Tae-yong sekarang adalah Boaz Solossa. Di era prime-nya, Boaz adalah monster. Bek-bek lawan dibuat merinding oleh hawa keberadaannya.

Seperti yang sudah kita bahas, Shin Tae-yong menggemari penyerang versatile. Boaz? Kurang versatile apa lagi. Dirinya merupakan striker serba bisa. Bisa bermain sebagai ujung tombak, tapi juga oke jika dimainkan di sektor sayap. Dirinya bisa diandalkan dalam urusan mencetak gol atau menciptakan peluang.

Yang jadi masalah dari Boaz adalah kedisiplinan dan emosinya. Namun, jika STY bisa mengatasi hal itu, maka selesai sudah. Indonesia tak akan susah payah mencari striker versatile lagi. Siapa itu Ole Romeny dan Mauro Zijlstra? Boaz Solossa aja sudah cukup. Tinggal bagaimana STY meramu lini depannya nanti.

Cristian Gonzales

Masih kurang? Indonesia pernah punya predator berdarah dingin dalam diri Cristian Gonzales. Selama berkarir di Indonesia, pemain kelahiran Uruguay itu dikenal akan ketajamannya. Gonzales tercatat pernah jadi top skor Liga Indonesia sebanyak empat kali. Andai saja Gonzales eksis di era Shin Tae-yong, dirinya pasti akan menjadi pemain nomor sembilan utama di tim nasional Indonesia. 

Kita berandai-andai saja nih, ya. Jika masih ada Gonzales di Skuad Garuda sekarang, maka Shin Tae-yong bisa memainkan skema 3-4-3 atau 4-3-3. Gonzales akan berperan sebagai striker tengah dan STY bisa membiarkan Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick bermain di posisi terbaiknya, yakni sayap. Umpan saja bola ke Gonzales, maka dirinya akan memberikan apa yang kalian minta, yakni sebuah gol.

Bambang Pamungkas

Indonesia kan bakal menuju Piala Dunia. Di sana, mereka pasti akan menghadapi pemain dengan postur yang tinggi besar. Lantas, bagaimana jika Indonesia membutuhkan striker yang jago duel udara? Tenang, Indonesia pernah punya Bambang Pamungkas. Posturnya tidak tinggi memang. Tapi ketepatan waktu dan lompatannya luar biasa.

Tandukan kepalanya setajam sepakan kakinya. Tak jarang Bambang menang duel ketika melawan bek-bek jangkung asal Afrika di Liga Indonesia. Selain itu, football intelligence, attitude, dan kepemimpinannya di dalam sebuah tim juga jadi nilai plus. Jika dirinya berada di skuad Shin Tae-yong sekarang, pasti jadi percontohan bagi pemain lain.

Dari daftar striker yang masuk daftar ini, Bambang merupakan pemain dengan torehan gol terbanyak di Timnas Indonesia. Sepanjang membela sang merah putih di ajang internasional, pria kelahiran Semarang tersebut telah mencetak setidaknya 37 gol. Itu jadi yang terbanyak keempat dalam sejarah Indonesia.

Budi Sudarsono

Striker yang terakhir adalah Budi Sudarsono. Pemain kelahiran Kediri ini tergolong sebagai penyerang dengan atribut lengkap. Kecepatan, dribbling, serta gocekan mautnya, menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya. Maka dari itu, dirinya dijuluki Si Ular Piton karena pergerakannya licin bak seekor ular. Ingat ya, Piton, bukan Kobra. Karena kalau Kobra itu Ebel.

Tak cuma itu, beberapa media dan pengamat sepakbola bahkan sering menyamakan Budi dengan legenda Chelsea, Didier Drogba. Budi adalah Drogba-nya Indonesia. Begitu kata mereka. Selama kariernya, Budi telah mencetak 143 gol selama berseragam timnas maupun klub. Itu jadi yang terbaik kedua di bawah Cristian Gonzales. 

Itulah pemain yang layak masuk timnas era Shin Tae-yong. Menurut kalian, kira-kira siapa lagi pemain jadul yang dirasa cocok masuk skuad arahan STY?

Sumber: Suara, Indosport, Katadata, PSSI

 

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru