Ambisi Besar Napoli Berjaya di Pentas Eropa

spot_img

Rasanya sudah terlalu lama Napoli tidak berjaya di Eropa, di level domestik saja mereka selalu gagal meraih mahkota Serie A. Akan tetapi, lain halnya musim ini. Klub asal Kota Naples itu menjelma menjadi tim yang superior baik di level domestik maupun Eropa. Ini adalah kesempatan emas bagi Il Partenopei meraih masa kejayaannya kembali pasca era Maradona.

Maradona, Serie A dan UEFA Cup

Tak dipungkiri tonggak masa kejayaan Napoli hadir ketika kedatangan “Si Tangan Tuhan” Diego Armando Maradona di tahun 1984. Dibeli dari Barcelona, Maradona menyalurkan tuahnya di skuad Napoli. Jadi top skor tim selama bermusim-musim bersama pelatih Ottavio Bianchi, membuat nama Napoli harum di kancah domestik maupun Eropa.

Selang beberapa musim Maradona datang, bersama munculnya bek handal Ciro Ferrara, Napoli asuhan Bianchi mampu meraih gelar Serie A untuk pertama kalinya. Gelar penuh sejarah yang itu hadir pada musim 1986/87.

Tak hanya sampai di situ, tuah Maradona berlanjut hingga ke kancah Eropa. Tepatnya pada musim 1988/89, publik Naples kembali berpesta merayakan kemenangan trofi pertama mereka di Eropa.

Di Final UEFA Cup, Maradona yang dibantu pemain macam Careca maupun Alemao mampu menaklukan kekuatan dari Jerman Stuttgart di dua leg dengan agregat 5-4. Malam yang indah bagi Maradona dan kawan-kawan mengangkat trofi di kandang Stuttgart.

Setahun berlalu, gelar kedua Serie A mereka kembali hadir di musim 1989/90. Aktornya masih Maradona, ditambah aktor baru bernama Gianfranco Zola dan pelatih baru Alberto Bigon.

Era Baru Napoli Setelah Maradona

Namun setelah Maradona pensiun, prestasi Napoli mandek. Benar-benar Il Partenopei bergantung pada tuah magis “Si Tangan Tuhan” tersebut. Buktinya Napoli pasca masa kejayaan tersebut miskin trofi.

Bahkan Napoli pernah pada masa kebangkrutan di awal 2000-an. Di mana Napoli hampir pailit dan terjerumus sampai ke Serie C. Untung saja ada penyelamat bernama Aurelio De Laurentiis, seorang sutradara film yang membeli Napoli dan membangkitkan kembali kekuatan Napoli. Orang itulah yang kini menjadi presiden Napoli hingga sekarang.

Di bawah kepemimpinannya, Il Partenopei menyongsong era baru yang penuh harapan. Dari era pelatih Edoardo Reja, Walter Mazzarri, Maurizio Sarri, Rafael Benitez, Carlo Ancelotti, Gennaro Gattuso, hingga kini Luciano Spalletti, Napoli perlahan dibangun sebagai klub yang disegani lagi di domestik maupun Eropa.

Di era para pelatih itulah Napoli dibawanya kembali masuk liga kasta tertinggi Eropa yakni Liga Champions. Beberapa trofi Coppa Italia maupun Super Coppa Italia pun kembali mampu diraih. Namun sayang gelar prestisius seperti Serie A maupun kompetisi Eropa, belumlah didapat. Napoli acap kali bersahabat dengan yang namanya runner up di Serie A.

Era Spalletti, Era Penuh Harapan

Dan sampailah di musim 2022/23 bersama pelatih berkepala plontos Luciano Spalletti. Pelatih yang ditunjuk sejak musim lalu itu tak disangka memberi angin perubahan bagi Il Partenopei. Racikan dan pemilihan pemainnya membuat seantero Kota Naples kembali berharap masa kejayaan seperti era Maradona hadir kembali.

Bagaimana tidak? Napoli mampu disulap Spalletti menjadi tim yang sangat kuat dengan pembelian pemain macam Khvicha Kvaratskhelia, Kim Min Jae, maupun Zambo Anguissa.

Di Serie A, mereka sangat mendominasi saat para kompetitornya macam Inter, AC Milan, Juventus, maupun Roma masih tertatih dan inkonsisten. Sementara hingga pekan ke-26 Serie A, mereka masih unggul 18 poin atas peringkat dua yakni Inter Milan.

Dengan kondisi seperti itu, cepat atau lambat kalau tak ada halangan yang berarti, mahkota yang mereka impikan sejak 1990 silam akan kembali mampir ke Kota Naples. Penantian selama 33 tahun lamanya pun akan segera terobati.

Lantas, apakah ini adalah tanda-tanda masa kejayaan mereka akan kembali hadir seperti era Maradona dulu?

Napoli Di Pentas Eropa

Harus dibuktikan dulu di kancah Eropa. Bagaimanapun, di pentas Eropa Il Partenopei masih miskin prestasi. Hanya gelar UEFA Cup yang mereka raih. Selebihnya, baik itu di kompetisi Liga Champions maupun lainnya, mereka selalu gagal.

Pasca era Maradona, langkah jauh Napoli di kancah Eropa hanyalah sampai babak semifinal Europa League musim 2014/15. Ketika itu Napoli yang diasuh Rafael Benitez dikandaskan wakil Ukraina, FK Dnipro.

Sementara itu di Liga Champions, langkah mereka terjauh hanyalah sampai babak 16 besar. Namun di musim ini, Napoli sudah melewati rekor itu. Victor Osimhen dan kawan-kawan telah menciptakan rekor baru untuk pertama kalinya melaju ke perempat final Liga Champions setelah mengandaskan Frankfurt.

Inilah momentum yang tepat bagi Napoli untuk meraih kesuksesan di dua kompetisi sekaligus. Ambisi besar mereka mengawinkan dua gelar di musim ini wajar adanya jika dikaitkan dengan performa mereka musim ini.

Dengan pondasi sistem bermain yang dibangun Spaletti 4-2-3-1 sejak musim lalu, Napoli telah menjelma tim yang mampu bermain kolektif dan solid meskipun berganti personil.

Terlebih lini serangnya, performa mereka patut untuk diapresiasi. Di Liga Champions musim ini saja Napoli sudah mencetak 25 gol dan kebobolan hanya 6 kali.

Bahkan Liverpool juga sempat dipaksa bertekuk lutut di Naples dengan empat gol. Kekuatan serangan Napoli terletak pada format satu striker di depan, dengan tiga gelandang serang produktif di belakangnya.

Dengan materi pemain yang dalam, macam Raspadori, Simeone, Osimhen, Khvicha Kvaratskhelia, Zielinski, Politano, Lozano, Spalletti tampaknya tak terlalu khawatir timnya seret gol. Tak lupa juga serangan dari sisi bek sayap melalui Di Lorenzo dan Mario Rui kerap membantu Napoli menciptakan gol.

All Italian Quarter Final

Tapi dari semua kekuatan Napoli tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu melawan sesama wakil Serie A, AC Milan di babak perempat final Liga Champions. Laga yang akan dihelat di 13 dan 19 April 2023 itu akan digelar di kandang Milan terlebih dahulu. Kalaupun melangkah, ini akan menambah catatan rekor baru lagi bagi Napoli.

Kalau bicara head to head, selama dipegang Spalletti dan Pioli keduanya saling mengalahkan. Dalam pertandingan musim lalu di Serie A, masing-masing mampu menang di kandang lawan. Napoli menang 0-1 di San Siro, begitupun Milan menang 0-1 di Diego Armando Maradona Stadium.

Di musim ini, mereka baru bertemu sekali di Serie A. Laga yang dihelat di San Siro itu berkesudahan 1-2 untuk keunggulan pasukan Spalletti. Artinya dari segi head to head semuanya bisa terjadi di babak perempat final ini.

Dari kubu Napoli, setelah hasil drawing Spalletti mengatakan bahwa Milan bukan lawan yang mudah. Mereka boleh terseok di liga, tapi mental Eropanya tak diragukan lagi. Begitupun dari kubu Milan, legenda mereka Franco Baresi bahkan sudah mewanti-wanti akan keperkasaan Napoli. Termasuk cara menghentikan striker mereka yang jadi top skor sementara Serie A Victor Osimhen.

Siapa pun pemenang dari duel tersebut, yang pasti satu wakil Serie A akan melaju ke semifinal dan akan ditunggu wakil Italia lainnya, Inter Milan jika mampu mengatasi Benfica. Terbuka pula peluang terjadinya All Italian Semifinal seperti di musim 2002/03.

Bagi Napoli, Liga Champions musim ini akan jadi pertaruhan. Selagi superior, mereka akan all out di kompetisi ini hingga titik darah penghabisan. Pertanyaannya, apakah sekarang kita sudah bisa menyebut bahwa masa kejayaan Napoli seperti di era Maradona benar-benar nyata telah kembali?

https://youtu.be/rWuU7d_c2F4

Sumber Referensi : uefa, sofascore, bleacherreport, dailymail, espn

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru