Tidak ada yang bisa menista bahwa sepak bola Thailand termasuk salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Bahkan kalau mau berlebihan sedikit, Thailand menjadi satu-satunya yang terbaik. Tentu saja kita tidak memandang soal prestasi tim nasionalnya saja. Lebih dari itu, timnas yang baik berasal dari kompetisi yang sehat.
Kompetisi nasional yang sehat bakal menelurkan klub-klub yang tak hanya membanggakan gelar kompetisi domestik. Klub-klub di Thailand itulah contohnya. Yap, benar, kita sedang akan membahas Buriram United. Klub Thailand tersukses, bukan sekadar di ranah domestik, tapi berbicara banyak di kompetisi level Asia.
Daftar Isi
Dari Wilayah Miskin di Thailand
Klub berjuluk Thunder Castle itu lahir di wilayah timur laut Thailand. Letaknya 400 kilometer dari lokasi gedung-gedung pencakar langit yang menarik turis di Bangkok. Tepatnya di Provinsi Buriram, Thailand.
Wilayah timur laut Thailand itu merupakan salah satu yang termiskin di Negeri Gajah Putih. Oleh karena itu, para penduduk di Provinsi Buriram banyak yang melancong ke ibukota untuk mencari penghidupan yang lebih layak.
Di Buriram menjamur orang miskin. Dilansir The Nation Thailand, hasil temuan Thai People Map and Analytics Platform (TPMAP) menunjukkan, pada 2022 jumlah orang miskin di Thailand berjumlah 1.025.782.
Dari jumlah tersebut, ada 10 provinsi yang menyumbang orang melarat terbanyak. Nah, Provinsi Buriram menempati posisi kedua. Menurut TPMAP, jumlah kaum dhuafa di Provinsi Buriram mencapai 45.356 atau sekitar 4,41% dari jumlah penduduk di Provinsi tersebut.
Provinsi Buriram hanya kalah dari Provinsi Chiang Mai yang menyumbang paling banyak orang miskin. Jumlahnya mencapai 52.928 orang miskin atau 5,36% dari jumlah penduduk Provinsi Chiang Mai.
Berdiri 1970
Buriram United berdiri pada tahun 1970. Namun tidak dengan nama Buriram United, tapi dengan nama Provincial Electricity Authority Football Club atau PEA FC. Awal pendiriannya, PEA FC tidak langsung sukses. Baru pada tahun 1998, klub ini mulai menuai kesuksesannya.
PEA FC menjuarai kompetisi divisi ketiga, Kor Royal Cup. Pada musim 2002/03, PEA FC finis di posisi ketiga di divisi dua dan harus bertarung dengan klub dari play off zona degradasi untuk bisa naik ke Liga Utama Thailand. Akan tetapi PEA FC gagal setelah ditaklukan oleh Thailand Tobacco Monopoly FC.
Pada akhir musim 2003/04, PEA FC mewujudkan impian untuk bermain di Liga Utama Thailand. Menariknya, usai lolos ke Liga Utama Thailand, PEA FC seketika memberi kejutan dengan finis di posisi kedua. Maka berhak untuk berkompetisi di Liga Champions Asia.
Itulah kali pertama klub Buriram United lolos ke Liga Champions Asia, walaupun belum memakai nama yang sekarang. Malangnya, PEA FC tak melaju jauh di Liga Champions Asia. Alih-alih menoreh prestasi, PEA FC hanya bisa finis di peringkat 10 dan 8 di liga, masing-masing di tahun 2006 dan 2007.
Transformasi Liga Thailand
Tahun 2007 wajah sepak bola Thailand mulai berubah. Ada sekian pembenahan di segala lini. Federasi Sepak bola Thailand atau FAT mulai mengambil langkah jitu untuk memajukan sepak bola Thailand. Salah satunya dengan mengikuti regulasi AFC Club Licensing System.
Federasi Sepak bola Thailand mendorong agar klub memiliki badan usaha sendiri yang berbasis kedaerahan, agar klub bisa mengelola keuangannya secara mandiri. FAT tak membatasi siapa pun untuk berinvestasi ke klub-klub di Thailand.
Karena yang dituju sederhana. Sepak bola Thailand maju dan tim nasionalnya berbicara banyak di level Asia. Para investor pun makin banyak yang masuk. Di satu sisi, Liga Thailand juga bertransformasi dan lahirlah Thailand Premier League (TPL). Tim-tim provinsi dimasukkan.
Saat itulah, PEA FC berkompetisi di liga tersebut. Dengan kata lain saat Liga Thailand itu bertransformasi, Buriram United masih dalam bentuk embrio.
Diakuisisi Politisi
Perlahan namun pasti, sebetulnya sepak bola Thailand sejak saat itu berkembang pesat. Terbukanya siapa pun untuk berinvestasi mengakibatkan sepak bola Thailand tidak lepas dari politik. Kesebelasan-kesebelasan di Thailand boleh kok dipolitisasi. Namun harus berkembang dan maju.
Sementara sepak bola Thailand kian berbenah, PEA FC pada 2008 pindah ke Ayutthaya dan bermain di Stadion Provinsi Ayutthaya. PEA FC memenangkan kejuaran Liga Utama Thailand untuk pertama kalinya pada musim 2007/08. Alhasil, PEA FC berhak ke babak penyisihan Liga Champions berikutnya.
Sayang, pada Liga Champions Asia 2009, PEA FC tersingkir. Selanjutnya klub ini mempertahankan gelar liga dengan cara buruk. PEA hancur-hancuran, termasuk finansialnya. Masalah finansial klub ini ditangkap oleh politikus kondang, Newin Chidchob yang akhirnya membeli klub pada 2009.
ล่าสุด #เนวินชิดชอบ ประธานสโมสร บุรีรัมย์ ยูไนเต็ด ออกมาเปิดเผยมุมมองหลังจาก หลังจากทีมชาติไทยได้ลงประเดิมสนามไปแล้ว แต่ยังไม่มีถ่ายทอดสด #ฟุตบอลอาเซียนคัพ ในประเทศไทยในครั้งนี้ว่า
— MAKTOEY SPORT (@maktoeysport) December 23, 2022
“ผมรู้สึกเฉยๆกับการที่ไม่มีถ่ายทอดสดฟุตบอลอาเซียนคัพในไทย#อาเซียนคัพ #ทีมชาติไทย#MAKTOEYSPORT pic.twitter.com/NlKhH7gRhI
Markas klub kembali ke Buriram dan namanya menjadi Buriram PEA. Tim ini lantas berkembang pesat dan berhasil meraih treble pada tahun 2011. Baru pada 2012, tim ini rebranding dengan nama Buriram United.
Gagal di Liga, tapi Mencatatkan Penonton Banyak
Setelah berubah nama, Buriram United justru gagal mempertahankan gelar tahun itu. Akan tetapi Thunder Castle mengalahkan tim Jepang, Kashiwa Reysol dan tim China, Guangzhou Evergrande di Liga Champions Asia. Namun, kegagalan di empat laga lainnya membuat Buriram tersingkir.
Di liga domestik, Buriram United memang gagal. Tapi pada saat itu berhasil mencatatkan rata-rata penonton tertinggi di liga, yaitu 15 ribu penonton. Itu artinya daya tarik Buriram United sangat luar biasa.
Membangun Skuad
Tahun 2013, mantan manajer Real Madrid Castilla, Alejandro Menendez ditunjuk menggantikan orang Inggris, Scott Cooper. Pada saat itu pula rekrutan Spanyol mempengaruhi Buriram. Seperti bek Celta Vigo, Andres Tunez dan pemain Cordoba, Javier Patino.
Buriram menggondol trofi-trofi domestik. Thunder Castle juga ke perempat final Liga Champions Asia pada 2013. Kesuksesan Buriram berlanjut saat ditangani pelatih asal Brasil, Alexandre Gama. Ia memberi pengaruh Brasil di Buriram.
🚨Buriram United President Newin Chidchob has confirmed that Diogo Luis Santo will return to Buriram this Saturday to say farewell to the fans before he departs for Brazil.
— Thai League Central (@TL_Central) November 10, 2022
Where does he rank in your all-time foreigners to play in the Thai League 1 list? pic.twitter.com/89VZhhCStc
Striker Brasil, Diogo Luis Santo yang pernah bermain untuk Olympiakos didatangkan. Mereka juga mendatangkan bintang muda Arsenal, Jay Simpson. Meskipun sang pemain tampil buruk dan kembali ke Inggris. Pada saat itu pula, akademi Buriram mulai bergeliat. Sebab pada 2013, Newin sudah mengeluarkan 200 juta baht (Rp89,8 miliar) untuk akademi.
Akademi Yahud
Buriram United tidak hanya mengandalkan pemain utama dan hasil pembelian, tapi juga pemain akademi. Akademi Buriram menjalin kemitraan dengan tim-tim di Segunda B Spanyol. Dari kerja sama ini, selain menelurkan pemain untuk tim, juga menghasilkan pemain abroad.
Akademi Buriram punya sistem berbeda dari akademi di Eropa. Mereka cenderung ketat dalam mengawasi para pemain. Menurut media Thailand, Thai PBS, pemain akademi diawasi 24 jam oleh pelatihnya. Disiplin menjadi yang ditekankan dari akademi.
Menurut Football Tribe Thailand, pemain-pemain dari akademi juga berperan penting di tim utama. Tak ayal jika banyak pemain dari Akademi Buriram moncer. Sebutlah misalnya, Supachok Sarachat, Ratthanakorn Maikami, dan Anon Amornlerdsak.
เช็ค เช็ค เช็ค😝 #supachok10 #supachok30 #ss10 #ss30
— จาปู้จาปี๊จาปั๊บ! (@janspgg) November 14, 2015
Cr.Buriram United Academy pic.twitter.com/5F3u6SgMPL
Akademi Buriram juga menguntungkan Timnas Thailand itu sendiri. Sebab Buriram dan Changsuek sudah bekerja sama. Ada dua tujuan kerja sama Buriram dan Timnas Thailand, yaitu pada 2024 tim muda harus lolos ke putaran final Piala AFC, dan pada 2025 bisa lolos tanpa perlu menjadi tuan rumah ke Piala Dunia U20.
Finansial Hebat
Kesuksesan Buriram United banyak yang mempertanyakan. Bagaimana Newin berinvestasi di klub? Minimnya transparansi menimbulkan pertanyaan itu. Apalagi sejauh ini Buriram United dan Muangthong United seakan membentuk duopoli di sepak bola Thailand.
Faktanya, kita tak bisa menampik finansial Buriram United memang kokoh. Newin telah menyulap Thunder Castle bukan hanya sebagai klub, tapi merek dagang komersial. Pada tahun 2019 dilansir Mainstand Thailand, Buriram bisa meraup 27,4 juta baht atau 750 ribu euro (Rp12,2 miliar) dari penjualan merchandise hanya dalam satu pertandingan saja.
Congratulations!
— Football Tribe Asia (@FootballTribeEN) November 8, 2017
Buriram United – Champions of Toyota Thai League 2017 pic.twitter.com/CLvkH3gP71
Kalau dirata-rata, Buriram berhasil menjual 600 ribu jersey dalam kurun setahun. Buriram juga sudah punya stadion bernama Chang Arena yang kini berkapasitas 32 ribu lebih tempat duduk.
Finansial stabil, bakat-bakat yang hebat, dan tentu saja didukung dengan sepak bola yang sehat, maka wajar kalau Buriram United jadi klub tersukses di Thailand, bahkan boleh jadi Asia Tenggara.
Selain dua kali masuk fase gugur Liga Champions Asia, Buriram United mengumpulkan 24 trofi domestik sampai tahun 2023. Menariknya lagi, keberhasilan Buriram United ternyata menginspirasi klub Malaysia, Johor Darul Ta’zim untuk menjiplak langkah-langkahnya.
https://youtu.be/la6GJ3v8M2o
Sumber: TheseFootballTimes, FIFA, Mainstand, Football-Tribe, TheStandard, ThaiPBS, NationThailand