Jauh sebelum ada Victor Lindelof, Nemanja Vidic, atau Rio Ferdinand, Manchester United punya sosok bek tengah tangguh yang ditakuti bek lawan. perawakannya tinggi besar, mukanya sangar, dan botak. Ya, dia lah Jaap Stam, bek tengah United dalam kurun waktu 1998 hingga 2001.
Jaap Stam direkrut Sir Alex Ferguson dari PSV Eindhoven pada 1998. Dengan harga 26,5 juta euro, Stam saat itu berstatus bek termahal dunia. Sebelum proses transfer, Sir Alex sampai terbang ke Belanda untuk meyakinkan Stam.
Ia selalu ingat kata pertama yang diucapkan Sir Alex. “Apa kabarmu, Anakku?” Bagi seorang bek muda yang saat itu masih memperkuat PSV, berbicara dengan manajer legendaris sekelas Sir Alex tentu luar biasa. Selama satu setengah jam, Sir Alex mejelaskan ingin mencari pemain yang sanggup membawa Manchester United berjaya di Eropa.
Ia lantas menghabiskan tiga musim di Old Trafford. Ia cepat beradaptasi dengan sepak bola Inggris berkat kombinasi kecepatan, kepemimpinan, dan pemosisian. Musim debut Stam berlangsung seperti yang diperkirakan. Ia menjadi karang di lini pertahanan United, yang musim itu menjalani musim treble bersejarah.
Stam tiga kali memenangi Premier League dalam tiga musimnya di Old Trafford, serta tiga kali pula terpilih masuk sebagai PFA Team of The Year. Tak diragukan lagi, bek terbaik di Liga Inggris saat itu ialah Jaap Stam.
Sayangnya, kariernya tergolong pendek di Inggris. Ia dijual ke Lazio. Pada musim ketika ia dijual, United melorot ke posisi tiga.
Menjual seorang bek utama di usia 29 tahun bukan kebiasaan Sir Alex. Menurut Stam, ia bahkan tak mengira akan dilego. Saat itu, ia sudah merasa semua tim menakuti United, dan ia merasa United tak terkalahkan.
Akan tetapi, Sir Alex menginginkan lebih. Ia memboyong Ruud van Nistelrooy dan Sebastan Veron pada musim panas 2001. Untuk memboyong dua bintang tersebut, United perlu merogoh kocek hingga 65 juta euro. Kapten timnas Perancis Laurent Blanc juga didatangkan.
Pada momen yang sama, buku otobiografi Stam dirilis. Buku itu memancing kontroversi karena mengungkap cara Sir Alex Ferguson mendatangkannya dari PSV. Media-media Inggris mengutip dari bukunya bahwa Sir Alex mendatangkannya dari PSV secara ilegal. Sir Alex dituduh berbicara dengan Stam tanpa melibatkan PSV.
Dikompori media, Sir Alex memarahi Stam. Sir Alex murka karena cerita seperti itu bisa sampai muncul di media. Tak berselang lama, agennya meneleponnya bahwa United telah menjualnya ke Lazio. Media pun berkesimpulan Stam dilepas karena kasus tuduhan pada Sir Alex di otobiografinya.
Nyatanya, cerita sebenarnya bukan seperti itu. Menurut Stam, United memerlukan dana segar setelah boros di bursa transfer. Kedatangan Veron, Ruudtje, dan Blanc tentu membuat neraca keuangan United jadi negatif.
Ketika tawaran besar dari Lazio datang, manajemen tak ragu melepasnya. Sir Alex sendiri kemudian mengakui, “Waktu itu ia baru kembali dari cedera achilles dan kami berpikir dia sudah agak menurun. Kami mendapat tawaran dari lazio. 16,5 juta euro untuk bek tengah yang berusia 29 tahun. Itu jenis tawaran yang tak bisa aku tolak.”
Jadi, penjualan Stam terjadi murni karena manajemen United memerlukan dana segar. Mereka tak mungkin mengungkapkan kondisi keuangan ke media, jadi mereka memilih meniupkan isu otobiografi.
Kelak, Stam amat dirindukan di Old Trafford. Ketika ditanya apa penyesalan terbesar selama melatih United, Sir Alex menjawab, “Jaap Stam. Tak diragukan lagi. Aku membuat kesalahan saat itu (dengan menjualnya).”