Akhirnya, timnas Argentina resmi keluar sebagai juara Copa America 2021 usai berhasil mengalahkan Brasil di babak final dengan skor 1-0. Laga yang digelar di Stadion Maracana itu memunculkan nama Angel Di Maria sebagai bintang lewat golnya di menit ke 22. Memaksimalkan umpan terukur Rodrigo De Paul, mantan bintang Real Madrid ini sukses melepas tembakan tepat sasaran yang tidak bisa dijangkau oleh kiper Brasil, Ederson Moraes.
Dropped several times last month, Angel Di Maria has put Argentina ahead!pic.twitter.com/YRbQUS2OLJ
— Goal (@goal) July 11, 2021
Setelah gol itu tercipta, Brasil langsung meningkatkan intensitas serangan. Secara statistik, tim Samba berhasil unggul penguasaan bola sebesar 59%. Selain itu, skuad asuhan Tite juga tampil lebih agresif dengan melepaskan 12 tembakan ke gawang Argentina. Namun mereka yang terus membombardir pertahanan Argentina selalu gagal temui sasaran.
Saat peluit panjang dibunyikan, aura kebahagiaan langsung terpancar dari seluruh wajah pemain Argentina. Bagi timnas Brasil sendiri, ini jadi kekalahan pertama mereka di kandang dalam 25 pertandingan terakhir di bawah asuhan Tite.
Dengan gelar tersebut, Argentina kini sukses menyamai pencapaian Uruguay sebagai negara tersukses di Copa America dengan raihan 15 gelar. Selain itu, trofi kali ini juga membuat Lionel Messi meraih gelar perdana bersama Timnas Argentina setelah melalui 10 turnamen besar.
With their win yesterday, Argentina are now equal with Uruguay for most Copa America Titles all-time 💪🇦🇷 pic.twitter.com/JOkobh1FBl
— FOX Soccer (@FOXSoccer) July 11, 2021
Perlu dicatat pula bahwa keberhasilan La Pulga meraih gelar perdana bersama Timnas Argentina didapatkan pada tanggal yang sama seperti Cristiano Ronaldo meraih gelar perdana bersama Timnas Portugal pada Piala Eropa 2016, yakni tanggal 10 Juli.
Perjalanan Singkat Argentina Sampai Jadi Juara
Sebelum akhirnya Lionel Messi cs berhasil meraih gelar juara, mereka harus lebih dulu lewati hadangan yang tergolong tidak mudah. Namun mereka yang tergabung bersama Uruguay, Paraguay, Chile, dan Bolivia akhirnya berhasil menjadi pemuncak grup untuk memastikan lolos ke babak selanjutnya.
Argentina berhasil meraih 10 poin dari hasil tiga kemenangan dan satu hasil imbang. Bertemu dengan Ekuador di babak perempat final, Argentina berhasil menang dengan skor 3-0. Berikutnya, mereka sukses kandaskan perlawanan Kolombia melalui drama adu penalti, setelah pada waktu normal, kedua tim hanya bermain imbang 1-1.
BREAKING: Messi’s Argentina beat Colombia in penalties to set up spectacular Copa America final with Brazil
Final, July 11
Brazil Vs Argentina 🏆#CopaAmerica pic.twitter.com/trBlM3Ha5z— Soft Sports (@thesoft_sports) July 7, 2021
Berhasil melaju ke babak final, disitulah timnas Argentina memastikan gelar ke 15 mereka sepanjang sejarah.
Bagaimana Argentina Bisa Menguasai Copa America 2021?
Tentang bagaimana Argentina berhasil menjadi juara Copa America pada edisi tahun ini tentu tak lepas dari faktor pelatih Lionel Scaloni. Pelatih berusia 43 tahun itu berhasil menjadikan Argentina sebagai salah satu penantang gelar terbaik di turnamen akbar Amerika Selatan.
Put some respect to the name-Lionel Scaloni🙌 pic.twitter.com/3O9JutQTPL
— 🦊™ (@will_of_fire_8) July 11, 2021
Scaloni sendiri merupakan asisten pelatih yang pada akhirnya ditunjuk untuk gantikan peran Jorge Sampaoli. Kini dia bekerja sebagai pelatih kepala bersama Pablo Aimar sebagai asistennya.
Sebelum mencapai partai final, Lionel Scaloni berhasil memecahkan rekor pelatih Argentina sebelumnya, Marcelo Bielsa, yang memiliki catatan tak terkalahkan 18 laga secara beruntun pada tahun 2000-2002. Scaloni membuat Albiceleste mencetak rekor dengan catatan 19 laga tak terkalahkan sejak 6 Juli 2019.
Terakhir kali dia membuat Argentina kalah adalah pada laga melawan Brasil di tahun tersebut, dimana Argentina harus tersingkir dari babak semifinal Copa America 2019. Saat itu, Argentina harus mengakui keunggulan tim Samba dengan skor 2-0 di Brasil.
Dia yang memiliki rekor fantastis tersebut lalu berhasil meneruskannya di ajang Copa America tahun ini.
Scaloni yang merupakan pelatih termuda di turnamen Copa America tahun ini berhasil menerapkan strategi yang begitu tepat untuk timnas Argentina. Dia menerapkan skema yang sesuai dengan kebutuhan timnas Argentina. Tergantung dari lawan yang dihadapi. Selain itu, Scaloni juga menurunkan pemain yang terbilang efektif. Dia akan menurunkan serta memilih untuk menyimpan pemain sesuai kebutuhan, termasuk ketika mengistirahatkan kiper Emiliano Martinez dan gelandang andalan Rodrigo De Paul di laga melawan Bolivia.
Keputusannya dalam mengganti Leandro Paredes dengan Guido Rodriguez di laga final juga disebut sebagai salah satu yang paling ampuh, mengingat sang pemain sudah terkena kartu kuning usai menjegal Neymar Jr.
Selain penerapan strategi yang sangat brilian, Argentina memiliki pemain yang masih berada dalam puncak performa. Sehingga skuad yang tampil pada gelaran kali ini terlihat sangat solid.
Pertama tentu ada nama Emiliano Martinez. Penjaga gawang 28 tahun milik Aston Villa ini benar-benar menampilkan performa luar biasa sepanjang gelaran. Meski awalnya sempat diremehkan karena tidak pernah menjadi kiper utama Argentina, Emiliano Martinez tetap tampil percaya diri.
Salah satu penampilan terbaiknya tentu saat dia menikmati permainan menakjubkannya di laga melawan Kolombia pada fase semifinal. Emiliano Martinez sukses menggagalkan tiga penalti dalam adu tos-tosan untuk membantu Argentina lolos ke final.
Di laga melawan Brasil kemarin, dia juga mampu ciptakan penyelamatan-penyelamatan sempurna untuk membuat pemain lawan frustasi. Salah satu yang terhebat adalah ketika dirinya menghentikan tendangan Gabriel Barbosa di akhir pertandingan dan melindungi keunggulan timnya.
Sepanjang gelaran ini sendiri, dia menjadi kiper dengan clean sheet terbanyak turnamen yakni sebanyak empat kali. Martinez juga membuat rasio penyelamatan 85,71% dari peluang yang mengarah ke gawangnya.
Menyusul penampilan prima yang ditunjukkan, Emiliano Martinez dinobatkan sebagai kiper terbaik di ajang ini .
• 𝗙𝗢𝗨𝗥 penalty saves, including three in the semi-final.
• 𝗙𝗢𝗨𝗥 clean sheets, including one in the final.
• The Golden Glove winner.
Proud of you, @EmiMartinezz1. 🇦🇷 pic.twitter.com/aONichBvSb
— Aston Villa (@AVFCOfficial) July 11, 2021
Pemain yang tampil brilian selanjutnya adalah Rodrigo De Paul. Gelandang Udinese yang bakal segera gabung Atletico Madrid ini telah menunjukkan eksistensinya sebagai calon bintang di masa depan. De Paul memainkan peran yang mampu ringankan beban Lionel Messi. Dengan kreativitas dan kerja kerasnya, De Paul berhasil membangun ritme permainan Argentina menjadi lebih sempurna.
Dia tampil begitu brilian di setiap laga melalui pergerakan serta umpan-umpan akurat, termasuk yang diciptakan di laga final melawan Brasil. Menurut Squawka, De Paul yang tampil di laga melawan Brasil sukses ciptakan 58 sentuhan, 11 kali menangi duel, 1 intersep, empat takel sempurna, dan termasuk satu assist.
Rodrigo De Paul’s Copa América final by numbers:
100% shot accuracy
58 touches
11 duels won
6 fouls won
4 tackles made
1 interception
1 Big Chance created
1 assistHe covered every blade of grass. 👏 pic.twitter.com/BNK7487oVe
— Squawka Football (@Squawka) July 11, 2021
Sepanjang turnamen, dalam enam laga yang dijalani, Rodrigo De Paul sukses catatkan satu gol dan satu assist.
Terakhir ada Lionel Messi. Tidak bisa dipungkiri bila solidnya kekuatan timnas Argentina tak lepas dari peran La Pulga. Selama bertahun-tahun dia menjadi tumpuan Tim Tango, hingga kini berhasil meraih trofi Internasional pertamanya.
Di ajang kali ini, dia berhasil membuat empat gol dan lima assist, dimana itu membuatnya terlibat dalam hadirnya sembilan gol dari 12 gol Argentina sepanjang turnamen.
Lionel Messi has carried Argentina to the Copa America final.
⚽️ vs Chile
🅰️ vs Uruguay
⚽️⚽️🅰️ vs Bolivia
⚽️🅰️🅰️ vs Ecuador
🅰️ vs ColombiaOut of 11 goals, he has contributed in 9 of them. pic.twitter.com/SN8QumTyHt
— FootballFunnys (@FootballFunnnys) July 7, 2021
Meski tidak mencetak gol maupun assist di laga final, Lionel Messi diberitakan tidak berada dalam kondisi fit saat bermain. Menurut sang pelatih Lionel Scaloni, Messi menderita cedera hamstring sejak semifinal kontra Kolombia.
🗣️ Lionel Scaloni: “Leo Messi has played against Colombia and Brazil with hamstring problems.” pic.twitter.com/KE3pceRffg
— infosfcb (@infosfcb) July 11, 2021
“Jika kalian tahu cara dia bermain di Copa America, kalian akan lebih mencintainya,”
“Kalian tidak akan pernah bisa melakukannya tanpa pemain sepertinya. Bahkan, ketika dia tidak sepenuhnya fit seperti dalam pertandingan ini dan sebelumnya,” kata Scaloni.
Keberhasilan Argentina Juga Tak Lepas Dari Kurang Efektifnya Permainan Brasil
Selain penerapan strategi yang baik serta keberadaan pemain yang tengah berada di puncak performa, keberhasilan timnas Argentina di laga final juga sedikit banyak terbantu oleh kelemahan timnas Brasil itu sendiri.
Brasil yang memiliki para pemain tengah kurang kreatif dianggap telah menaruh lubang untuk dimanfaatkan para pemain Argentina. Casemiro hingga Fred memang tampil cukup baik sepanjang turnamen. Bahkan Casemiro berhasil membuat lini depan Argentina mati kutu saat akan lakukan serangan balik.
Danilo, Everton “Cebolinha”, Fred & Lucas Paquetá vs Argentina pic.twitter.com/H7zKb1DPTD
— Vinicius (@viniseeghostz) July 11, 2021
Akan tetapi, dua pemain tersebut kurang membuat permainan Brasil lebih hidup. Pelatih Tite yang tercatat lebih sering mengandalkan Lucas Paqueta di tim utama, juga tak mampu melihat performa brilian sang pemain di laga final. Paqueta seolah menghilang hingga berujung pada penarikannya pada menit ke 76 untuk digantikan Gabriel Barbosa.
Yang tak kalah disorot adalah kurangnya daya ledak timnas Brasil di sisi sayap. Renan Lodi menjadi sorotan karena tidak bisa berbuat banyak. Kelemahan pemain sayap tersebut mampu dimanfaatkan oleh para pemain Argentina, termasuk Angel Di Maria yang pada akhirnya berhasil lolos dari penjagaan dan sukses mencetak gol kemenangan.
Terhitung sejak menit ke-76, Brazil memainkan lima penyerang sekaligus. Neymar, Richarlison, Roberto Firmino, Vinicius dan Gabigol.
Striker everywhere! #CopaAmerica pic.twitter.com/o5PlKCYjkB
— MedioClubID (@medioclubID) July 11, 2021
Masalah terbesar Brasil selanjutnya adalah mereka tampak hanya mengandalkan Neymar di lini depan. Pemain milik PSG itu memang punya kreativitas tinggi. Akan tetapi, pergerakannya mampu diredam oleh bek tangguh Argentina, termasuk Cristian Romero. Dalam hal ini, Romero layak mendapat pujian karena mampu menjaga menjaga Neymar dengan sangat disiplin, dan tidak pernah membiarkan sang superstar menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menguasai bola.
Brazil needed an equaliser then they decided to sub on the defensive striker pic.twitter.com/QDyvCQ8EwB
— Wachira. (@Thee_mavERIC) July 11, 2021
Selain itu, kinerja Richarlison dan juga Vinicius Jr juga tidak begitu menonjol, hingga membuat pergerakannya berhasil dimatikan oleh Gonzalo Montiel dan juga Marcos Acuna.
Dalam situasi tertinggal, memasukkan nama Roberto Firmino juga tidak bisa membantu. Firmino tidak mampu memberi perubahan apapun meski terus berjuang masuk ke lini pertahanan Argentina.