Sebelum menonton video ini, pastikan kamu sudah menonton video tentang Presiden AFC, Salman bin Ebrahim Al-Khalifa. Di situ kamu akan tahu bahwa pemimpin konfederasi sepak bola se-Asia itu merupakan keluarga dari penguasa Bahrain. Juga kamu akan tahu daftar panjang dosa-dosa yang dilakukan Presiden AFC.
Setelah ditelusuri lebih jauh, bukan cuma presidennya yang punya jejak hitam. Banyak orang problematik yang ternyata duduk di kursi wakil presiden maupun komite eksekutif AFC. Malahan nanti kamu juga akan menemukan salah satu komite eksekutif yang bahkan tak punya pengetahuan umum tentang Piala Dunia Wanita.
Kocak nggak tuh? Mau tahu siapa orangnya? Yuk kita telusuri jejak-jejak hitam para pemimpin AFC. Oh ya, jangan tanya di mana Erick Thohir, ya. Karena Ketum PSSI kesayangan kita ini tidak menduduki satu pun jabatan di AFC. Let’s Go!
Daftar Isi
Zaw Zaw
Salah satu yang mungkin saja cukup kejutan adalah wakil presiden senior AFC ternyata berasal dari Asia Tenggara. Namanya Zaw Zaw. Seorang maestro di bidang bisnis, bankir, dan investor yang berasal dari Irrawaddy, Burma atau kita mengenalnya dengan Myanmar.
Zaw sudah menduduki jabatan itu sejak 2023 lewat Kongres AFC ke-33 di Manama, Bahrain. Sebelumnya Zaw adalah wakil presiden AFC dari Zona 1 atau Asia Tenggara. Lulusan Matematika Universitas Yangon ini juga sosok yang sulit dijungkalkan dari kursi presiden Federasi Sepak Bola Myanmar.
Zaw sudah berada di sana sejak 2005. Jika ditelusuri kenapa tidak ada yang berani menggulingkan posisinya, kita akan sulit menemukan jawaban pasti. Apakah karena prestasi Myanmar yang bagus? Tidak juga. Mungkin karena latar belakangnya.
Zaw adalah pebisnis. Ia pernah mencoba mengambil alih sebuah perusahaan di Singapura. Namun, usaha itu dijegal oleh otoritas Amerika Serikat. Pihak AS mengklaim Zaw antek dari junta militer Myanmar. Wikileaks menurut laporan DVB News seperti juga dikutip Suara mengabarkan, Zaw adalah kroni rezim militer Than Shwe.
Than Shwe adalah mantan perdana menteri Myanmar yang bertangan besi. Zaw juga memiliki pendapatan tahunan sebesar 500 juta dolar (Rp7,7 triliun) juga terlibat berbagai masalah lewat perusahaannya, Max Myanmar Group. Proyek Max Myanmar Group beberapa kali melanggar aturan tata kota.
Mehdi Taj
Jejak-jejak negatif tadi seakan tak menjadi pertimbangan di Kongres AFC. Karena terbukti, Zaw Zaw malah menjadi senior wakil presiden. Itu artinya, ia menjadi bosnya para wakil presiden AFC, termasuk Mehdi Taj. Lho, siapa lagi ini?
Dari segi nama, kita sudah bisa menembak, Mehdi Taj bukan orang Uzbekistan, melainkan Iran. Ia menjadi wakil presiden AFC sejak 2019. Namanya terpilih lagi di Kongres AFC 2023 lalu secara aklamasi sebagai wakil presiden AFC yang berasal dari wilayah tengah.
Sosok Mehdi Taj tak kalah kontroversial dari Zaw. Ia bahkan sudah ditandai oleh kalangan komunitas sepak bola Iran, terutama ketika mencalonkan lagi menjadi presiden Islamic Republic of Iran Football Federation atau IRIFF pada 2022 lalu. Ia dengan bangga mencalonkan diri padahal punya portofolio buruk.
How can we expect justice and neutrality from @theafcdotcom when Mehdi Taj, President of Iran Football Federation, is also the Vice-President of AFC? This conflict of interest is unacceptable! #ShameOnAFC #IndianFootball @FIFAcom pic.twitter.com/5NGnNgyUPD
— Tanmoy Pal (@TanmoyPal0826) October 7, 2024
Mehdi pernah menjabat presiden IRIFF dari 2016 hingga 2019. Di ujung masa jabatannya, Mehdi berjanji akan membayar 8,3 juta dolar (Rp129,2 miliar) untuk Marc Wilmots, pelatih Timnas Iran asal Belgia. Namun, selama 40 hari Wilmots berada di Iran, ia mengungkap bahwa IRIFF telah melanggar kontrak. FIFA sudah mendapat laporan.
Namun, hingga ia jadi wakil presiden AFC, kasusnya entah sampai mana. Mungkin ditutup, kita semua tidak tahu. Yang jelas, justru pada 2023, Mehdi Taj juga terpilih kembali sebagai presiden IRIFF setelah mendapat dukungan hampir semua anggota Majelis IRIFF.
Ravshan Irmatov
Tampaknya Kongres AFC di Manama, Bahrain 2023 telah melahirkan para cecunguk di tubuh AFC. Setelah kroni junta militer dan presiden federasi yang diduga melakukan pelanggaran kontrak, muncul pula nama Ravshan Irmatov. Tidak, bukan sebagai wakil presiden, melainkan salah satu anggota komite eksekutif.
Kamu tahu fungsinya eksekutif? Ya, bagian pengeksekusi. Tapi coba bayangkan kalau yang mengisinya orang yang keputusannya mengeksekusi kerap bias seperti Ravshan Irmatov. Irmatov adalah mantan wasit yang entah bagaimana bisa duduk di kursi komite eksekutif.
Sebelumnya, entah bagaimana juga, ia malah diangkat sebagai wakil presiden utama Federasi Sepak Bola Uzbekistan atau UFA. Saat masih menjadi wasit, Irmatov adalah wasit kontroversial. Pernah suatu ketika di Piala Dunia 2014, ia memimpin laga antara Kroasia vs Meksiko dan membuat keputusan nyeleneh.
9️⃣ days until the #WorldCup
9 – Even referees deserve some love: Ravshan Irmatov of Uzbekitstan has officiated 9 World Cup matches (5 in 2010 and 4 in 2014), more than any other official.#WorldCup2018 #WorldCupNYC #WorldCupCountdownpic.twitter.com/0Q0vx3YcTz— Upper 90 Soccer (@u90soccer) June 5, 2018
Saat itu, bek Kroasia, Darijo Srna melakukan handball di dalam kotak terlarang. Namun, Irmatov tak memberi penalti pada Meksiko. Setahun sebelumnya ada momen yang tak kalah ngaco lagi.
Di laga Italia vs Brasil di ajang Piala Konfederasi, Giorgio Chiellini mencetak gol hanya beberapa saat setelah Irmatov meniup peluit penalti. Harusnya ada penalti buat Italia. Tapi Irmatov justru mengesahkan gol Chiellini. Kelak ia mengakui kesalahannya itu.
Mahfuza Akhter Kiron
Siapa pun sepertinya gampang masuk AFC. Orang-orang tadi yang punya rekam jejak buruk saja bisa menduduki jabatan strategis. Kamu akan tercengang lagi mendengar nama berikutnya yang akan kita telusuri dosa-dosanya.
Dia adalah Mahfuza Akhter Kiron. Sosok wanita asal Bangladesh yang berhasil menduduki jabatan komite eksekutif AFC. Namun, kompetensinya dipertanyakan. Tidak, bukan karena dia perempuan.
Arrest of Bangladesh FIFA Member Exposes Free Speech Crackdown Human Rights Watch This weekend’s arrest of Mahfuza Akhter Kiron shows how… pic.twitter.com/yDxE6x5gNV
— Potrika24 (@potrika24) March 19, 2019
Tapi memang Mahfuza sempat dikritik saat memenangkan pemilihan untuk kursi Dewan FIFA pada 2017 yang diperuntukkan bagi wanita Asia. Ia bahkan mengalahkan Moya Dodd, petahana dari Australia. Namun, wawancaranya dengan BBC World Service membuat citranya luruh dalam sekejap.
Mahfuza sebagai anggota dewan FIFA justru kelihatan sosok yang miskin pengetahuan. Bayangkan, anggota dewan FIFA macam apa yang bahkan tidak tahu siapa juara bertahan Piala Dunia Wanita saat itu. Ia gelagapan menjawab “Korea” lalu “Jepang”. Sebelum akhirnya membetulkan ke jawaban yang benar: Amerika Serikat.
Tahun 2019, nasib buruk menghampiri Mahfuza. Ia ditangkap di Dhaka karena terseret dugaan kasus pencemaran nama baik Perdana Menteri Sheikh Hasina. Ia menuding sang perdana menteri menerapkan standar ganda pada sepak bola dan kriket.
Mahfuza Akhter Kiron, a FIFA Council member, arrested for saying that PM Sheikh Hasina was ‘neglecting football’. Freaking Asia 🤦🏽♂️ pic.twitter.com/qho1wltNKA
— Footynions (@Footynions) March 18, 2019
Chung Mong Gyu
Lanjut? Oke. Nama berikutnya Chung Mong-gyu. Dari namanya kita langsung tahu bahwa dia satu negara dengan Shin Tae-yong. Pria Korea Selatan itu hari ini menjadi salah satu anggota komite eksekutif AFC. Tahun 2016 ia pernah menjabat wakil presiden AFC.
Ada sejumlah persoalan pelik yang pernah menyeret pria yang juga menjabat sebagai presiden KFA ini. Salah satu yang cukup membuat publik Korea Selatan geger adalah perekrutan pelatih Timnas Korea Selatan, Hong Myung-bo, pada pertengahan tahun 2024 lalu yang dinilai tidak adil.
Myung-bo diduga terpilih lewat seleksi yang tidak layak. The Korea Herald melaporkan bahwa Chung Mong-gyu telah menyusun siasat licik untuk menutupi kebenaran.
Singkatnya, tak transparan. Namun, Chung membantah segala tudingan. Ia meyakinkan bahwa keputusan memilih Myung-bo juga berdasarkan rekomendasi dari Komite Tim Nasional.
📰 It has been revealed that the S. Korean National Assembly has summoned KFA president Chung Mong-gyu to attend the Parliamentary Inspection on 22 October and 24 October. Yesterday, Chung submitted his request to miss the 22 October audit to attend the U-17 Women’s World Cup. https://t.co/GcX4EMOX9C pic.twitter.com/oCojSFcI8q
— Steve Han • 한만성 (@realstevescores) October 17, 2024
Somyot Poompanmoung
Selain senior wakil presiden yang berasal dari Asia Tenggara. Salah satu komite eksekutif AFC juga berasal dari negara ASEAN. Dia adalah Somyot Poompanmoung. Somyot adalah bekas presiden FA Thailand sebelum Nualphan Lamsam. Dan dia dikenal sebagai purnawirawan polisi yang bajunya penuh noda.
Namun, dari sekian noda itu, ada satu yang cukup menggegerkan dan akan diceritakan di sini. Tahun 2012, Somyot harus menghadapi tuduhan terlibat dalam kasus tabrak lari pewaris perusahaan Red Bull di Thailand, Vorayuth Yoovidhya yang menewaskan anggota polisi lalu lintas.
Saat kejadian Somyot menjabat komisaris polisi. Ia diduga membantu Vorayuth menghindari hukuman dan merusak barang bukti. Vorayuth sempat didakwa, namun dicabut pada 2020. Agustus 2024 lalu, giliran Somyot yang justru didakwa atas kasus ini karena dianggap mengabaikan tugas.
Selain kasus ini, Somyot juga menghadapi tuduhan kasus korupsi terkait suap pemberian impunitas pada orang-orang kaya di Thailand. Somyot masih menghadapi dakwaan. Dikabarkan dia menunjuk pengacara handal untuk memenangkan perkara. Ia pun sudah tak lagi mengurusi sepak bola Thailand.
Namun, yang jadi ironis, terdakwa yang satu ini malah menduduki jabatan komite eksekutif AFC. Sampai sini menyebut AFC sarang para bromocorah menjadi tak ngawur-ngawur amat.
Sumber: Independent, Suara, YahooFinance, KoreaHerald, TehranTimes, UZdaily, BenarNews