9 Pelatih Paling Awet di Liga Eropa

spot_img

Tiap musim, kabar seorang pelatih di pecat hampir selalu muncul, berbarengan dengan keluar-masuknya pemain di suatu klub. Di musim 2021/22 saja, kita bisa menyaksikan beberapa klub memilih memecat para manajernya. Meskipun kompetisinya belum tuntas.

Tampaknya, sepak bola sekarang memang seperti itu. Apabila suatu klub tidak bisa tampil mengesankan, bahkan ketika seorang pelatih atau manajer tidak bisa memenuhi ekspektasi klub dan penggemar, bakal dipecat. Hal itu membuat masa pengabdian seorang pelatih hanya sebentar.

Terkadang malah beberapa bulan saja, tak sampai satu musim. Namun, hal itu tidak berlaku bagi pelatih-pelatih berikut ini. Sebab sesulit apa pun liga, sesulit apa pun ekspektasi klub, pelatih-pelatih berikut ini justru awet dengan satu klub saja. Siapa saja mereka?

Thomas Frank (Brentford)

Brentford mencapai puncak kejayaannya hari ini. The Bees yang sudah cukup lama berkutat di Liga Championship akhirnya bisa bermain di Premier League musim 2021/22. Salah satu aktor di balik kesuksesan The Bees adalah pelatih mereka, Thomas Frank.

Thomas Frank menjadi pelatih Brentford sejak Oktober 2018. Tepat saat The Bees masih berada di Divisi Championship. Ia termasuk pelatih terlama yang menangani sebuah klub di Inggris. Total, Frank sudah melatih Brentford selama 3 tahun lebih.

Hebatnya, performa apik Brentford membuatnya bertahan dan memaksanya menandatangani kontrak baru. Pria 48 tahun itu bakal menjadi pelatih hingga 2025. Artinya, Thomas Frank akan melatih Brentford selama kurang lebih enam tahun.

Waktu yang cukup lama, mengingat iklim Premier League hari ini kerap memaksa seorang pelatih pergi lebih cepat. Namun, itu bukanlah keanehan. Bersama Thomas Frank, Brentford tampil sangat bagus di Premier League musim ini. Di laga-laga awal, Brentford bahkan mampu mengalahkan klub selevel Arsenal, West Ham, dan Aston Villa.

Brendan Rodgers (Leicester City)

Brendan Rodgers masuk menjadi pelatih Leicester City pada Februari 2019. Ia punya misi berat ketika itu. Rodgers harus mampu membuat Leicester, si juara kejutan Premier League 2016 kembali garang lagi. Sebab, sepeninggal Claudio Ranieri performa Leicester terbilang anjlok.

Dan benar saja, mantan pelatih Liverpool itu pelan-pelan membawa Leicester kembali ke jalan yang lurus. Sejak ia melatih, Leicester yang di musim 2018/19 hanya finis di peringkat 9 mulai merangsek naik. Pada musim 2019/20, Rodgers membawa Leicester finis di peringkat lima.

Semusim setelahnya, Brendan Rodgers masih sanggup membuat Leicester finis di peringkat lima, dan akhirnya bisa tampil di ajang Eropa seperti Europa League. Barangkali karena itulah, Leicester mempertahankan Rodgers di kursi pelatih.

Ini adalah musim ketiganya melatih Leicester. Dan satu-satunya prestasi yang bisa ia kejar adalah trofi UEFA Conference League. Mengingat The Foxes saat ini melaju ke babak perempat final.

Ralph Hasenhuttl (Southampton)

Ralph Hasenhuttl bergabung ke Southampton pada Desember 2018. Ia datang ke Soton sebagai bekas manajer RB Leipzig. Kedatangannya disambut baik seluruh penggemar The Saints.

Praktis, hingga saat ini setidaknya Hassenhuttl sudah memimpin Southampton selama tiga tahun lebih. Tapi, pertanyaannya apa yang sudah ia lakukan untuk Soton? Meski belum meraih satu pun trofi bersama Southampton, tapi Hassenhuttl adalah sosok pelatih yang dicintai seluruh penggemar.

Bahkan ketika kontraknya habis pada 2024 mendatang, banyak yang berharap Hassenhuttl memperpanjang kontraknya, termasuk mantan pemain Southampton, Carlton Palmer.

Ia berharap Hasenhuttl mau memperpanjang kontraknya dan meneruskan proyeknya di Southampton. Lagi pula Hasenhuttl pernah menjadi pelatih terbaik Premier League pada Juli 2020.

Gian Piero Gasperini (Atalanta)

Gian Pierro Gasperini datang ke Atalanta pada musim panas 2016. Wajah Atalanta pun langsung berubah di bawah asuhannya. Meskipun ambisi awalnya sekadar menghindari degradasi, tapi Atalanta justru menjadi klub perusak dominasi klub-klub papan atas Serie A.

Pelatih yang sudah melatih Atalanta sekitar lima tahun lebih itu telah menyulap La Dea menjadi tim yang sukses di kancah domestik maupun Eropa. Bahkan Gasperini membuat Atalanta selalu tampil di Liga Champions Eropa setelah tiga musim berturut-turut dari 2018/19 sampai 20/21 finis di posisi ketiga Serie A.

Pep Guardiola (Manchester City)

Lima tahun lebih manajer asal Spanyol, Pep Guardiola menukangi Manchester City. Yup, benar sekali, Pep adalah salah satu manajer terlama yang melatih satu klub di Premier League.

Ia menangani City sejak 2016. Tak sulit untuk mencari alasan mengapa Pep Guardiola dipertahankan The Citizen selama itu.

Faktor yang paling penting adalah, City di tangan Pep Guardiola menjadi makin garang. Pola permainan yang selalu mengincar kemenangan membuat City era Pep, tak pernah sekali pun terlempar dari posisi tiga besar.

Manajer berkepala plontos itu setidaknya sudah menyumbang 10 trofi untuk Manchester City. Tak hanya itu, Pep menjadi satu-satunya pelatih di Premier League yang membuat sebuah klub finis di peringkat pertama dengan poin genap seabad. Di tangan Pep, City menjadi satu-satunya klub putra yang berhasil meraih treble bersejarah di Inggris.

Jurgen Klopp (Liverpool)

Jurgen Klopp telah diakui sebagai salah satu pelatih terbaik di Eropa. Tak hanya itu, ia juga seorang manajer yang awet di satu klub Premier League. Ia sudah melatih Liverpool sejak 2015. Maknanya, Jurgen Klopp nyaris tujuh tahun melatih Liverpool.

Namun, awalnya Jurgen Klopp justru diragukan. Sebab pelatih berkebangsaan Jerman itu harus mengalami hal yang tidak mengenakan di musim pertamanya melatih The Reds. Ia gagal memenuhi harapan para kopites, untuk meraih juara di musim pertamanya melatih.

Semua orang pun ragu, tapi Liverpool tetap mempertahankan Jurgen Klopp. Dan iya, benar saja, Klopp mampu mengubah pikiran orang yang awalnya ragu menjadi percaya pada dirinya. Meskipun itu membutuhkan waktu sekitar tiga tahun.

Klopp membawa Liverpool juara Liga Champions Eropa musim 2018/19. Semusim berselang Klopp memenuhi hasrat para kopites yang sudah 30 tahun puasa gelar Premier League. Ia berhasil membawa Liverpool kampiun Premier League di musim 2019/20.

Sean Dyche (Burnley)

Walaupun Premier League persaingannya sangat ketat dan terkenal kejam, beberapa klub justru memilih untuk tidak bergonta-ganti pelatih, seperti halnya Burnley. Sejak 2012, Burnley hanya memiliki satu orang pelatih, Sean Dyche namanya. Silakan hitung sendiri berapa tahun Dyche melatih Burnley.

Yang pasti, selama melatih, Dyche telah mengubah Burnley menjadi tim yang lebih baik. Ia memecahkan beberapa rekor klub, termasuk membawa Burnley ke Premier League, setelah sekitar empat tahun berkutat di divisi bawah. Ya walaupun, setelah promosi Burnley langsung terdegradasi lagi ke Championship.

Namun, Dyche tak kenal lelah. Ia membawa lagi Burnley ke Premier League setelah menjuarai Championship musim 2015/16. Yah walaupun pada musim ini Burnley terancam terdegradasi lagi.

Diego Simeone (Atletico Madrid)

Tak dapat dipungkiri bahwa Diego Simeone adalah sosok yang berpengaruh di tubuh Atletico Madrid. Ia yang melatih Los Rojiblancos sejak 2011, menjadi pelatih paling awet di La Liga yang masuk daftar ini. Nyaris 11 tahun Simeone melatih Atletico Madrid.

Ia mampu membawa kesuksesan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Simeone menyulap Atletico Madrid sebagai klub yang tak hanya berkiprah di Spanyol, tapi juga menjadi penantang di kancah Eropa. Hari ini saja, Atletico Madrid melaju ke perempat final Los Rojiblancos.

Saking lamanya di Atletico Madrid, semua trofinya ia raih saat melatih Atletico Madrid. Mulai dari dua gelar La Liga, satu gelar Copa del Rey, dua trofi Liga Eropa, dua trofi Liga Super Eropa, sampai penghargaan individu seperti Pelatih Klub Terbaik Dunia musim 2015/16.

Christian Streich (Freiburg)

Terakhir, pelatih yang awet di satu klub adalah Christian Streich yang melatih klub Jerman, Freiburg sejak 2011. Ia seperti Simeone, sudah hampir 11 tahun melatih klub. Namun, pelatih gaek ini belum pernah meraih trofi mayor bersama Freiburg.

Namun begitu, Streich telah melewati masa-masa sulit dan bahagia bersama Freiburg. Salah satunya adalah dengan menjuarai Bundesliga 2 pada musim 2015/16. Raihan itu membuat Freiburg naik lagi ke Bundesliga pada musim 2015/16 setelah sempat terdegradasi pada musim 2014/15.

Meski minim trofi, Streich tetaplah menjadi salah satu pelatih yang dikagumi di sepakbola Jerman. Ia terkenal dengan taktik dan kepribadiannya yang energik. Well, dari daftar tadi, mana pelatih yang jadi favorit kalian football lovers?

https://youtu.be/UEYb2ZYfatU

Sumber referensi: 90Min, Sportskeeda, CGTN, Football London, SportsBrief, GiveMeSport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru