Umumnya, bursa transfer akan dimanfaatkan oleh suatu klub untuk membenahi skuadnya. Tak terkecuali bursa transfer musim dingin di Bulan Januari.
Pembenahan skuad itu seperti untuk mendongkrak performa klub agar bisa masuk papan atas, atau supaya terhindar dari zona degradasi. Namun, alih-alih mendapatkan pemain yang bagus, beberapa klub justru blunder dengan membeli pemain yang tidak tepat atau buruk.
Termasuk beberapa klub di English Premier League (EPL). Nah berikut ini delapan transfer musim dingin terburuk Premier League.
Alexis Sanchez Arsenal ke Manchester United (2018)
Alexis Sanchez merupakan salah satu rekrutan masif Arsenal sebelum deadline day. Di musim pertamanya, Sanchez sudah terlihat memahami karakteristik Arsenal, ia seperti pemain lama yang sudah bisa masuk ke dalam ritme dan pola permainan kesebelasan barunya. 19 gol dan 9 assist berhasil ia torehkan di musim pertamanya.
🎹 Ladies and gentlemen, please take your seats. Introducing #Alexis7…#GGMU #MUFC @Alexis_Sanchez pic.twitter.com/t9RIIx4mE4
— Manchester United (@ManUtd) January 22, 2018
Sanchez bahkan dinominasikan sebagai Pemain Terbaik Liga Inggris pada tahun debutnya. Hal Ini membuat manajemen Manchester United kepincut mendatangkannya ke Old Trafford. Uang sebesar 70 juta poundsterling atau Rp 1,36 triliun digunakan untuk memperoleh tanda tangannya pada 22 Januari 2018.
Gacor di lini serang nyatanya layu sebelum berkembang karena dimakan ekspektasi. Satu setengah musim bersama Setan Merah ia hanya membubuhkan 45 penampilan dengan 5 gol dan 9 assist. Angka ini jauh ketika pria asal Chile membela Arsenal yang mampu menyumbangkan 80 gol dan 45 assist.
Harapan berubah menjadi sorotan. Pembelian di bulan Januari justru membuat Sanchez tidak dipuja-puja sebagaimana ia dapatkan di Emirates Stadium.
Jean-Alain Boumsong dari Glasgow Rangers ke Newcastle United (2005)
Dibeli dari Glasgow Rangers dengan harga 8 Juta poundsterling atau Rp 155,7 miliar untuk pindah ke Newcastle United pada pertengahan musim 2004/2005. Nilai yang fantastis untuk pemain yang baru memainkan 26 pertandingan di Liga Skotlandia.
ON THIS TRANSFER DAY: In 2005, Newcastle United signed Jean-Alain Boumsong from Rangers for around £8m. #NUFC pic.twitter.com/SWA3teLdLi
— Squawka Football (@Squawka) January 1, 2016
Performanya di Rangers cukup ciamik karena berhasil menjadi pemain belakang dengan banyak memenangkan duel udara dan tekel. Penampilan yang baik dibayangkan Graeme Souness sebagai manajer The Magpies kala itu akan membantu skuadnya saat memboyongnya ke St James’ Park.
Gelontoran uang untuk memboyong bek asal Prancis ternyata tak sesuai ekspektasi. Alih-alih memperkokoh lini belakang Newcastle United bersama Titus Bramble, ia justru sering membuat kesalahan yang berujung pada kekalahan.
Nasib Boumsong hanya bertahan di St James’ Park satu setengah tahun dengan mencatat 59 kali penampilan tanpa pernah menyumbangkan gol maupun assist. Pada bulan Agustus 2006, ia dijual dengan harga 7,5 juta poundsterling atau Rp 146 miliar ke Juventus yang baru saja terdegradasi ke Serie B akibat kasus calciopoli.
Benni Mc Charty Blackburn Rovers ke West Ham United (2010)
West Ham membutuhkan juru gedor yang gacor untuk mengangkat performa tim yang terseok-seok di papan bawah. Manajemen menanggapi kebutuhan Gianfranco Zola dengan mendatangkan penyerang Blackburn Rovers, Benni McCarthy pada Januari 2010 dengan harga 2,25 juta poundsterling atau Rp 43,8 miliar.
West Ham have signed 31 strikers since 2010…
…20 of them have failed to score more than 3 goals. 😳 pic.twitter.com/rmzq77mWmb
— EPL Bible (@EPLBible) July 22, 2017
Harapan Zola bertepuk sebelah tangan. Kiprah McCarthy di London Timur justru memburuk dan hanya memainkan 14 pertandingan tanpa mencetak gol hingga akhir musim. Posisi The Hammers pun terjun hingga juru kunci dan degradasi ke Championship usai mendatangkan eks pemain FC Porto itu.
Padahal di klub sebelumnya, produktivitas gol McCarthy mencapai 52 biji dengan 10 assist dari 140 pertandingan bersama Blackburn Rovers.
Fernando Torres dari Liverpool ke Chelsea (2011)
Chelsea menggelontorkan uang 50 juta poundsterling atau Rp 973 miliar untuk mendapatkan tanda tangan penyerang Liverpool, Fernando Torres pada Januari 2011. El Nino bertahan tiga setengah musim di Stamford Bridge dengan torehan 45 gol serta 35 assist dari 172 pertandingan.
ON THIS TRANSFER DAY: In 2011, Chelsea signed Fernando Torres from Liverpool for a mammoth £50m. #CFC pic.twitter.com/JBGZ5e43zR
— Squawka Football (@Squawka) January 31, 2015
Catatan itu menurun karena bersama Liverpool ia berhasil mencetak gol 81 biji dan 20 assist dari 142 pertandingan.
Mampetnya keran gol Torres disebabkan tidak cocok dengan Chelsea yang DNA Jose Mourinho. Menjadikan Didier Drogba sebagai target man dan Frank Lampard sebagai orkestra sekaligus finisher di lini tengah. Torres diplot menjadi second striker yang memperlambat gerak dan mengurangi area jelajahnya pada formasi tersebut.
Kesulitan akan taktik pelatih-pelatih selanjutnya merupakan karma dari transfer gede yang diinisiasi pemilik klub Roman Abramovich ini. Kedatangannya adalah imajinasi bos Chelsea untuk membangun fondasi kejayaan yang berbuah menjadi malapetaka bagi klub dan pemain.
Andy Carroll dari Newcastle ke Liverpool (2011)
Liverpool mengontrak Andy Carroll seharga 35 juta poundsterling atau Rp 681 miliar pada Januari 2011. Namun, sang striker meninggalkan The Reds satu setengah musim berikutnya.
📅 2011: Liverpool sign Andy Carroll from Newcastle for a record-breaking £35m.
📅 2019: Newcastle re-sign Andy Carroll on a free transfer.
🏠 There’s no place like home. pic.twitter.com/FL1ghVuLLs
— Coral (@Coral) August 8, 2019
Ia awalnya diharapkan menjadi pengganti sepadan Fernando Torres yang diboyong Chelsea. Apalagi ia mampu mencetak 11 gol dalam 19 pertandingannya saat di Newcastle. Sayangnya, saat berbaju The Reds, Torres baru bisa cetak 11 gol ketika sudah melewati 58 penampilan. Itu adalah rekor buruk bagi penyerang yang harganya selangit.
Tak kunjung membaik hingga The Reds berganti nakhoda Brendan Rodgers, Torres mulai disingkirkan. Akhirnya, Torres pun dipinjam West Ham dengan opsi permanen. Ajaibnya, di West Ham keran golnya meningkat sampai di atas 30.
Savio Nsereko Brescia ke West Ham (2009)
Usai kehilangan Craig Bellamy yang diboyong Manchester City, manajemen West Ham mendatangkan Savio Nsereko pada Januari 2009 dari klub Italia, Brescia dengan bandrol 9 juta poundsterling atau Rp 175,1 miliar dan mengenakan nomor punggung 10.
On this day 13 years ago, Savio Nsereko signed for #whufc.
No matter how many signings we think we need right now, just think about signings like this. pic.twitter.com/jP5SwWWw9W
— Desert Iron Discs (@DesertIronDiscs) January 26, 2022
Berbekal 25 kali tampil dengan mengemas 3 gol dan 4 assist bersama Brescia membuat manajemen The Hammers kepincut untuk memberikan menit bermain kepada pemuda berusia 20 tahun di Premier League.
Namun, harga yang ditebus klub London Timur untuk Savio tak berdampak bagi klub. Ia hanya 1 kali sebagai starter dari 11 kesempatan yang diberikan pelatih Gianfranco Zola. Kontribusinya yabg hanya sebiji assist membuatnya harus dijual ke Florentina dengan harga 2,7 juta poundsterling atau Rp 52,5 miliar pada Agustus 2009.
Christopher Samba Anzhi Makhachkala ke Queens Park Ranger (2013)
10 kali tampil di Premier League bersama Queens Park Ranger jelas bukan bukti sepadan dengan 12,5 juta poundsterling atau Rp 243 miliar yang telah digelontorkan oleh klub membeli pemain bertahan berpaspor Kongo. Pembelian di bursa transfer musim dingin tahun 2013 itu menjadi petaka bagi klub.
31ST JANUARY 2013: Christopher Samba to QPR from Anzhi Makhachkala. £12.5 million fee. Reported £100k wages. pic.twitter.com/EdVYeUr6wY
— Get Football News (@GetFootballNews) January 31, 2014
Samba pun dijual kembali ke Anzhi Makhachkala dengan 11 juta poundsterling atau Rp 214 miliar. Performa buruk jadi alasan utama kenapa klub asal London tak berminat memperpanjang service pemain kelahiran 1984.
Pelatih QPR saat itu, Harry Redknapp mengutarakan kebugaran menjadi faktor utama yang menyebabkan Samba tak bisa tampil pada performa terbaik.
Kostas Mitroglou dari Olympiakos ke Fulham (2014)
Kostas Mitroglou menghadapi mimpi buruk usai boyong dari Olympiakos ke Fulham. Striker berkebangsaan Yunani menjadi penandatanganan terbesar di bulan Januari 2014 untuk Fulham seharga 12,4 juta poundsterling atau Rp 241,3 miliar.
Kostas Mitroglou played just 153 mins of league action for Fulham after arriving for £11m in 2014. Huge flop. pic.twitter.com/0D5lCzLhbw
— Squawka Football (@Squawka) August 31, 2014
Mitroglou merupakan perekrutan Manajer baru Rene Meulensteen yang dipasang pada akhir Oktober menggantikan Martin Jol. Ia masuk ke skuad Fulham bersama Ryan Tunnicliffe, Larnell Cole, dan John Heitinga yang datang secara permanen.
Manajemen ingin Mitroglou tampil beringas di lini depan Fulham seperti yang ia lakukan bersama Olympiakos dengan 17 gol dalam 19 penampilan di musim 2013/14. Ia juga mencetak hattrick di Liga Champions serta 8 gol untuk Yunani.
Tapi apalah hendak dikata, torehan dan harapan tak bisa klop. Mitroglou hanya bermain 3 kali dan nihil dalam urusan membobol gawang lawan. Uang Rp 241 miliar tampak sia-sia untuk penyerang yang tidak sepenuhnya fit untuk mengangkat performa tim.
Pundi-pundi uang pun terbuang sia-sia untuk. Ia bukan hanya tak mampu mencetak gol untuk Fulham, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan klub dari degradasi
Kegagalan transfer di bulan Januari acap kali bikin jengkel manajemen klub. Sebab perencanaan instan dan cenderung menunggu deadline day. Perekrutan tanpa direncanakan bikin neraca keuangan tidak seimbang dan prestasi klub pun tak kunjung membaik.
https://youtu.be/T_V22s0r1Dg
Referensi : Transfermarkt, Cottagers, Liverpool, The Guardian, BR, Daily Mail, TT,