Layaknya roda yang terus berputar, kehidupan juga tak selamanya diatas. Ada kalanya kita merasakan susah agar lebih bisa menghargai apa arti hidup yang sebenarnya.
Dalam sepak bola pun begitu, setiap tim yang memiliki kekuatan luar biasa tak jarang terperosok kedalam jurang kehancuran. Mereka yang tak bisa stabilkan beberapa komponen dalam hidup telah mengalami masa-masa dimana mereka harus kembali berjuang untuk meraih kejayaan.
Seperti pada bahasan kita kali ini, starting eleven akan sajikan 7 tim legendaris yang kekuatannya tak lagi menyeramkan.
Daftar Isi
Nottingham Forest
Notthingham Forest merupakan salah satu nama populer di tanah Inggris. Mereka yang merupakan klub tradisional britania telah torehkan sejumlah catatan gemilang di masa lampau. Bahkan bukan hanya di Inggris, Nottingham Forest juga tunjukkan taji di level Eropa. Mereka menjadi salah satu klub bersejarah yang sukses raih trofi Liga Champions Eropa.
Sejumlah bintang pun sempat mereka lahirkan, seperti Viv Anderson, Des Walker, Tony Woodcok, hingga kiper legendaris Inggris, Peter Shilton.
Namun karena tak mampu jaga konsistensinya klub inipun mulai dilupakan. Saat ini, klub yang bermarkas di Stadion City Ground hanya berlaga di Divisi Championship.
Forest gagal mengikuti perkembangan pesat sepak bola, bermasalah dengan finansial hingga akhirnya turun kasta. Saat ini, mereka masih terus berjuang untuk bisa lolos ke kompetisi Liga Primer Inggris.
Parma
Miris jika melihat Parma di era sepak bola modern ini. Bermasalah dengan finansial klub, mereka juga dinyatakan bangkrut hingga terjun bebas ke Serie D pada 2015
Kondisi ini langsung menjadi perhatian bagi mantan pemain mereka yang telah pensiun, atau menjadi bintang saat ini seperti Gianluigi Buffon, Hernan Crespo, Lilian Thuram, Fabio Cannavaro, dan Gianfranco Zola.
Kesedihan yang dirasakan para legenda sangatlah wajar. Pasalnya, Parma menjadi salah satu kesebelasan elit Serie A di era 90 an dan sempat menjadi musuh sempurna bagi para raksasa Eropa. Namun beruntung, kini mereka sudah bisa mentas di Serie A meski kekuatannya masih sulit untuk tandingi para raksasa Italia.
Hamburg
Hamburg menjadi satu-satunya tim Bundesliga yang belum pernah terdegradasi, hingga tepat pada akhir musim 2017/18 mereka dinyatakan harus berlaga di kompetisi kelas dua.
Jika menilik sejarah, Hamburg merupakan salah satu kekuatan terbesar sepak bola Jerman. Di era 80 an, mereka bahkan menjadi kesebelasan yang amat dihormati di Eropa.
Pada musim 1982/83, Hamburg berhasil tampil jadi juara Liga Champions di bawah asuhan pelatih Erns Happel. Di final mereka mengalahkan klub Italia, Juventus. Keberhasilan itupun senada dengan prestasi mereka di kompetisi domestik. Di era tersebut, setidaknya, dua kali Hamburg jadi yang terbaik di Bundesliga Jerman, yaitu pada musim 1981/82 dan 1982/83.
Torino
Rival sekota Juventus, Torino, juga merupakan salah satu klub yang kaya akan sejarah. Mereka menjadi tim yang mengoleksi tujuh gelar Serie A. Itu terjadi pada musim 1927/28, 42/43, 45/46, 46/47, 47/48, 48/49, dan 75/76.
Mereka saat itu menjadi salah satu klub dengan kekuatan menakutkan. Namun pasca insiden pesawat jatuh yang melibatkan nyaris seluruh para pemain inti, klub ini langsung terjun bebas ke jurang kehancuran. Torino menghilang seiring kematian para bintang mereka.
Meski sempat bangkit dan bermain di tiga final kejuaraan klub Eropa, mulai pertengahan 90-an sampai saat ini, mereka hanya jadi klub penggembira.
Leeds United
Leeds United juga mengisi daftar klub tradisional asal Inggris. Mereka miliki penggemar yang sangat melimpah. Di era 70an dan 90an, Leeds bahkan menjadi kekuatan paling menakutkan di tanah Inggris. Tercatat, mereka berhasil raih 3 trofi Liga Inggris.
Mereka bahkan pernah masuk ke final Liga Champions musim 1974/75 dan final Piala Winner musim 1972/73.
Dengan susunan pemain dan racikan pelatih yang super jenius, Leeds selama beberapa tahun menjadi raksasa di Inggris, hingga sempat menjadi rival sengit
On This Day 2000 #lufc
Mark Viduka scores his first goal for Leeds United, in the 6-0 mauling of Besiktas in the Champions League group stage at Elland Road.
Class is permanent!
@TheSquareBall pic.twitter.com/mbLZB27tYw— LEEDS UTD MEMORIES🏆 (@LUFCHistory) September 26, 2020
Manchester United
Namun kini nama mereka sudah jarang didengungkan. Klub yang berasal dari Yorkshire itu masih berjuang di kompetisi kelas dua untuk bisa tampil di kompetisi Premier League.
Aston Villa
Aston Villa merupakan salah satu klub Inggris yang pernah memenangkan Liga Champions. Namun, itu jauh sebelum era sepak bola modern dimulai yang ditandai dengan banyaknya uang yang dikeluarkan klub untuk mendatangkan pemain bintang.
Diasuh manager Tony Barton, Villa jadi yang terbaik di Piala Champions 1981/82. Ketika itu, di final yang digelar di Stadion Feyenoord, Rotterdam, Belanda, Villa mengalahkan tim favorit asal Jerman, Bayern Munchen.
Mereka juga pernah menjuarai Piala Super Eropa tahun 1982 dan Piala Intertoto tahun 2001. Untuk gelar Liga Inggris, The Villans sudah koleksi sebanyak 7 gelar. Jumlah yang sama dengan gelar FA Cup mereka.
Nahas, kini kekuatan mereka sudah hilang tak berbekas. Nama mereka tenggelam. Bahkan, untuk meraih piala di kompetisi Inggris pun mereka kesulitan.
#OnThisDay in 1974, Ron Saunders was appointed as manager of Aston Villa. 🙌
1975: Promotion 🆙
1975: League Cup winners 🏆
1977: League Cup winners 🏆
1981: Champions of England 🏆#AVFC pic.twitter.com/fnoReoxZuf— Aston Villa (@AVFCOfficial) June 5, 2020
AC Milan
AC Milan, tidak diragukan lagi merupakan klub asal Italia yang kaya akan sejarah. Mereka pernah merajai dunia dalam beberapa generasi. Sebutan klub
tersukses di dunia pun layak didapat tim yang bermarkas di San Siro.
7 Gelar Liga Champions Eropa dan 18 gelar Serie A Italia, yang mana terakhir kali diraih pada musim 2010/11, menjadi bukti dari kehebatan tim yang kini dilatih oleh Stefano Pioli.
⏪ #ACMilan 3-0 Inter, 2011. A huge win en route to the Scudetto.pic.twitter.com/0nqantOcms
— SempreMilan (@SempreMilanCom) October 15, 2020
Namun, deretan piala prestis itu tak ubahnya telah menjadi prasasti. Milan tak lagi bicara banyak. Jangankan di kompetisi Eropa, di kompetisi domestik pun mereka masih kesulitan walau hanya sekadar meraih satu spot di kompetisi Eropa.