5 Momen Paling Kontroversial Dalam Sejarah Gelaran Euro

spot_img

Euro punya banyak momen kontroversial. Wajar, ketika pertaruhan dan persaingan seketat ini, momen kontroversial tidak bisa dihindari. Dari yang konyol, mengerikan, sampai konspirasi, inilah 5 momen paling kontroversial dalam sejarah gelaran Euro.

Ronaldo Effect

Mari kita mulai daftar ini dari edisi Euro terbaru. Euro 2020 adalah Euro yang aneh bagi penggemar sepak bola. Digelar di tahun 2021 karena pandemi Covid, Euro edisi ini tidak memiliki tuan rumah dan digelar di 11 negara berbeda. Tapi itu bukan berarti Euro edisi ini minim momen kontroversi. Ada beberapa malah.

Dari kontroversi penalti Sterling vs Denmark, kelakuan fans Inggris yang rasis pada pemain mereka sendiri, sampai pertandingan Denmark vs Finlandia yang dilanjutkan meski Erikson sempat henti jantung di tengah laga. Itu tidak hanya momen yang kontroversial, tapi juga mengerikan untuk ditonton. Namun, momen kontroversi yang paling ikonik adalah rivalitas Ronaldo dengan Coca Cola.

Bukan rahasia kalau Ronaldo sangat menjaga kesehatan dan pola makannya. Tentu saja, minuman bersoda bukanlah bagian dari diet sehatnya. Masalahnya, Coca Cola adalah sponsor resmi Euro 2020. Jadi jelas produk Coca Cola ada dimana-mana sepanjang turnamen.

Tapi saat jumpa pers menjelang pertandingan pembuka melawan Hungaria, Ronaldo malah menyingkirkan dua botol Coca Cola yang ada di hadapannya. Mengisyaratkan kalau orang-orang lebih baik minum air putih.

Tak disangka, aksi ringan dari Ronaldo memantik efek domino yang sangat besar. Dilaporkan setelah video itu viral, saham Coca Cola terjun menukik tajam. Dilansir dari the athletic, Coca Cola kehilangan 4 miliar dollar hanya dari aksi Ronaldo itu. Ini sekaligus membuktikan besarnya efek pengaruh Ronaldo tidak hanya di dunia sepak bola.

Hooliganisme Yang Memalukan

Beralih ke Euro sebelumnya, ada Euro 2016. Di Euro ini, Prancis jadi tuan rumah dan Portugal keluar sebagai juara. Ronaldo yang harus keluar lapangan karena cedera di tengah-tengah laga memimpin timnya mengalahkan tuan rumah. Dan akhirnya Portugal bisa keluar sebagai juara untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Itu jadi momen yang sangat mengharukan dan menggambarkan bagaimana indahnya olahraga ini. Tapi tidak selamanya hal yang indah tetap indah. Euro 2016 juga memiliki sisi kelamnya.

Menjelang pertandingan fase grup antara Inggris melawan Rusia, beberapa bentrokan kecil sudah terjadi antara pendukung kedua tim di jalanan kota Marseille. Namun pertandingan bisa berjalan seperti biasa. Berakhir dengan hasil imbang 1-1, kedua suporter masih belum puas. Khususnya para hooligan Rusia yang tak terima dengan olok-olokan fans Inggris di luar stadion.

Mereka menyerang menggunakan palu dan besi. Sehingga menelan dua korban koma dalam kerusuhan itu. Pihak kepolisian pun menyatakan 150 ultras Rusia bersalah atas aksi hooliganisme tersebut.

Sanksi Konyol UEFA

Jika dibandingkan dengan kontroversi sebelumnya, kontroversi ini akan terkesan sangat konyol. Di Euro 2012, tepatnya di pertandingan fase grup antara Denmark dan Portugal, Nicklas Bendtner mendapat hukuman denda dan larangan bermain di satu pertandingan oleh UEFA.

Alasannya adalah karena “Lord” Bendtner merayakan gol dengan menunjukkan celana dalamnya dengan merek Paddy Power. Masalahnya itu adalah merek judi. Bendtner pun didenda sebesar 100 ribu euro karena mempromosikan merek yang bukan sponsor UEFA. Tapi lucunya, dari aksi itu, Bendtner dapat uang sebesar 200 ribu euro dari Paddy Power.

Di hari yang sama, UEFA juga memberikan sanksi berupa denda ke suporter Kroasia. Saat itu suporter Kroasia kedapatan melakukan aksi rasis ke Balotelli. Di laga Italia melawan Kroasia itu mereka melemparkan kulit pisang dan menirukan suara monyet sepanjang laga. Gilanya, UEFA memberikan denda kepada Kroasia hanya sebesar 80 ribu euro saja.

Itu angka yang lebih sedikit daripada denda yang diterima Bendtner. Padahal itu bukan kali pertama fans Kroasia berperilaku rasis. UEFA pernah menghukum mereka di tahun Euro 2008 dan kualifikasi Piala Dunia. Ini pun memunculkan isyarat kalau UEFA lebih memprioritaskan sponsor mereka ketimbang masalah rasisme yang mengakar di sepakbola Eropa.

Konspirasi Skandinavia

Loncat ke Euro 2004, kontroversi yang paling diingat dari turnamen itu pasti bagaimana Yunani jadi juara dengan sepakbola negatif. Well, secara teknis itu bukan kontroversi karena tidak ada yang salah dengan memainkan sepak bola bertahan. Apalagi kalau dimainkan dengan sangat rapi dan bisa jadi juara di akhir turnamen.

Tapi bukan itu yang akan dibahas di daftar ini. Melainkan bagaimana tim-tim skandinavia bersekongkol agar Italia tidak lolos fase grup. Jadi saat itu Italia ditempatkan di grup C bersama Swedia, Denmark, dan Bulgaria.

Di hari terakhir babak penyisihan grup, Italia butuh kemenangan untuk bisa lolos. Tapi mereka juga butuh pertandingan Swedia vs Denmark berakhir selain hasil imbang dan tidak lebih dari 1-1. Dan yang terjadi, Swedia vs Denmark berakhir 2-2. Swedia sebenarnya tertinggal 2-1 sampai menit 88, tapi semenit kemudian Denmark mencetak gol mudah dan membuat skor jadi 2-2.

Dengan skor tersebut, Denmark dan Swedia bisa sama-sama melangkah ke fase KO. Sedangkan Italia yang diperkuat Buffon, Del Piero, Nesta, Zambrotta, Pirlo, dan Materazzi harus pulang.

Bertahun-tahun setelahnya, dikutip dari Guardian bahwa surat kabar Swedia membocorkan percakapan antara pemain Swedia Erik Edman, dan pemain Denmark Daniel Jensen saat pemanasan. Disitu Erik Edman berkata: “Haruskah kita buat hasil jadi 2-2?” Jensen tersenyum dan berkata: “Tentu, mengapa tidak?”. Di sepanjang pertandingan itu pun, terungkap para pemain Swedia meminta gol pada Denmark saat kedudukan 2-1.

Selebrasi Ronald Koeman

Kita mundur jauh ke Euro 1988 untuk momen kontroversial terakhir di daftar ini. Tepatnya di pertandingan semifinal antara Belanda melawan Jerman Barat. Kedua negara ini memang berbagi salah satu rivalitas paling panas di Eropa. Jadi pertemuan mereka selalu diwarnai dengan drama.

Khusus di pertandingan semifinal Euro 1988 ini, agak beda. Setelah Jerman unggul lebih dulu lewat penalti dari Lothar Matthaus, Ronald Koeman menyamakan kedudukan di menit ke-75. Setelah itu, Belanda bisa comeback lewat gol dari Marco van Basten.

Belanda tentu saja sangat senang bisa mengalahkan Jerman Barat untuk ke final. Tapi Ronald Koeman merayakannya dengan sedikit berbeda. Sambil tertawa ia melakukan pose mengelap pantatnya menggunakan jersey Jerman.

Perilaku ini membuat Koeman jadi musuh publik nomor satu di Jerman Barat. Bahkan ayahnya sendiri mengutuk perilaku Koman tersebut. Meskipun begitu, Koeman sama sekali tidak menyesali perbuatannya.

Sumber referensi: Optus, Times, Athletic, Goal, Guardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru