5 Duet Fullback Terbaik Sepanjang Masa

spot_img

Dalam sepakbola, ada sejumlah peran yang begitu disorot dalam sebuah pertandingan, satu diantaranya adalah fullback. Sampai saat ini sudah banyak sekali fullback yang tak hanya bertugas sebagai melengkapi skuad, namun juga memberi dampak yang begitu besar bagi sebuah klub.

Pada kesempatan kali ini, starting eleven akan coba merangkum deretan duet fullback terbaik sepanjang masa.

 

Trent Alexander-Arnold – Andrew Robertson (Liverpool)

Dibawah asuhan Jurgen Klopp, Liverpool sukses menjelma menjadi salah satu kekuatan terbesar di Eropa. The Reds, tak hanya sukses di Eropa saja, melainkan juga berhasil mengangkat trofi yang selama ini mereka idamkan, yakni Premier League.

Sepakbola yang diusung Klopp sendiri menerapkan dua elemen spesifik, yakni hard press dan fullback yang seringkali ditugaskan untuk mengawali serangan. Awalnya, dia sempat kesulitan ketika pertama kali mendarat di Anfield. Oleh sebab itu nama Trent Alexander Arnold pun dimasukkan ke dalam tim utama.

Namun begitu, dia belum juga mendapatkan keseimbangan di posisi fullback hingga pada akhirnya resmi mendapatkan pemain asal Skotlandia, Andrew Robertson. Pemain yang didatangkan dari Hull City itu sukses merubah citra Liverpool menjadi salah satu tim dengan peran fullback terbaik di dunia.

Sejak musim 2017/18, Liverpool menjadi salah satu tim dengan kekuatan fullback terbaik di dunia Di musim tersebut, dua fullback mereka berhasil tampil gemilang hingga membawa tim masuk ke final Liga Champions Eropa, meski pada akhirnya gagal meraih gelar juara.

Di musim 2018/19, berkat konsistensi kedua pemain tersebut, Liverpool tetap mampu tampil luar biasa. Namun begitu, Liverpool masih belum berbangga setelah mereka kehilangan gelar Liga Primer dengan cara yang begitu dramatis. Namun mereka bisa tersenyum bahagia setelah trofi Liga Champions Eropa berhasil mampir ke Anfield.

Musim 2018/19 menjadi salah satu yang terbaik bagi duet Trent Alexander Arnold dan Andy Robertson. Mereka berhasil ciptakan 12 dan 11 assist secara berurutan. Sebelumnya, kedua pemain itu memang dikenal sebagai penyumbang assist terbanyak di kompetisi Liga Primer Inggris.

Sampai saat ini, Arnold dan Robertson masih layak disebut sebagai satu pasangan duet terbaik di dunia.

Gary Neville – Denis Irwin (Manchester United)

Manchester United di era Sir Alex Ferguson dikenal sebagai tim yang begitu erat dengan gelar juara. Fergie selalu punya formasi terbaik di setiap musimnya. Dua diantara yang terbaik, yang pernah dia miliki adalah Gary Neville dan Denis Irwin.

Gary Neville dan Denis Irwin adalah salah satu fullback terbaik yang pernah dimiliki Manchester United pada era 1990-an. Kedua pemain itu membuat Manchester United solid saat bertahan dan juga cepat ketika membangun serangan. Neville dan Irwin memberi dorongan, untuk mempercepat transisi dari bertahan ke menyerang dari sisi lapangan.

Denis Irwin tampil dalam 368 pertandingan bersama MU. Dia merupakan salah satu yang terbaik, yang bahkan menjadi panutan bagi rekan duetnya di posisi sayap, Gary Neville. Sementara Neville, merupakan jebolan akademi klub yang nantinya bakal menjadi legenda.

Bersama Neville dan Irwin, Manchester United berhasil meraih banyak trofi bergengsi, di antaranya tujuh gelar juara Liga Inggris. Akan tetapi, yang akan selalu dikenang adalah keberhasilan Setan Merah dalam meraih treble winners ketika menjuarai Liga Inggris, Liga Champions dan Piala FA pada musim 1998/99.

Dani Carvajal – Marcelo (Real Madrid)

Dalam satu dekade terakhir, Real Madrid berhasil menjadi tim yang begitu banyak torehkan catatan luar biasa. Mereka menjadi penguasa dengan kumpulan banyak sekali pemain hebat.

Selain lini serang, el Real juga punya kombinasi dua fullback hebat dalam diri Carvajal dan Marcelo. Duet Carvajal-Marcelo merupakan satu di antara pondasi kesuksesan Real Madrid di era modern. Selama satu dekade terakhir, trisula penyerang Real Madrid kerap mendominasi pemberitaan di media. Tapi, efektivitas klub kerap datang dari kinerja bek sayap yang tak egois serta tidak kenal lelah dalam diri kedua pemain tersebut.

Marcelo gabung Real Madrid pada 2007. Namun, dia harus menunggu enam tahun untuk menemukan pasangan di posisi bek kanan yang ideal saat el Real merekrut Carvajal sebelum musim 2013/14. Dengan mudah kedua pemain bertransformasi menjadi salah satu duet full-back terbaik di era modern.

Bukan kebetulan juga, ketika Carvajal dan Marcelo mulai bermain bersama, Real Madrid kembali mendominasi di Eropa. Los Blancos merengkuh empat dari lima titel Liga Champions antara musim 2013/14 dan 2017/18. Keputusan Zinedine Zidane membebaskan Marcelo dan Carvajal melaju di sisi sayap mengangkat permainan Real Madrid ke level yang benar-benar baru.
Keduanya memiliki kecepatan yang luar biasa hingga mampu membuat tim tampil superior. Mereka kuat dan tak jarang berikan assist sempurna.

Namun kini semua telah berbeda, era kejayaan keduanya sudah tak lagi sama, setelah Marcelo mulai kehilangan tempat di tim utama.

Cafu-Roberto Carlos (Brasil)

Sulit untuk tidak memasukkan nama Cafu dan Roberto Carlos dalam daftar ini. Kedua pemain itu adalah fullback yang luar biasa. Akan tetapi, kedua pemain itu tidak pernah bermain di tim yang sama. Cafu meraih ketenaran di Italia bersama AS Roma dan AC Milan. Sementara itu, Carlos melejit bersama Madrid.

Namun, itu tidak menghalangi mereka untuk tampil luar biasa di timnas Brasil.

Mantan kapten Timnas Brasil itu mampu naik turun di sisi sayap sepanjang laga tanpa terlihat kelelahan. Cafu mungkin tidak se flamboyan Roberto Carlos saat mendribel bola, tapi dia terkenal karena konsistensinya.

Cafu merupakan satu di antara kesuksesan Timnas Brasil pada era 1990-an dan 2000-an. Mantan bek kanan AS Roma dan AC Milan itu menjadi bagian Timnas Brasil yang menjuarai Piala Dunia 1994. Yang jelas, duetnya dengan Roberto Carlos di sisi bek sayap Timnas Brasil akan selalu diingat publik sepak bola dunia.

Sementara itu, Carlos lebih berani mengambil risiko dan siap menghancurkan lawan yang menghadangnya. Nama Carlos makin berkibar setelah bergabung ke Real Madrid pada 1996. Ia memenangi empat gelar La Liga dan tiga trofi Liga Champions bersama Real Madrid, serta menjuarai Piala Dunia 2002 bersama Timnas Brasil.

Kombinasi keduanya yang begitu spektakuler dikenal bisa menghentikan berbagai serangan yang datang dari sayap.

Paolo Maldini – Mauro Tassotti (AC Milan)

Pada medio 1987-1995, AC Milan menjadi klub yang mendominasi kompetisi Eropa. Pada waktu itu, Milan memiliki dua fullback yang luar biasa tangguh yakni Paolo Maldini dan Mauro Tassotti. Tassotti didatangkan Milan dari Lazio pada musim 1980/81. Dirinya pun mulai bermain bersama Maldini pada musim 1984/85. Pada musim itu, Maldini baru promosi ke tim utama Milan.

Sejak itu, Milan memiliki lini pertahanan yang sangat menakutkan. Maldini dan Tassotti menjaga kedua sisi pertahanan Milan, sedangkan di tengah ada duet Franco Baresi serta Alessandro Costacurta. Mayoritas serangan lawan tidak dapat menembus pertahanan Milan. Para penyerang akan dihentikan Baresi dan Costacurta, sedangkan Maldini serta Tassotti menjebak tim lawan dengan strategi offside.

Kedua pemain tersebut benar-benar membuat lini pertahanan Milan semakin tak terkejar.

Kepiawaian Maldini dan Tassotti pada akhirnya membuahkan 17 trofi untuk Milan, dalam delapan tahun kerja sama mereka. Di antara 17 trofi itu, terdapat lima gelar juara Liga Italia dan tiga gelar juara Liga Champions Eropa.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=yBpgS_l2Idg[/embedyt]

 

Sumber referensi: sportskeeda 

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru