Kekalahan selalu menyakitkan bagi penerimanya. Apa jadinya bila kekalahan tersebut sampai menempelkan rasa malu bagi muka kita sepanjang hidup? berikut kami sajikan 10 kekalahan di masa modern…
Portugal 0-2 Cape Verde (Uji tanding, 2015)
Portugal yang diperkuat bintang-bintang level tinggi Eropa tak menyangka akan dipermalukan negara kecil di pantai barat Afrika. Cape Verde tak punya catatan bagus di Afrika, bahkan bukan negara yang diperhitungkan di kawasannya, tetapi toh mereka sanggup mengalahkan negara yang akan menjuarai Euro 2016 dengan selisih dua gol.
Lincoln Red Imps 1-0 Celtic (Kualifikasi Liga Champions, 2015)
Laga debut eks pelatih Liverpool di klub penguasa Liga Skotlandia. Lincoln Red Imps yang beranggotakan pemain amatir dengan pekerjaan paruh waktu sebagai sopir, polisi, dan sebagainya, ternyata mampu mengalahkan Celtic yang kelak akan mencatatkan unbeaten di kompetisi lokal. Laga ini merupakan laga kompetitif: kualifikasi putaran pertama Liga Champions.
Chelsea 2-4 Bradford (Piala FA, 2015)
Sebelum laga, Jose Mourinho mengatakan akan memalukan bila timnya sampai kalah dari Bradford. Dan itu memang terjadi. Pada musim ketika Chelsea menjuarai Premier League dengan menjadi pemuncak klasemen sejak awal musim, klub tersebut dikalahkan partisipan League One di ajang Piala FA. Kebobolan empat gol di Stamford Bridge bukan sesuatu yang patut dikenang.
Jerman 1-5 Inggris (Kualifikasi Piala Dunia, 2001)
Laga antara dua negara besar Eropa ini amat panas sehingga cukup untuk membangkitkan sentimen Perang Dunia kedua. Sebagai laga yang tak pernah berlangsung dengan kepala dingin, amat memalukan bila salah satu pihak mengalami kekalahan telak. Jerman mengalaminya di ajang kualifikasi Piala Dunia 2002, ketika mereka dikoyak oleh lini depan Inggris yang dipimpin Michael Owen.
Barcelona 5-0 Real Madrid (Liga Spanyol, 2010)
Jose Mourinho baru saja menaklukkan Barcelona beberapa bulan sebelumnya, dan itulah alasan mengapa Real Madrid mendatangkannya. Namun, El Clasico pertama bagi Mou berakhir memalukan dengan Madrid yang dimintanya bermain terbuka justru menderita karena gelombang serangan tanpa henti Barcelona. Lima gol bersarang di gawang Iker Casillas.
Manchester United 1-6 Manchester City (Liga Inggris, 2012)
Sir Alex Ferguson punya berjuta lembar buku yang mengisahkan kesuksesan dirinya, tetapi kekalahan ini ia anggap sebagai bagian yang tak boleh ditulis dalam sejarah hidupnya. Manchester United menjalani laga ini dengan skuad mumpuni tetapi malah dipermalukan di kandang sendiri. City asuhan Roberto Mancini mencetak tiga gol di sepuluh menit terakhir dan memenangi trofi di akhir musim. Ferguson sampai menunda pensiunnya untuk membalas kekalahan ini.
Bayern Munich 7-0 Barcelona (Agregat) (Liga Champions, 2014)
Musim setelah kepergian Pep Guardiola amat menyakitkan bagi Barcelona di ajang kontinental. Kompetisi yang mereka caplok dua kali dalam empat tahun sebelumnya ternyata sanggup membuat mereka malu. Adalah Bayern Munich asuhan Jupp Heynckes yang sanggup memberondong Barca tujuh gol dalam dua leg dengan kecepatan dan pressing tinggi mereka.
Manchester United 8-2 Arsenal (Liga Inggris, 2011)
Gol-gol dari Park Ji Sung, Nani, Danny Welbeck, Ashley Young (dwigol), dan Wayne Rooney (trigol) mempermalukan tim tamu dengan kekalahan terbesar mereka dalam 115 tahun. Menjalani laga dengan skuad pas-pasan dan diterjang badai cedera, Arsene Wenger menelan kekalahan terbesarnya bersama Arsenal, yang diikuti serangkaian pembelian panik di tenggat transfer.
Brasil 1-7 Jerman (Piala Dunia, 2014)
Rasa sakit dari kekalahan ini konon lebih membuat publik Brasil menderita dibanding tragedi Maracanazo pada 1950. Brasil yang bertindak sebagai tuan rumah Piala Dunia tentu berharap timnasnya mampu mengangkat trofi di negeri sendiri. Alih-alih demikian, mereka malah menjalani malam mengerikan dengan membiarkan Jerman mengoyak tujuh kali gawang mereka di fase semifinal Piala Dunia. Memalukan.
Alcorcon 4-0 Real Madrid (Copa del Rey, 2009)
Laga babak awal turnamen domestik semestinya berlangsung dengan skor telak bagi klub raksasa yang menguliti tim dari divisi bawah. Namun, dalam laga 32 besar Copa Del Rey 2009/10, Real Madrid yang diperkuat legenda semacam Raul Gonzales, Guti Hernandez, Rafael van der Vaart, dan kawan-kawan nyatanya takluk empat gol tanpa balas oleh klub divisi tiga Alcorcon. Alcorconazo.
Beberapa di antara kekalahan di atas sampai membuat sang pemain, sang pelatih, dan bahkan para suporter tak mau mengingat hari mengerikan tersebut. Semoga rasa kompetitif di klub-klub tersebut akan selalu ada untuk menghindari kekalahan yang sama lagi…