Bima Sakti punya banyak hal untuk dipikirkan dan dicari jalan keluarnya. Ia bisa memulai dari lima hal berikut…
Hanya Bergantung pada Evan Dimas
Tim ini membutuhkan seorang pemain untuk mengatur tempo dari dalam lini tengah dan tak ada yang fasih melakukannya selain Evan Dimas. Kapan pun lini pertahanan Indonesia menginisasi serangan, mereka mengharapkan gelandang Selangor tersebut untuk turun ke belakang. Evan mungkin amat berbahaya jika menghadapi tim yang bertahan sangat dalam, tetapi Singapura menerapkan pertahanan tinggi dan Evan tak pernah mampu menemukan kawan yang mampu melahap umpan-umpannya.
Tidak Punya Plan B
Indonesia terlihat nyaman menguasai bola di awal babak, meski lambat dalam membangun serangan. Proses ini sering buntu karena sayap-sayap yang sangat mereka andalkan tak pernah berdiri bebas dan tak sanggup menemukan ruang. Pola yang sudah digunakan sejak era Luis Milla ini belum dilapis dengan taktik yang sepadan. Irfan Jaya mati kutu dan Febri Hariyadi terkena pressing terus menerus. Bima Sakti harus menemukan berlapis-lapis taktik baru jika ingin kompetitif.
Pemain Masih Sering Kena Kartu
Menjadi hal jamak di kompetisi lokal jika banyak pelanggaran keras dibiarkan begitu saja oleh wasit. Kebiasaan yang tak ditemukan di laga internasional ini sejauh ini menjadi salah satu titik lemah Indonesia. Abduh Lestaluhu diusir saat laga final Piala AFF 2016, dan banyak pemain silih berganti absen karena akumulasi kartu di Sea Games 2017, kini Putu Gede mendapat kartu merah karena pelanggaran keras. Kapan pemain-pemain kita belajar?
Beto-Fano Terisolasi
Indonesia tidak menaturalisasi pemain untuk membiarkan sang pemain terisolasi di tiap jengkal lapangan. Namun itulah yang terjadi pada Beto Goncalvez dan Stefano Lilipaly dalam laga malam itu. Beto terkunci dan kalaupun mencoba berlari, ia terjebak offside. Lilipaly pun tak mencoba berkeliling lapangan mencari bola. ia malah banyak tersembunyi karena lini tengah Singapura yang padat. Mereka harus menemukan ruang, dan rekan-rekan setim harus menemukan mereka.
Sayap Tak Bertaji
Singapura tahu Febri Hariyadi akan jadi preferensi utama serangan, jadi sayap Persib Bandung tersebut akan ditempel berlapis-lapis pemain Singapura. Di seberang lapangan, Irfan Jaya sama sekali tak mampu mendekati bola dan ia langsung diganti begitu ganti babak. Masuknya Riko Simanjuntak memang membuat serangan jadi tidak berat sebelah, tapi tak berarti dua sayap ini mampu menusuk. Riko sempat memberi angin segar tetapi segera terlupakan. Sayap-sayap Indonesia harus tidak monoton jika ingin bersaing dengan Thailand.
Lima hal tadi bisa dibilang hanya puncak gunung es dari masalah yang dimiliki Indonesia. Mari kita dukung timnas Indonesia agar mampu berjaya di Piala AFF edisi ini…