Zambia dan Kisah Ajaibnya di Piala Afrika 2012

spot_img

Di era 90an, tim nasional Zambia adalah salah satu kesebelasan yang cukup terpandang di benua Afrika. Di ajang Piala Afrika 1990 saja, mereka bisa finish di tempat ketiga. Bahkan di ajang Olimpiade 1988, Zambia sempat mempermalukan Italia dengan skor telak 4-0. Bintang Zambia kala itu, Kalusha Bwalya juga terpilih sebagai pemain terbaik Afrika 1988.

Bisa dibilang, para pemain timnas Zambia era itu bisa disebut sebagai generasi emas. Berangkat dari situlah, Zambia punya mimpi besar untuk lolos ke Piala Dunia pertama mereka di edisi 1994. Sayangnya, tak lama setelah itu, tragedi tragis justru menimpa generasi emas Zambia.

Tragedi Pesawat Jatuh 1993 Tewaskan Generasi Emas Zambia

Pada tanggal 27 April 1993, awak timnas Zambia menempuh perjalanan panjang menuju Dakar, Senegal untuk melakoni laga kualifikasi Piala Dunia 1994. Karena bujet yang dimiliki Asosiasi Sepak Bola Zambia sangat terbatas, mereka menggunakan pesawat militer sebagai alat transportasinya.

Dengan rute perjalanan yang panjang, pesawat dijadwalkan untuk berhenti di tiga tempat untuk melakukan pengisian bahan bakar. Yang pertama di Brazzaville, Kongo, yang kedua di Libreville, Gabon, dan yang ketiga di Abidjan, Pantai Gading.

Nahas, tak lama setelah lepas landas dari Bandara Libreville, pesawat militer yang mengangkut awak tim Zambia terjatuh ke Samudera Atlantik pada 27 April 1993. Tragedi tragis itu menewaskan 30 penumpang, termasuk merenggut 18 pemain yang merupakan anggota generasi emas timnas Zambia.

Sepak bola Zambia berduka dan sejak kejadian tragis itu, nasib Zambia di kejuaraan-kejuaraan besar perlahan semakin merosot. Hingga akhirnya, di tahun 2012, tim nasional Zambia kembali Gabon. Kali ini, tujuan mereka adalah mentas di ajang Piala Afrika 2012 yang diadakan di Gabon dan Guinea Khatulistiwa.

Jadi Tim Non-Unggulan, Zambia Puncaki Grup C dan Lolos ke Babak Gugur

Kala itu, Zambia yang menempati peringkat 71 FIFA datang ke Piala Afrika 2012 dengan modal juara Grup C babak kualifikasi. Dari hasil drawing babak grup, tim berjuluk “Chipolopolo” itu tergabung ke dalam Grup A bersama tuan rumah Guinea Khatulistiwa, Libya, dan Senegal.

Di Piala Afrika 2012, Zambia yang kala itu dilatih Hervé Renard bisa dibilang sebagai tim non-unggulan. Sebab, di Piala Afrika edisi sebelumnya, mereka hanya sanggup melangkah hingga babak perempat final. Ditambah lagi, skuad yang mereka bawa tergolong biasa-biasa saja.

Dalam skuad Zambia di Piala Afrika 2012, tak ada pemain yang tercatat tampil di klub-klub elit Eropa. Jangankan klub elit, mayoritas penggawa mereka berisi pemain yang hanya tampil di liga domestik di benua Afrika.

Dari 23 nama yang dipanggil Hervé Renard, tercatat hanya ada 4 pemain yang bermain di luar benua Afrika. Memang ada 2 pemain yang tampil di Eropa, tetapi klub yang mereka bela tak bisa dibilang elit.

Chisamba Lungu tercatat sebagai pemain Ural Yekaterinburg di Liga Rusia dan Emmanuel Mayuka yang tercatat sebagai pemain Young Boys di Liga Swiss. Sementara 2 pemain lainnya tercatat bermain di benua Asia. Mereka adalah James Chamanga dan sang kapten Christopher Katongo yang tercatat bermain di Liga Super Tiongkok.

Dengan modal skuad yang biasa-biasa saja, maka wajar bila Zambia tergolong tim non-unggulan. Apalagi, sepanjang keikutsertaanya di Piala Afrika, hasil terbaik yang diraih “Chipolopolo” hanyalah menjadi runner-up. Itupun terjadi di edisi 1994.

Akan tetapi, tim nasional Zambia datang ke Piala Afrika 2012 dengan harapan dan semangat tinggi. Sebab, mereka tahu bahwa laga final akan digelar di Kota Libreville, Gabon, tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu tragedi 1993 yang merenggut generasi emas Zambia.

Fakta tersebut menjadi inspirasi bagi mereka untuk bertekad mencapai babak final. Sebab, satu-satunya jalan agar dapat memberi penghormatan kepada para pahlawan Zambia yang gugur di tragedi 1993 hanyalah dengan lolos ke partai final Piala Afrika 2012.

“Kami pergi ke turnamen ini untuk mengistirahatkan jiwa para pahlawan kami yang gugur,” kata penjaga gawang Zambia, Kennedy Mweene dikutip dari France24.

Tak disangka-sangka, Zambia kemudian tampil mengejutkan sepanjang gelaran Piala Afrika 2012. Di pertandingan pertama babak grup saja, mereka langsung berhasil menaklukkan tim unggulan, Senegal. Senegal yang kala itu diperkuat Demba Ba dan Papiss Cisse dibuat bertekuk lutut dengan skor 2-1.

Di pertandingan kedua, Zambia berhasil menahan imbang Libya dengan skor 2-2. “Chipolopolo” kemudian berhasil memuncaki Grup A setelah meraih kemenangan tipis 1-0 atas tuan rumah Guinea Khatulistiwa di pertandingan pamungkas babak grup.

Mampu lolos ke babak perempat final dengan status juara Grup A saja sudah menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Zambia. Namun, kejutan anak asuh Hervé Renard belum usai. Di babak 8 besar, mereka berhasil membantai Sudan dengan skor telak 3-0.

Akan tetapi, ujian sesungguhnya bagi Zambia baru datang di babak semifinal. Christopher Katongo dan kolega mesti berhadapan dengan tim unggulan, Ghana yang kala itu diperkuat banyak pemain yang berkarier di liga top Eropa, seperti John Mensah, Andre Ayew, Jordan Ayew, Sulley Muntari, hingga Kwadwo Asamoah.

Kalah penguasaan bola dan terus dalam kurungan serangan Ghana, lini belakang Zambia tampil impresif. Kiper Zambia, Kennedy Mweene juga sempat menepis eksekusi penalti Asamoah Gyan. Hingga akhirnya gol tunggal pemain pengganti Emmanuel Mayuka di menit ke-76 berhasil mengantar Zambia ke partai final untuk berjumpa dengan tim unggalan lainnya, Pantai Gading.

Kalahkan Pantai Gading, Zambia Juara Piala Afrika 2012

Beberapa hari sebelum melakoni partai final, seluruh penggawa timnas Zambia menyempatkan diri mengunjungi pantai Libreville yang menjadi lokasi terjatuhnya pesawat militer yang menewaskan generasi emas Zambia. Sesuai dengan misinya, mereka berdoa dan memberi penghormatan terakhir kepada para pahlawan mereka sebelum bertanding melawan Pantai Gading di Stadion Angondjé yang letaknya hanya beberapa kilometer dari lokasi tragedi 1993.

Kunjungan tersebut seperti memberi Zambia tambahan kekuatan. Menghadapi Pantai Gading yang dihuni nama-nama besar seperti Kolo Toure, Gervinho, Salomon Kalou, Yaya Toure, hingga Didier Drogba, anak asuh Hervé Renard tampil penuh semangat, percaya diri, dan sangat disiplin menjaga semua lini.

Di laga final itu, mungkin tak ada yang menjagokan Zambia. Sebaliknya, Pantai Gading yang menjadi lawan mereka sudah digadang-gadang bakal menjadi juara bahkan sebelum turnamen dimulai. Namun, penampilan pantang menyerah yang diperlihatkan Zambia membuahkan hasil manis.

Sepertinya, takdir juga berpihak kepada Zambia. Di menit ke-70, mereka bisa saja tertinggal dari Pantai Gading yang mendapat hadiah penalti setelah Gervinho dijatuhkan di dalam kotak penalti Zambia. Beruntung, eksekusi penalti Didier Drogba melambung ke atas mistar.

Setelah momen tersebut, kepercayaan diri Zambia justru meningkat. Anak asuh Hervé Renard kemudian berhasil menahan imbang Pantai Gading dengan skor 0-0 selama 90 menit plus 30 menit perpanjangan waktu. Alhasil, pemenang Piala Afrika 2012 mesti ditentukan lewat adu penalti.

Pada babak tos-tosan ini, drama kembali terjadi. Dibutuhkan 18 eksekutor untuk menentukan pemenang. Namun, lagi-lagi, takdir berpihak kepada penggawa Zambia yang sepanjang babak adu penalti terus bernyanyi dan memanjatkan doa.

Setelah penendang kedelapan Zambia dan Pantai Gading sama-sama gagal, pemenang harus ditentukan di penendang kesembilan. Pada giliran tersebut, Gervinho yang maju sebagai perwakilan Pantai Gading gagal menjalankan tugasnya. Kesempatan tersebut kemudian dimanfaatkan dengan sempurna oleh Stoppila Sunzu yang berhasil mengecoh Boubacar Barry.

Keajaiban pun terjadi. Zambia yang tidak diunggulkan berhasil keluar sebagai juara Piala Afrika 2012. Hasil tersebut tak hanya mengejutkan seantero Afrika, tetapi juga dunia. Bayangkan saja, bagaimana bisa sebuah tim non-unggulan yang hanya menempati peringkat 71 FIFA bisa mengalahkan Pantai Gading yang saat itu tercatat sebagai tim terbaik di benua Afrika.

Sulit untuk mengurai rahasia sukses Zambia di turnamen tersebut. Pelatih Hervé Renard bahkan menyebut bahwa kemenangan tersebut bukan semata-mata karena taktik yang ia terapkan. Anak asuhnya memang tampil sangat kolektif, penuh semangat, dan disiplin. Namun, Renard mengakui bahwa ada campur tangan “langit” dalam kesuksesan tersebut.

“Mereka menemukan kekuatannya, saya tidak tahu di mana. Ada sesuatu yang tertulis di suatu tempat. Rasanya benar tapi itu bukan karena aku. Saya tidak tahu dari mana asalnya,” kata Hervé Renard dikutip dari France24.

Kemenangan Zambia juga makin sempurna dengan terpilihnya Christopher Katongo sebagai Player of the tournament dan Emmanuel Mayuka sebagai Top Skor Turnamen. Selain itu, 4 pemain Zambia, yakni Kennedy Mweene, Stophira Sunzu, Emmanuel Mayuka, dan Christopher Katongo terpilih masuk dalam susunan 11 pemain terbaik Piala Afrika 2012.

Keberhasilan Zambia di Piala Afrika 2012 menjadi puncak dari prestasi timnas Zambia di kancah internasional. Sebab, setelah itu, mereka terhenti di babak grup Piala Afrika 2013 dan 2015. Bahkan di edisi 2017 hingga 2021, Zambia selalu gagal lolos ke babak grup Piala Afrika.

Namun, bagaimanapun juga, kisah keberhasilan Zambia di tahun 2012 masih begitu layak untuk dikenang. Hingga detik ini, kisah tersebut menjadi salah satu kisah keajaiban sepak bola yang paling ikonik dan sulit untuk diulang.
***
Sumber Referensi: PanditFootball, Goal, France24, BleacherReport.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru