Orang baru, selera baru. Itulah pemandangan yang kemungkinan akan kita lihat di Timnas Indonesia. Shin Tae-yong bagaimanapun kini sudah menjadi masa lalu. Gaya permainan reaktif, bertahan solid, dan serangan balik cepat, bakal dirombak.
Patrick Kluivert dan gerbongnya akan membawa gaya baru yang bisa disebut sebagai “antitesa” dari apa yang diterapkan oleh Coach Shin. Dengan materi pemain yang dimiliki Timnas Garuda sekarang, memangnya taktik dan pola seperti apa yang akan digunakan oleh mantan striker PSG itu? Let’s go kita bahas.
Daftar Isi
Gerbong Baru Tim Pelatih Dan Filosofinya
Sebagai pelatih baru, Patrick Kluivert tak akan sendirian bekerja di Timnas Indonesia. Ia akan dibantu oleh tim yang beranggotakan dua asisten pelatih berpengalaman seperti Alex Pastoor dan Denny Landzaat.
Secara garis besar, kedua asisten tersebut juga punya kesamaan filosofi dengan Kluivert, yakni berpendekatan menyerang. Jurnalis Shilarze Saha Roy pernah membuat ulasan tentang karier melatih Kluivert di situs resmi FIFA. Roy menyebut Kluivert itu adalah penganut filosofi Johan Cruyff. Dia adalah seorang “Cruyffian”.
Alih-alih bermain menunggu dan bertahan sejak awal laga, tim yang dilatih Kluivert maupun Pastoor, selalu mengawali permainan dengan penguasan bola, umpan pendek, serta pemanfaatan ruang. Gaya Belanda banget deh pokoknya. Lalu secara penggunaan formasi, menurut laman Transfermarkt, Kluivert ini ternyata lebih identik dengan formasi 4-2-3-1 bukan 4-3-3.
Bek
Kalau format 4-2-3-1 itu diterapkan di Timnas Indonesia, maka komposisinya adalah, Maarten Paes yang akan tetap sebagai kiper utama, lalu akan dikawal oleh kuartet bek, Kevin Diks, Mees Hilgers, Jay Idzes dan Calvin Verdonk.
Keempat bek ini akan punya fungsinya masing-masing. Kevin Diks berperan sebagai bek kanan. Beberapa kali Diks bermain di posisi ini bersama FC Copenhagen. Kerap kali ia menciptakan assist dan gol ketika bermain di posisi ini, ketimbang jadi bek tengah.
Sementara di bek kiri, akan ditempati oleh “Loopy”, Calvin Verdonk. Pemain Nijmegen yang tenaganya bak badak itu, akan lebih akrab dengan pola empat bek ini, sebagaimana ia bermain bersama Nijmegen.
Dua fullback inilah yang akan bekerja naik-turun sepanjang laga. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk menempati posisi ini. Sebagai pelapis, Sandy Walsh, Asnawi, Arhan, hingga Shayne Pattynama, juga harus siap melapis posisi ini.
Lalu untuk bek tengah akan ditempati duet Mees Hilgers dan Jay Idzes. Dua bek yang nggak usah diragukan lagi kualitasnya. Yang satu biasa berhadapan dengan penyerang seperti Hojlund, yang satunya lagi sudah pernah ngegolin ke gawang Juventus, dan sempat buat Lukaku mati kutu.
Kombinasi duet bek tengah ini juga nantinya akan saling melengkapi. Bang Jay lebih sebagai “stopper”, atau orang terakhir yang menjaga pertahanan. Sementara El Nyengir lebih sebagai “ball playing”, yang menyeimbangkan peran Idzes. Sebagai pelapis, masih ada pemain seperti Justin Hubner, Jordi Amat, maupun Rizki Ridho.
Poros Pivot
Melangkah ke posisi pivot, posisi yang akan jadi poros penting dalam pola 4-2-3-1 Kluivert. Menurut pengamat sepakbola Bung Harpa, rekam jejak Kluivert dalam melatih, selalu mempunyai satu gelandang bertahan yang bertugas sebagai “tukang jagal”. Di Adana Demirspor ia punya Badou Ndiaye. Di Timnas Curacao ia punya pemain naturalisasi yang juga mantan Newcastle, Vurnon Anita.
Nah, peran tersebut kemungkinan nantinya akan diamanatkan pada pemain naturalisasi, Jairo Riedewald. Mantan pemain Crystal Palace itu akan difungsikan sebagai “destroyer”. Sebagai pelapis Riedewald, Nathan Tjoe A-On atau “si preman” Justin Hubner juga memenuhi kriteria tersebut.
Untuk mendampingi Riedewald, Kluivert kemungkinan akan memilih Ivar Jenner. Di posisi ini Kluivert selalu menempatkan pemain yang ahli dalam umpan, membaca permainan, serta mengalirkan bola.
Saat melatih Timnas Curacao, di posisi ini Kluivert menempatkan pemain naturalisasi yang juga mantan Aston Villa, Leandro Bacuna. Sedangkan di Adana Demirspor, ia menempatkan gelandang senior Emre Akbaba.
Gelandang Serang
Selain posisi pivot, posisi gelandang serang yang berada di belakang striker juga menjadi fokus Kluivert. Saat membesut Timnas Curacao, Kluivert menempatkan pemain kreatif Juninho Bacuna di posisi ini. Pemain 27 tahun yang sempat mencetak gol ke gawang Timnas Indonesia itu, difungsikan sebagai kreator serangan yang banyak terlibat dalam proses menciptakan peluang dan gol.
Begitupun ketika membesut Adana Demirspor, Kluivert menempatkan mantan pemain Schalke, Younes Belhanda. Meski mungil secara postur, skill, kreatifitas, serta visi pemain asal Maroko ini, telah banyak membantu proses penciptaan peluang dan gol bagi Adana Demirspor.
Nah, di Indonesia, kemungkinan yang akan dipasang di posisi ini adalah Thom Haye. Profesor Toha punya syarat mumpuni untuk menempati posisi tersebut. Skill, kreatifitas, serta visi pemain Almere City ini tak usah diragukan lagi.
Keterlibatannya dalam proses terjadinya gol juga dapat diandalkan. Selain umpan manjanya, Haye juga punya keahlian melepaskan tembakan roket yang suatu saat bisa diandalkannya saat menempati posisi ini. Sebagai pelapis, Marselino Ferdinan atau Eliano Reijnders, termasuk dalam pemain yang punya kriteria mumpuni menempati posisi ini.
Sayap
Di pola 4-2-3-1 Kluivert, sisi sayap juga akan menjadi salah satu senjata dalam membangun serangan. Baik itu dengan cara pemanfaatan lebar lapangan maupun umpan crossing. Sebagai gambaran, Kluivert ketika membesut Adana Demirspor kerap mengobrak-abrik pertahanan lawan lewat posisi ini. Ketika itu, mantan bintang MU, Nani, diberi tugas khusus di posisi ini.
Indonesia sendiri akan punya banyak opsi di posisi ini. Kemungkinan Kluivert akan mengandalkan Ole Romeny. Selama di Utrecht, pemain pirang ini sering bermain di posisi sayap kanan. Dua gol saat melawan PEC Zwolle dan Heerenveen di Eredivisie musim ini, diciptakan Romeny ketika bermain di posisi tersebut.
Sementara itu di sayap kiri, kemungkinan akan ditempati oleh Eliano Reijnders. Adik Tijjani Reijnders yang berseragam PEC Zwolle ini, telah lama bermain di posisi sayap kiri sejak musim 2023/24. Tiga golnya musim lalu ketika melawan Go Ahead Eagles, Vitesse, serta PSV, tercipta ketika dirinya bertugas sebagai sayap kiri.
Selain beberapa pemain tersebut, ingat… Indonesia masih mempunyai talenta sayap hebat nan gesit seperti Witan Sulaiman, Egy Maulana Vikri, maupun Yacob Sayuri. Nama-nama lokal tersebut juga patut diberi tempat, setidaknya sebagai pelapis.
Striker
Posisi striker adalah posisi di mana Kluivert dulunya menjadi pemain bintang. Tentu, posisi ini akan mendapat perhatian khusus baginya. Flashback ke masa lalu, ketika ia menjadi pelatih penyerang di AZ Alkmaar tahun 2009, Kluivert telah menelurkan striker tajam bernama Mounir El-Hamdaoui.
Pemain asal Maroko itu sukses dipoles menjadi top skor Eredivisie musim 2008/09. Tentu kita semua berharap, bahwa salah satu dari stiker yang dipunyai Timnas Garuda, bisa menjadi El-Hamdaoui.
Kalau berkaca ketika Kluivert melatih Adana Demispor, ia selalu memakai striker bernama Mbaye Niang. Mantan pemain AC Milan yang cepat, namun berpostur menjulang yakni 1,88 meter. Begitupun ketika di Curacao, ia menaturalisasi pemain bernama Rangelo Janga, striker 1,90 meter yang juga punya kecepatan.
Nah, kalau di Indonesia kemungkinan yang akan dipakai Kluivert antara Rafael Struick kalau tidak Ole Romeny. Atau malah mungkin saja Mauro Zijlstra, jika akhirnya berhasil dinaturalisasi. Ketiga pemain mempunyai kriteria hampir mirip dengan Niang maupun Janga. Selain punya postur yang tinggi mereka juga punya kecepatan.
https://youtu.be/O-wUF30uAb8
Sumber Referensi : bola.net, tvonenews, bola.com, transfermarkt, kumparan, sportsindo