Waktunya Connor Gallagher Berpisah dengan Chelsea

spot_img

Conor Gallagher dikabarkan menolak tawaran perpanjangan kontrak dari Chelsea. Penolakan tersebut sangat wajar terjadi sebab Atletico Madrid tengah dalam misi untuk membawanya ke Spanyol. Dikutip dari Talksport, penolakan tersebut bisa dipahami sebab dengan bergabung pasukan Diego Simeone, Gallagher punya kesempatan untuk bertanding di Champions League.

Setidaknya, sejak 31 Juli 2024, Atletico dan Chelsea sudah sepakat mengenai kepindahan pemain tim Tiga Singa tersebut. Dikutip dari The Athletic, keduanya telah sepakat di kisaran angka 40 juta euro (Rp 704 miliar). Lantas, apakah ini memang waktunya pemain yang digadang sebagai penerus Frank Lampard tersebut untuk pergi dari Stamford Bridge?

 

Win-win Solution untuk Kedua Pihak

Sebenarnya, kepergian Gallagher bisa menjadi win-win solution baik untuk Chelsea dan Gallagher sendiri. Gallagher sendiri jelas tertarik untuk bisa bermain di level yang lebih tinggi. Dirinya pasti muak terus-terusan berkubang di papan tengah dan hanya berusaha merebutkan posisi Europa League dan Conference League, alih-alih Champions League.

Bagi pemain berlabel tim nasional, apalagi tim nasional Inggris, dan sudah berusia 24 tahun, tak bisa bermain di kompetisi tertinggi di Eropa adalah suatu kekurangan tersendiri. Sejauh ini, Gallagher hanya sekali bermain di Champions League. Gallagher pernah membersamai Chelsea hingga perempat final Champions League 2022/23, kala mereka dibabat Real Madrid dengan agregat 4 gol tanpa balas.

Bersama Chelsea pun, baru pada musim lalu Gallagher bisa mendapat menit bermain di atas 2,000 menit dalam semusim. Sebelumnya, pada musim 2022/23 yang mana merupakan musim pertama setelah periodenya sebagai pemain pinjaman berakhir, Chelsea hanya menurunkannya sebanyak 1,616 menit saja.

Angka tersebut jelas jauh di bawah ketika dirinya masih berstatus sebagai pemain pinjaman. Bersama West Bromwich Albion pada musim 2020/21, Gallagher bermain selama 2,532 menit selama semusim. Sementara saat bermain untuk Crystal Palace, angka tersebut naik menjadi 2,851 menit. Performanya saat berseragam merah-biru juga mengesankan, 8 gol dan 3 assist berhasil dicetaknya di Premier League.

Sementara bagi The Blues sendiri, kepergian Gallagher juga memiliki beberapa sisi positif yang bisa disyukuri. Kepergian Gallagher musim ini jelas akan membuat The Blues lebih untung ketimbang harus menahannya dan Gallagher pergi di awal musim depan.

Sebab, musim ini adalah tahun terakhir dalam masa kontrak Gallagher di Chelsea. Apabila Gallagher pergi pada musim panas ini, tim yang akan memboyongnya jelas harus membayar sejumlah uang tebusan. Sementara, apabila Chelsea keras kepala menahannya, ketika Gallagher sendiri ogah memperpanjang kontrak, jangan salahkan Gallagher apabila kepergiannya kelak hanya berbuah hikmah alih-alih dapat dana.

Manajemen The Blues harusnya belajar dari kasus Antonio Rudiger dan Andreas Christensen. Keduanya pergi dari Stamford Bridge dengan cuma-cuma. Padahal The Blues bisa saja menjual mereka semusim lebih awal, dan dananya bisa dibelikan pemain pengganti yang dengan harga yang sedikit lebih miring agar tetap untung.

Namun, entah apa yang ada dipikiran manajemen The Blues selain membakar uang. Sepertinya mereka memang lebih hobi menghambur-hamburkan uang ketimbang mencari uang. Atau mungkin mereka memang lebih suka mengambil hikmah dari kesalahan, meskipun tak pernah dilakukan di kemudian hari.

Selain itu, kepergian Gallagher juga akan meringankan beban gaji Chelsea. Dikutip dari The Athletic, Chelsea menawarkan kontrak baru ke Gallagher dengan rincian dua tahun kontrak dengan opsi perpanjangan satu tahun. Gajinya pun dinaikkan hingga setara dengan gaji pemain tengah tertinggi di Chelsea yang kini dipegang oleh Enzo Fernandez, dengan gaji sekitar 214 ribu euro (Rp 3,7 miliar) per pekan.

Angka tersebut terbilang lumayan. Berdasarkan data Capology, angka tersebut bahkan lebih besar dari penggabungan gaji Cole Palmer dan Mykhailo Mudryk yang jumlahnya sekitar 208 ribu euro (Rp 3,6 miliar) saja per pekannya. Tentunya, kepergian Gallagher bisa menghemat pengeluaran mengingat mereka juga baru mendatangkan beberapa pemain baru.

Namun, dari semua itu, yang paling penting dari penjualan Gallagher adalah Chelsea bisa mendapatkan keuntungan bersih yang membuatnya bisa sedikit bernapas dari aturan finansial yang berlaku. Premier League memiliki aturan yang disebut dengan Profitability and Sustainability Rules (PSR) yang memberi batas sebanyak apa sebuah tim boleh merugi setiap musimnya.

Sebelumnya, Chelsea sudah mendapat untung bersih dari penjualan pemain lulusan akademinya, Ian Maatsen, ke Aston Villa. Keuntungan dari penjualan pemain lulusan akademi akan dianggap sebagai laba bersih, berbeda dengan penjualan pemain non akademi asli yang masih harus dihitung lagi. Keuntungan dari penjualan Gallagher akan membuat Chelsea bisa sedikit menjauhi batas kerugian yang sudah ditentukan.

Dari penjelasan-penjelasan tadi, kepergian Gallagher memanglah solusi terbaik untuk kedua pihak. Gallagher bisa bermain di kompetisi yang lebih tinggi dan Chelsea bisa sedikit lebih sehat secara keuangan. 

 

Masa Depan yang Tak Menentu di Chelsea

Seperti yang dikutip dari The Athletic, tidak ada jaminan Conor Gallagher akan selalu dimainkan musim ini. Enzo Maresca pun nampaknya tidak akan menggunakan skema yang sama dengan apa yang musim lalu dimainkan oleh Mauricio Pochettino. Terlebih, kedatangan anak pilihan Enzo Maresca, Kiernan Dewsbury-Hall, membuat masa depan Gallagher semakin buram.

Tampaknya, ini memang waktu yang pas untuknya meninggalkan Chelsea, tempat yang sudah dihuninya sejak usia 6 tahun. Sudah saatnya warga lokal Cobham tersebut merantau. Terlebih, Enzo Maresca sendiri tidak menutup kemungkinan mengenai kepergiannya.

“Saat ini, Conor akan bergabung lagi saat kami kembali ke Cobham. Saya pikir dirinya siap bergabung atau mungkin beberapa hari lagi untuk mulai berlatih bersama Cole Palmer dan Marc Cucurella. Nantinya, dia akan berlatih bersama kami. Ketika bursa transfer dibuka, semua hal bisa terjadi. Tak hanya untuk Conor, tapi juga untuk semua pemain,” ujar Maresca via Football London.

Seperti yang sudah diketahui, tiga pemain yang disebutkan Maresca tersebut adalah pemain yang bermain hingga final Euro 2024. Oleh karena itu, Maresca tidak membawanya untuk tur pramusim ke Amerika Serikat.

 

Kecocokannya dengan Skema Diego Simeone

Apabila bergabung ke Atletico Madrid, Conor Gallagher akan lebih berguna bagi Diego Simeone ketimbang sepak bola possession Enzo Maresca. Seperti yang dikutip dari The Football Analyst, Simeone menitikberatkan taktiknya pada pertahanan yang disiplin dan serangan balik yang mematikan.

Profil Gallagher memiliki kecocokan dengan gaya bermain tersebut. Dikutip dari The Mastermind Site, kemampuan Gallagher untuk bisa mencapai sepertiga pertahanan lawan di waktu yang tepat membuat pemain ini dianggap sebagai titisan Frank Lampard. Kemampuan ini jelas dibutuhkan dalam serangan balik.

Menurut The Coaches’ Voice, Gallagher mampu menjadi penyambung antara fase bertahan menjadi menyerang, bahkan dari posisi yang sangat dalam. Selain itu, determinasi dan kemampuan bertahannya juga bisa sejalan dengan filosofi permainan Simeone yang terkesan gahar dan cenderung keras. The Mastermind Site menyebut kemampuan pressing dan tackling-nya adalah kunci kekuatan lini tengah Crystal Palace saat Gallagher masih bermain di sana.

https://youtu.be/yaGcRVWLjM0

Sumber: Talksport, The Athletic, Capology, Football London, The Football Analyst, Coaches Voice, dan The Mastermind Site

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru