Van der Sar, Eriksen, de Jong, Sneijder, dan Banyak Lagi: Bagaimana Bisa Ajax Terus Mencipta Pemain Jempolan?

spot_img

Sebut klub favoritmu, lalu kami tantang untuk mengubek-ubek latar belakang para pemainmu. Niscaya akan selalu ada pemain produk Ajax dalam skuad klub-klub besar Eropa. Kini ada Christian Eriksen di Tottenham, serta Frenkie de Jong yang akan ke Barcelona.

Di masa lalu, talenta tak berhenti mengalir sejak era Johan Cruyff, Patrick Kluivert, Edwin Van der Sar, Wesley Sneijder, hingga Jan Vertonghen. Di skuad Ajax saat ini, terdapat Matthijs De Ligt, bek tengah berusia 19 tahun yang sudah mengemban ban kapten.

Ajax telah dikenal sebagai pencipta pemain jempolan sejak masa lalu dan akan terus seperti itu di masa depan. Apa yang mereka lakukan guna mempertahankan level akademi mereka?

Aspek pertama yang harus diperhatikan adalah finansial. Biarpun mereka adalah klub terbesar di Belanda dengan bujet operasional yang berkali-kali lipat daripada klub-klub  kecil di sana, Ajax bukanlah siapa-siapa di Eropa. Mereka akan selalu kalah bila beradu kekuatan uang dengan Paris Saint-Germain, Real Madrid, atau klub-klub raksasa Inggris.

Jadi, Ajax membangun pola pikir finansial tersendiri. Mereka akan menggunakan guyuran fulus dari pemain yang mereka jual untuk menghidupi akademi. Mereka mengoperasikan sebuah akademi yang dipercaya merupakan yang terbaik di dunia.

Bila Barcelona punya La Masia, maka Ajax punya De Toekomst, yang punya arti “Masa Depan”. Kompleks akademi ini tepat bersebelahan dengan lapangan latihan tim utama. Para pemain muda jadi dapat mengamati De Ligt dan De Jong tiap hari dalam jarak yang sangat dekat.

Terdapat 12 lapangan yang terhampar, enam kilometer dari pusat kota Amsterdam. Kompleks latihan ini juga punya fasilitas sekolah bagi para pemain u-14 hingga u-19. Mereka menjalani tujuh sesi latihan dalam seminggu, lantas menjalani satu pertandingan kompetitif di tiap akhir pekan.

Mereka punya empat pemandu bakat yang aktif bekerja di penjuru Belanda, serta empat lagi di seluruh dunia. Melalui pemandu bakat ini mereka bisa mendatangkan berlian mentah dari antah berantah seperti Zlatan Ibrahimovic, Luis Suarez, atau Davinson Sanchez.

Semua pemain muda yang terentang dari level u-8 hingga Jong Ajax (u-21 serta pemain cadangan) digembleng memakai kurikulum yang telah dirunut sejak era Johan Cruyff. Manajemen tidak mendesain tim usia dini untuk memenangkan kejuaraan, melainkan untuk “mengembangkan sebanyak mungkin pemain.

Jika diminta menyebutkan apa rahasia Ajax bisa sekonsisten itu memproduksi pesepak bola jempolan, kita mungkin bisa melihat bagaimana Ajax memoles mereka sejak usia muda. “Jika Anda ingin menciptakan pesepak bola profesional, Anda harus menciptakan seorang atlet.”

Akibatnya, semua anak-anak di akademi Ajax juga diminta menjajal olahraga lain. Para pemain di bawah usia 12 tahun menghabiskan 45% waktu mereka dengan latihan yang tak berhubungan dengan sepak bola. Judo, senam, lari, dan berbagai olahraga lain masuk dalam kurikulum pembinaan.

Naik ke level 15 tahun dan 18 tahun, para pemain melatih koordinasi dan keseimbangan dengan memainkan olahraga lain. Trio Christian Eriksen, Jan Vertonghen, dan Daley Blind pun pernah memainkan pertandingan bola basket yang cukup kompetitif.

Jadi, wajar bila statistik menunjukkan 80 persen lulusan De Toekomst akan menjadi pesepak bola profesional. Mereka kini juga tercatat sebagai klub yang paling banyak mengekspor pemain di 31 liga-liga di Eropa sejumlah 77 pemain.

Dengan semua keseriusan tersebut, tak heran jika Ajax tak akan berhenti membikin para klub raksasa tergiur. Jadi, nantikan De Jong atau De Ligt berikutnya…

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru