Ubah Formasi Sempurna Real Madrid Berujung Bencana! Ancelotti Akui Berdosa Dan Minta Maaf

spot_img

Kekalahan pertama Real Madrid pun datang juga. Ini terjadi di laga ketujuh mereka. Yaitu melawan Atletico Madrid. Yang juga jadi pertandingan penting Real Madrid. Kekalahan 3-1 lawan tetangganya itu mencerminkan superioritas Atletico. Juga mendatangkan banyak kritik untuk el real.

Carlo Ancelotti dipilih sebagai pelaku utama. Ia dianggap sebagai kambing hitam kekalahan Madrid ini. Ia mengejutkan semua orang dengan memainkan Modric dan Kroos sebagai starter. Ini kali pertama duo gelandang tersebut bermain bersama-sama di lini tengah musim ini. Kemudian juga eksperimen memasang Bellingham sebagai second striker di samping Rodrygo yang gagal total.

Eksperimen tersebut tidak berhasil. Ancelotti dengan wajah serius pun mengakui kesalahannya. Di jumpa pers setelah laga, ia berkata kalau kekalahan ini jadi tanggung jawab penuhnya.

“Saya pikir saya bisa melakukan hal lebih baik. Jelas, ketika tim tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, itu jadi kesalahan saya. Kurangnya perhatian di awal laga adalah kesalahan saya. Hal terakhir yang bisa saya lakukan adalah mengambil tanggung jawab penuh.” Ucapnya dikutip dari the athletic.

Kekalahan Madrid ini memang membuat frustasi para fans. Tapi apa saja dosa Ancelotti di laga itu? sampai-sampai Atletico bisa membantai Real Madrid dengan skor 3-1. Mari simak ulasannya berikut ini.

Perubahan Sistem Yang Jadi Bencana

Dalam beberapa tahun terakhir, Real Madrid asuhan Ancelotti sudah kebal terhadap tantangan. Mereka tidak takut dengan pertandingan-pertandingan besar terutama karena Real Madrid punya Carlo Ancelotti. Manajer legendaris itu punya sistem dan filosofi yang jelas di Madrid.

Tapi di pertandingan lawan Atletico Madrid, jelas Ancelotti kalah taktik. Ancelotti memainkan Bellingham sebagai second striker, bukannya Joselu yang malah dibangku cadangkan. Sedangkan di sisi gelandang, Ancelotti malah memainkan Modric dan Kroos yang sudah tua. Bukannya memasang Aurelien Tchouameni.

Perubahan ini pun membuat para pendukung kebingungan. Madrid tak terkalahkan di enam pertandingan terakhir. Mengapa baru mengubah sistem saat semuanya berjalan sempurna? Mengapa memainkan Bellingham diluar posisi? Dan malah memainkan Modric yang sudah tak bertenaga?

Madrid memang kekurangan striker. Itu bisa dimengerti. Tapi ketika Ancelotti malah memainkan Bellingham bukannya Joselu, Itu yang tidak dapat dimengerti. Setelah pertandingan Ancelotti mengatakan kalau memasang Bellingham di depan itu bukan tanpa alasan.

“Saya ingin punya lebih banyak kontrol pada bola. Itulah mengapa saya memasang gelandang ekstra.” Ungkapnya dikutip dari AS

Tapi ini menghasilkan Ancelotti memasang lima gelandang tanpa ada striker sungguhan. Mengingat Rodrygo sejatinya seorang sayap. Ini membuat serangan Madrid tak terorganisir. El real menciptakan 20 tendangan percobaan. Tapi hanya 5 diantaranya yang tepat sasaran. satu-satunya gol pun tercipta lewat tendangan Kroos dari jarak 19 meter.

Regenerasi Gelandang Tapi Masih Percaya Modric

Ancelotti berkata kalau alasannya tidak menurunkan Tchouameni sebagai starter adalah masalah stamina. Ia ingin mengistirahatkan pemain Prancis itu setelah jadwal padat di timnas.

“Tchouameni diistirahatkan karena dia telah memainkan banyak sekali pertandingan. Ia juga banyak bertanding bersama tim nasionalnya” Ungkapnya

Tapi bagi sebagian madridista, itu jawaban yang tak masuk akal. Apalagi setelah Ancelotti malah lebih percaya dengan Modric yang berumur 38 tahun. Padahal, Ancelotti selalu menegaskan kalau ia ingin melakukan transisi dan regenerasi di lini tengah.

Selama setahun terakhir, Ancelotti telah berjanji Modric akan secara bertahap dikeluarkan dari skuad utama. Dia mengaku pada bulan Februari lalu, Modric dan juga Kross harus menerima kenyataan kalau mereka tidak akan jadi starter reguler musim ini. Dan melihat penampilan Modric di pertandingan lawan Atletico itu, Ancelotti harusnya lebih berpegang teguh dengan janjinya.

Modric juga jadi starter di laga lawan Union Berlin. Dan lima hari setelahnya, ia kembali main di laga lawan Atletico ini. Jadi tak heran kalau Modric terlihat sangat kelelahan di laga tersebut. Ia kewalahan dengan kecepatan dan kekuatan fisik yang ditampilkan para anak asuh Diego Simeone.

Modric hanya bermain 45 menit, menyentuh bola sebanyak 38 kali dan sama sekali tidak menciptakan peluang. Itu bukan performa yang diharapkan dari mantan pemenang Ballon d’Or. Itu adalah performa dari pemain berusia 38 tahun yang kelelahan dan siap pensiun.

Saat half time Modric digantikan oleh Joselu. Tapi itu semua sudah terlambat. Atletico Madrid telah unggul 2-1. Mereka sudah bermain nyaman. Bahkan menambah gol jadi 3-1 di menit 46. Pergantian Joselu pun tidak berdampak apapun untuk Madrid.

Selalu Kebobolan di Awal

Dosa terbesar Ancelotti di laga itu memang pemilihan pemain yang tidak tepat. Tapi ada dosa lainnya. Yaitu barisan pertahanan yang terlihat jelas sangat rapuh. Mereka kebobolan tiga gol dari sundulan umpan silang. Itu sesuatu yang memalukan untuk tim sekelas Real Madrid.

Madrid juga telah kebobolan di 12 menit pertama untuk keempat kalinya musim ini. Yaitu saat melawan Almeria, Getafe, dan Real Sociedad, sebelum Atlético Madrid. Ada kebetulan yang menyakitkan. Yaitu gol-gol ini dicetak oleh lulusan akademi Madrid. Sergio Arribas dari Almería, Borja Mayoral dari Getafe, dan Alvaro Morata untuk Atletico.

David Alaba pun jadi kambing hitam di pertandingan lawan Atletico kemarin. Kecerobohannya jadi penyebab terciptanya kedua gol Morata. Ia juga gagal berkomunikasi dengan rekan bek tengahnya, Rudiger sehingga Griezmann menemukan terlalu banyak ruang.

Kalah Unggul Lawan Simeone

Dosa besar lainnya adalah saat Ancelotti kalah telah lawan Diego Simeone. Di pertandingan itu, pelatih asal Argentina tersebut berdiri di sisi lapangan. Dengan tangan yang melambai ke para pemain dan meneriakkan instruksi selama 90 menit penuh. Sementara Ancelotti hanya duduk diam di bangku pelatih. Terutama saat babak pertama, ketika timya sudah tertinggal dua gol.

Yang terpenting, Simeone masih percaya diri menggunakan sistem lamanya. Yaitu permainan bertahan dengan mengutamakan kekuatan fisik. Banyak kritik mengatakan sistem Simeone sudah ketinggalan zaman. Tapi ia tetap konsisten dengan identitasnya.

Banyak bagian spesial dari ciri khas Simeone ada di pertandingan ini. Atletico bisa berlari dengan sangat ganas. Mereka bertahan dengan sangat ketat dan melakukan serangan balik dengan sangat efektif.

Ini bukan tim terbaik yang pernah dimiliki Atletico. Juga bukan penampilan terbaik Simeone. Tapi mereka masih bisa tampil kuat lawan Madrid. Menandakan seberapa lemahnya pasukan Ancelotti di laga itu.

Dengan kekalahan ini, Madrid harus rela berpindah tempat. El Real yang perkasa tadinya duduk di puncak klasemen. Tapi sekarang mereka terjun di posisi ketiga. merelakan Barcelona yang jadi penguasa sementara.

Ini adalah kemunduran pertama los blancos musim ini, setelah memenangkan seluruh pertandingan sebelumnya. Yang jelas, kita tahu Ancelotti selalu bisa belajar dari kesalahan. Pertandingan selanjutnya adalah lawan Las Palmas. Di laga ini, Madrid harus kembali ke setelan pabrik mereka.

Sumber referensi: Athletic, AS, Goal, MM, 90min

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru