Tragedi Kanjuruhan yang mengorbankan ratusan nyawa manusia memperpanjang daftar gelap sepakbola Indonesia. Faktanya, Tragedi Kanjuruhan bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Dari kasus Haringga, hingga tewasnya dua suporter Persib Bandung di gelaran Piala Presiden kemarin, kematian suporter bak pemberitaan biasa di Indonesia. Padahal tidak ada pertandingan sepakbola seharga nyawa manusia.
Tragedi semacam ini acap kali menjadi sisi gelap dari sepakbola di berbagai belahan dunia. Beberapa insiden bahkan berubah menjadi tragedi kemanusiaan yang memakan puluhan bahkan ratusan korban jiwa. Dan ternyata, tragedi Kanjuruhan bukanlah satu-satunya. Berikut daftar tragedi paling mematikan di dunia yang melibatkan suporter sepakbola.
Daftar Isi
Tragedi Meksiko 2022
Brutal! Mungkin kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan tragedi berdarah di sepakbola Meksiko awal tahun 2022 lalu. Menurut beberapa laporan, 17 nyawa melayang akibat kericuhan yang terjadi pada laga lanjutan Liga Meksiko antara Queretaro FC kontra Atlas, 5 Maret 2022.
Lamentable lo que está ocurriendo en estos momentos en la cancha del estadio 🏟 Corregidora.
🎥 l @futfer13 #LaVozDelFutbol🎙 pic.twitter.com/nyJsDd336F
— W Deportes (@deportesWRADIO) March 6, 2022
Laga tersebut terpaksa dihentikan pada menit ke-61. Saat itu Atlas berhasil meraih keunggulan lebih dulu dengan skor 1-0. Ketertinggalan ini membuat fans marah karena tim kesayangan mereka masih terdampar di peringkat 12 kala itu. Kekacauan memuncak ketika pendukung Queretaro FC menyambangi tribun sebelah dan menyerang siapa pun dihadapannya.
Fans kedua klub Meksiko itu sempat saling baku hantam di salah satu tribun Stadion The Corregidora of Querétaro. Bahkan ada video yang viral menampilkan bukti sejumlah fans terkapar tak bernyawa akibat insiden kekerasan tersebut.
Ini menunjukkan sebuah kebrutalan yang menjadi kecaman seluruh dunia. Akhirnya, pemerintahan Meksiko menghentikan kompetisi untuk sementara dan Queretaro dihukum bermain tanpa penonton.
Puerta 12, Buenos Aires, Argentina
Selanjutnya ada tragedi yang tak kalah mengerikan yang melibatkan dua klub raksasa Argentina, Boca Juniors dan River Plate. Kekerasan baik di dalam maupun di luar lapangan memang sudah menjadi sisi lain dari rivalitas dua klub tersebut. Tapi tragedi yang terjadi pada 23 Juni 1968 ini mungkin jadi yang terburuk bagi persepakbolaan Argentina.
Tragedi Puerta 12, begitu masyarakat lokal menyebutnya. Dikenal sebagai Puerta 12 karena peristiwa naas ini terjadi di gerbang 12 Stadion El Monumental, markas River Plate. Di mana 71 fans Boca Juniors tewas terinjak-injak dan 150 fans lainnya luka-luka, akibat berdesak-desakan.
23 Haziran 1968| Dünyanın en ateşli derbilerinden Boca Juniors- River Plate maçında futbol tarihinin en büyük facialarından biri “Puerta 12 Tragedy” yaşandı. pic.twitter.com/mTftUj8Ay7
— sportane (@sportanecom) June 23, 2020
Banyak kesaksian yang berbeda perihal apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa mengklaim bahwa tragedi itu diawali dari fans Boca yang membakar bendera River Plate. Namun, William Kent, mantan presiden River Plate, mengklaim bahwa oknum polisi pelakunya.
Sebab polisi diduga melakukan tindakan represif usai para suporter Boca membuang air kencing ke arah aparat pengaman. Jadi para fans pun berusaha melarikan diri dan akhirnya berdesak-desakan di gerbang 12.
Port Said Stadium, Mesir
Februari 2012, kerusuhan besar terjadi di Stadion Port Said, Mesir, menyusul pertandingan sepakbola Liga Premier Mesir antara Al-Masry Port Said dan Al-Ahly Cairo. Kabarnya, kerusuhan itu menyebabkan 79 orang meninggal dan lebih dari 500 orang terluka akibat perkelahian antara dua suporter.
Atmosfer pertandingan sudah memanas sejak awal akibat gesekan para pendukung masing-masing klub. Bahkan, kick off laga tersebut sempat tertunda selama 30 menit lantaran belum apa-apa, pendukung Al Masry sudah memenuhi lapangan.
Pertandingan berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Al-Masry. Pendukung Al Ahly yang tidak terima klub kesayangannya kalah, langsung menyerang pendukung Al-Masry. Keadaan pun semakin tak terkendali. Lemparan batu, botol, dan percikan kembang api pun tak terhindarkan. Petugas kepolisian bahkan menemukan beberapa suporter yang membawa pisau dan pedang.
Kepolisian Mesir kemudian berhasil menangkap 73 pelaku kerusuhan, 21 di antaranya telah diadili dan dijatuhi hukuman mati pada Januari 2013 lalu. Setelah kejadian itu, pemerintah Mesir mengeluarkan status darurat dan melarang digelarnya pertandingan liga sepakbola domestik.
Dasharath Stadium disaster, Nepal
Selanjutnya ada tragedi memilukan yang terjadi pada tanggal 12 Maret 1988 di Dashrath Stadium, Kathmandu, Nepal. Kala itu, Dashrath Stadium tengah menyajikan pertandingan antara Janakpur Cigarette Factory kontra Bangladesh Liberation Army dalam ajang Tribhuvan Challenge Shield.
Peristiwa mengenaskan kali ini bukan disebabkan oleh perseteruan antara kedua suporter, melainkan karena bencana alam. Tragedi Nepal ini dikabarkan telah menyebabkan 93 orang tewas dan 100 lainnya terluka ketika mencoba melarikan diri dari badai es yang tiba-tiba turun di dalam stadion.
Meskipun banyak jatuh korban jiwa, pemerintah Nepal memutuskan untuk tidak memberikan kompensasi kepada para korban. Alasan yang mereka berikan adalah bahwa para penggemar berada di stadion dengan pilihan mereka sendiri dan pemerintah tidak berperan dalam menyebabkan bencana. Miris.
Hillsborough Disaster, Sheffield, Inggris
Tragedi Hillsborough di Inggris adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepakbola karena saling berdesakan pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough Stadium, kandang Sheffield Wednesday.
3. Hillsborough Disaster, 19-4-1989.
96 orang tewas terinjak-injak dan 766 lainnya terluka pada pertandingan semifinal FA Cup antara Liverpool dan Nottingham Forest di stadion Hillsborough, Sheffield. pic.twitter.com/di28U0x0uH
— #HentikanLiga1 (@nstrvoetbal) September 25, 2022
Pada saat itu Hillsborough jadi tempat dilaksanakan pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. Tragedi Hillsborough adalah peristiwa kedua yang melibatkan kopites setelah Tragedi Heysel pada 1985. Peristiwa Hillsborough mengakibatkan 97 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool.
Kabarnya, berdasarkan hasil penyelidikan bahwa peristiwa tersebut disebabkan kelalaian pihak kepolisian. Polisi setempat dirasa tak cukup pengalaman untuk mengamankan pertandingan sepakbola sebesar itu. Jadi, ada beberapa prosedur pengamanan yang tak berjalan dengan baik. Sehingga fans saling berhimpitan dan korban pun berjatuhan.
Accra Sport Stadium, Accra, Ghana
Tragedi ini terjadi di Stadion Ohene Djan, Accra, Ghana, pada 9 Mei 2001. Insiden itu merenggut nyawa 126 orang. Tragedi Accra ini menjadi tragedi sepakbola terburuk yang pernah terjadi di Benua Afrika.
Bencana terjadi saat pertandingan yang mempertemukan dua tim paling sukses di Ghana, yakni Hearts of Oak dan Asante Kotoko. Di akhir laga, fans Kotoko yang kecewa dengan beberapa keputusan wasit melempar kursi plastik dan botol ke lapangan. Sebetulnya panitia penyelenggara sudah mengantisipasi dengan menyiapkan pengamanan ekstra. Namun, tindakan dari pihak keamanan dirasa keliru dalam mengamankan fans yang mengamuk.
Penyebab utama Tragedi Accra adalah Aparat keamanan menembakan gas air mata ke arah kerumunan penonton. Akibatnya, kepanikan memuncak dan penonton berlarian untuk menyelamatkan diri. Kebanyakan korban meninggal akibat terinjak-injak dan berdesak-desakan di pintu keluar stadion.
Estadio Nacional Disaster, Lima, Peru
Yang terakhir dan yang sejauh ini paling mengerikan adalah tragedi sepakbola yang terjadi di Peru. Tepatnya pada 24 Mei 1964. Tragedi tersebut terkenal sebagai tragedi sepakbola terburuk dalam sejarah hingga saat ini. Tragedi ini terjadi di Estadio Nacional Peru, Lima, saat pertandingan kualifikasi Olimpiade antara Tim Nasional Peru melawan Timnas Argentina.
2. Estadio Nacional Disaster, 24-5-1964.
Tepatnya di Lima, Peru dalam laga kualifikasi olimpiade Tokyo 1964 antara Peru melawan Argentina. Kekacauan pecah setelah adanya keputusan kontroversial wasit dan stadion yang kelebihan kapasitas. pic.twitter.com/9G5aCVchFa
— #HentikanLiga1 (@nstrvoetbal) September 25, 2022
Tragedi Estadio Nacional ini dipicu oleh gol Peru yang dianulir wasit, hingga puluhan ribu suporter Peru pun berhamburan ke lapangan. Kepanikan yang terjadi mengakibatkan 328 orang meninggal pada insiden berdarah tersebut.
Ribuan penonton yang memenuhi lapangan membuat aparat pengamanan kewalahan. Polisi huru-hara pun berusaha mengamankan dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan, yang menyebabkan eksodus massal. Kematian terutama terjadi dari orang-orang yang menderita pendarahan internal dan sesak napas akibat berdesak-desakan.
Sumber: Libero, Aljazeera, Sportstar, Marca, Britannica