Tim yang Berpotensi Jadi Kuda Hitam di Liga Champions 2022/23

spot_img

Villarreal tampil sebagai salah satu anomali di daftar kontestan semifinal Liga Champions musim lalu. Musim 2021/2022, Yellow Submarine menyelami lautan hijau, lantang maju ke depan dan menyingkirkan siapa pun yang menghalangi perjalanan mereka. 

Semifinal adalah pencapaian tertinggi mereka sejauh ini. Dalam perjalanan untuk bisa sampai ke titik itu, skuad asuhan Unai Emery menyingkirkan Atalanta di fase grup, Juventus di babak 16 besar, dan bahkan skuad mewah Bayern Munchen di perempat final.

Namun, Villarreal bukan satu-satunya tim yang berhasil membuat kejutan di Liga Champions. Setiap tahunnya pasti ada tim yang memiliki semangat lebih dan menjadi pembeda di kompetisi antarklub terbesar di Benua Biru itu. Contohnya FC Porto musim 2003/04, atau AS Monaco di 2016/2017. Lalu bagaimana dengan musim ini? Berikut Starting Eleven sajikan beberapa tim yang berpotensi jadi kejutan di Liga Champions 2022/2023. 

Viktoria Plzen

Mungkin ini waktu yang tepat bagi punggawa Viktoria Plzen untuk menambahkan lagu yang tengah hits di Indonesia, yakni “Ojo Dibandingke” ke playlist musik mereka. Karena jika dilihat data dan fakta di atas kertas, klub asal Republik Ceko ini jauh jomplang apabila dibandingkan dengan kontestan Grup C lainnya macam Barcelona, Inter Milan, dan Bayern Munchen.

Tapi jangan salah dulu, beberapa klub yang terkesan tak diunggulkan dalam grup neraka, biasanya justru menjadi batu sandungan bagi klub-klub yang levelnya di atas mereka. Plzen datang bukan tanpa bekal. Selain tak menelan satupun kekalahan, mereka jadi klub yang cukup produktif di babak kualifikasi. 

Sepanjang babak kualifikasi hingga babak play-off, Viktoria Plzen berhasil mencetak 13 gol dari 6 pertandingan. Catatan itu menempatkan Plzen di nomor 4 sebagai tim paling produktif di babak kualifikasi. Menggunakan formasi 4-2-3-1, Plzen mengandalkan permainan kolektif yang diimbangi dengan daya juang tinggi. Jadi semangat underdog Viktoria Plzen patut diwaspadai oleh ketiga raksasa Grup C.

Rangers

Satu fakta yang cukup emosional dirasakan oleh Rangers di Liga Champions musim ini. Setelah 12 tahun absen dan sempat melalui perjuangan panjang bangkit dari degradasi, tim asuhan Giovanni van Bronckhorst akan kembali ke kompetisi antarklub terbesar di Benua Biru ini.

Rangers asuhan Van Bronckhorst bukanlah tim yang miskin taktik. Mantan pemain Timnas Belanda itu kerap menggunakan skema 4-2-3-1 tapi juga sesekali memakai 4-3-3 menyesuaikan kebutuhan tim dan lawan yang mereka hadapi. Ia mengusung sepakbola agresif, maka ketika tim kehilangan bola Gio akan menginstruksikan pemainnya mengurung sepertiga area lawan untuk kembali memenangkan penguasaan bola.

Dalam skema permainannya, Giovanni masih mengandalkan sisi kanan yang dikawal James Tavernier sebagai bek sayap yang piawai membangun serangan. Sedangkan di lini depan, ia mengandalkan Alfredo Morelos yang musim lalu menjadi top skor liga dan Antonio Colak yang sedang gacor-gacornya bersama Rangers. Ia sudah mencetak 4 gol dari 5 pertandingan liga. 

Tergabung di Grup A bersama Liverpool, Ajax, dan Napoli, Rangers bisa menjadi batu sandungan bagi Liverpool. Terlebih musim ini performa The Reds masih angin-anginan karena diterpa badai cedera dan belum konsistennya beberapa pemain.

Tottenham

Tottenham Hotspur barangkali menjadi tim perwakilan Inggris yang paling diuntungkan dari pengundian grup Liga Champions musim ini. Pasalnya, tak seperti Chelsea yang dipertemukan dengan juara Italia musim lalu yakni AC Milan, Spurs bergabung dengan klub-klub yang dirasa tak akan menyulitkan mereka di Grup D.

Spurs hanya ditemani oleh Sporting Lisbon, Marseille, dan Eintracht Frankfurt. Meski banyak yang mengunggulkan Frankfurt karena mereka menjuarai Europa League musim lalu. Kekuatan Frankfurt sudah berkurang setelah kehilangan Filip Kostic. Mereka juga mengakhiri musim lalu di peringkat 11 Bundesliga dan baru menang sekali dalam 4 pertandingan pembuka mereka musim ini.

Musim ini, Conte telah bekerjasama dengan manajemen klub untuk membangun kembali skuad The Lilywhites. Beberapa pemain macam Ivan Perisic dan Clement Lenglet didatangkan guna menunjang skema permainan allenatore asal Negeri Pizza itu. Jika Spurs mampu tampil konsisten, bukan tidak mungkin mereka akan memuncaki klasemen Grup D. 

Berbekal kedisiplinan Conte dan taktik tiga bek yang mengesankan, Tottenham dapat menyusahkan tim-tim kuat. Selama trio mereka yakni Dejan Kulusevski, Harry Kane dan Son Heung-min tampil konsisten di depan, Spurs dapat tampil mengejutkan di fase gugur. Mereka diperkirakan mampu mencapai semifinal atau bahkan final, seperti yang mereka lakukan musim 2018/2019.

Marseille

Marseille mungkin jadi tim lain di Grup D yang bisa memberikan kejutan di Liga Champions musim ini. Mereka diperkirakan jadi tim yang bakal merepotkan anak asuh Antonio Conte dalam memperebutkan puncak klasemen grup.

Setelah dua tahun lalu terlempar dari 4 besar, Marseille telah bangkit dan menampilkan performa yang impresif dengan mengekor PSG di urutan kedua klasemen Liga Prancis. Musim lalu, di bawah kepemimpinan Jorge Sampaoli, Marseille menemukan kembali jati diri mereka sebagai klub penantang gelar, meski tetap sulit selagi PSG masih bermain di kompetisi yang sama.

Musim ini, kursi kepelatihan berganti kepada Igor Tudor. Ia menghabiskan sekitar 60 juta pound (Rp1 triliun) untuk mendatangkan pemain macam Eric Bailly, Matteo Guendouzi hingga Alexis Sanchez. Tudor membuktikan bahwa mereka masih Marseille yang sama, dengan belum terkalahkan selama 5 pertandingan awal Ligue 1.

Dengan performa yang konsisten sejak musim lalu, Marseille ini diam-diam menghanyutkan. Secara materi pemain tak begitu diunggulkan, tapi mereka diperkirakan mampu menyulitkan klub-klub macam Bayern Munchen atau PSG di fase gugur nanti.

Napoli

Napoli bukan tim langganan di Liga Champions. Mereka juga bukan tim yang rutin bisa bersaing meraih Scudetto. Bahkan musim lalu, mereka sempat mengalami rentetan masalah dari inkonsistensi hingga ditinggal oleh beberapa pemain kunci seperti Lorenzo Insigne dan Kalidou Koulibaly. 

Tapi di awal musim ini, Napoli tampak mengalami kenaikan performa yang signifikan. Hal tersebut tak lepas dari kejelian sang pelatih, Luciano Spalletti dalam menambal lubang yang ditinggalkan oleh pemain kuncinya itu.

Spalletti mendatangkan Kim Min-jae untuk menggantikan Koulibaly dan Giovanni Simeone sebagai pengganti Dries Mertens. Sekarang ini Napoli berada di urutan ketiga klasemen Serie A dengan belum menelan kekalahan dalam 4 pertandingan awal. 

Selain Min-jae dan Simeone, Napoli juga punya senjata rahasia dari Georgia yang bernama, Khvicha Kvaratskhelia. Pemain yang namanya sulit disebutkan itu, kini berstatus sebagai top skor sementara Il Partenopei

Karena tak memiliki pemain yang berstatus mega bintang, Napoli bermain dengan pola permainan kolektif. Yang mana aliran bola lebih cair dan sulit diduga oleh lawan. Ditambah dengan jarangnya Napoli tampil di Liga Champions, itu membuat tim-tim lawan cukup kesulitan menakar kekuatan Napoli di kompetisi Eropa.

https://youtu.be/aOcYomiles4

Sumber Referensi: Footballfaithfull, The Flanker, Skysport, The Athletic, UEFA, SI

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru