Terungkap! Haaland Ternyata Pernah Disepelekan Tim Besar

spot_img

Gol sensasional mirip tendangan Kung Fu yang dilesakkan Haaland saat kemenangan comeback City atas Dortmund, sekali lagi mengingatkan kita betapa menyeramkannya orang ini. Entah siapa lagi yang sanggup membendungnya untuk gagal mencetak gol.

Namun, siapa sangka bakat yang diunduh matang oleh Manchester City sekarang ini, dulunya bahkan sempat disepelekan beberapa tim besar lain. Lho kok bisa?

Haaland Di Molde

Sudah menjadi rahasia umum bahwa karier Haaland waktu remaja dimulai dari klub di tanah kelahirannya, Molde. Namun, sebelum di Molde ia terlebih dahulu ditempa di Bryne FK, salah satu klub liga Norwegia juga.

Bakat Haaland kemudian serius dilirik Molde pada tahun 2017. Ketika itu, ia sudah digadang-gadang sebagai striker masa depan Norwegia. Haaland dicap sebagai penerus pemain macam Tore Andre Flo maupun Ole Gunnar Solskjaer.

Nah, di Molde kebetulan ia langsung digembleng seniornya, Ole Gunnar Solskjaer. Selama berseragam Molde, Haaland berhasil menunjukan performa apiknya dengan mencetak 20 gol dalam 50 pertandingan di semua kompetisi.

Di sinilah awal bakatnya mulai dilirik pemandu bakat klub-klub besar. Banyak pemandu bakat yang langsung datang ke Norwegia untuk memantau permainan Haaland di Molde.

Ketika Liverpool Arsenal Dan MU Melewatkan Bakatnya

Beberapa dari klub menyatakan minatnya pada Haaland. Mereka adalah Arsenal, Liverpool, sampai Manchester United. Seperti yang dikatakan baru-baru ini oleh mantan kepala pencari bakat Molde, John Vik kepada The Athletic.

Ia mengatakan bahwa awalnya, Arsenal dan Liverpool langsung mengirimkan pemandu bakatnya ke Norwegia untuk memantau. Vik sebagai pemandu bakat Molde, mencoba berusaha meyakinkan beberapa klub besar itu akan potensi Haaland sesungguhnya.

Namun apa yang terjadi? Liverpool dan Arsenal ternyata tidak tertarik dengan bakat seorang pemuda yang tinggi besar itu. Postur fisik serta gaya bermainnya ketika di Molde dianggap tak lebih dari seorang target man biasa.

Baik Arsenal maupun Liverpool menganggap Haaland hanya seorang striker ortodoks yang bisanya cuma duel, membelakangi gawang sebagai pemantul, dan tak punya nilai lebih sebagai seorang striker modern yang komplit seperti apa yang mereka cari.

Namun, Vik tak menyerah dalam meyakinkan kedua klub Inggris itu. Ia bersikeras bahwa Haaland juga jago dalam hal lain seperti penguasaan ruang, kecepatan, kekuatan tendangan maupun insting membunuh di kotak penalti yang baik.

Namun apa boleh buat, perkataan Vik tak dipercaya kedua klub Inggris tersebut. Liverpool dan Arsenal menganggap Vik tak ubahnya seperti makelar yang sedang melebih-lebihkan bakat anak asuhnya yang akan dijual, demi pundi-pundi uang.

Akan tetapi, Vik punya cara lain untuk sekali lagi meyakinkan bahwa anak asuhnya ini berkualitas. Ia menyatakan serius kepada Ole jika mantan klub Ole, Manchester United cocok dan segera bisa mendapatkannya. Ikatan antara MU dan Ole, barangkali bisa membawa Haaland ke Manchester. Ole pun sangat mengerti apa yang dikatakan Vik. Karena ia sendiri yang melatih Haaland.

Vik pun ketika itu langsung menyuruh Ole untuk menghubungi manajemen MU.
Ole bersedia melakukan itu agar Haaland bergabung dengan mantan klubnya. Manajemen MU waktu itu masih diurus oleh John Murtough yang sekarang menjadi direktur olahraga, dan kepala akademi MU ketika itu, Nicky Butt yang notabene adalah teman main Ole dulu di MU.

Nampaknya The Red Devils benar-benar menindaklanjuti penawaran Ole tersebut. MU adalah klub yang sangat berpeluang untuk merampungkan negosiasi dengan Molde pada tahun 2018. John Murtough di sini menjadi pihak yang mewakili United dalam negosiasi. Ia melakukan pembicaraan dengan Jim Solbakken, agen Haaland sebelum Mino Raiola.

Namun ternyata, si Murtough ini membuat kesalahan yang konyol. Bagaimana bisa Murtough dan Solbakken yang telah membuat janji untuk bicara pada pukul 9 pagi waktu Norwegia, tapi si Murtough ini malah menelponnya pada pukul 9 pagi waktu Inggris, yang berarti satu jam lebih lama dari jadwal?

Apakah itu disengaja atau tidak, kita tak pernah tau. Pasalnya pada waktu itu juga, ada klub lain yang mengadakan negosiasi dengan Molde yakni klub asal Austria, Salzburg. Klub milik perusahaan minuman berenergi itulah yang akhirnya mendapatkan tanda tangan Haaland, karena tepat waktu dalam melakukan pembicaraan.

Keputusan Yang Tepat Dalam Jenjang Karirnya

Keputusan Haaland memilih menandatangani kontrak bersama Salzburg memang tak salah. Ia tepat berada di klub yang bisa mengasah talentanya yang masih belia. Bagaimanapun proyek sepakbola Salzburg sudah terkenal ramah terhadap bakat-bakat muda dan punya prospek yang cerah.

Haaland dibawa oleh Christoph Freund, direktur olahraga Salzburg yang mengambil alih peran Ralf Rangnick di Red Bull sejak musim 2015/16. Ia mulai gacor di musim keduanya bersama Salzburg setelah bertemu Jesse Marsch.

Nah, sejak itulah klub-klub besar yang sempat melewatkan bakatnya ketika di Molde kembali hadir dengan penawaran-penawaran terhadap Salzburg. Tampaknya, beberapa klub tersebut mulai sadar bahwa persepsinya dulu tentang Haaland salah besar.

Terutama MU, yang ketika itu kembali menyatakan sikapnya untuk tidak mengulangi kesalahannya yang sama guna segera mendatangkan Haaland. Terlebih di musim itu MU sedang ditangani Ole yang tahu pribadi dan kemampuan Haaland.

Namun apa yang terjadi? Beberapa tawaran ditolak oleh Salzburg. Haaland bersama manajemennya lebih memilih Dortmund ketimbang hijrah ke Old Trafford. Pemilihan hijrah ke Dortmund ini juga sangat tepat.

Dortmund menjamin Haaland mendapat tempat reguler, sehingga ia lebih menonjol perannya dalam tim. Berkat kesempatan itulah, sisi keunggulan Haaland perlahan mulai berkembang. Ini belum tentu akan terjadi apabila langsung hijrah ke klub besar, dan tak tahu bisa menjamin nasibnya berkembang atau tidak.

Mengingat usianya yang masih muda, Haaland masih butuh sentuhan mental untuk berkembang. Tepat jika ia memilih Dortmund yang secara beban tidak terlalu tinggi. Ketimbang di klub besar yang menuntutnya untuk langsung instan menjadi bintang.

Tiga musimnya bersama Dortmund sudah cukup bagi Haaland. Kesabaran tiga musim dengan menghiraukan beberapa tawaran menarik dari klub-klub besar juga akhirnya berbuah manis.

Pemilihan hijrah ke Manchester City dengan segala rencana jangka panjang yang cerah, kembali menjadi keputusan terbaik bagi Haaland dan manajemennya. Ia berada di klub yang tepat untuk bisa naik kelas sebagai striker superstar di dunia. Apalagi di City ia akan dilatih oleh pelatih sekelas Pep Guardiola.

Ikatan emosi dengan mantan klub ayahnya tersebut juga menambah keyakinan baginya. Dari segi harga, gaji, maupun jaminan masa depan tak usah diragukan lagi. Semuanya terpenuhi oleh Manchester City. Hasilnya, sangat menakjubkan dan bombastis

Haaland seakan sulit terhenti untuk mencetak gol bagi Manchester City. Kini mungkin klub seperti Arsenal, Liverpool atau bahkan MU hanya bisa bengong dan meratapi nasib karena gagal menggaet Haaland. Salah sendiri tidak sat-set dalam merekrut Erling Haaland.

https://youtu.be/BjuvUqpDH6Q

Sumber Referensi : thesun, manchestereveningnews, sportbible, theathletic

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru