Final Conference League musim ini yang mempertemukan Chelsea dan Real Betis tak hanya sebatas menyajikan duel yang sarat kepentingan dari kedua tim. The Pensioners yang mengincar rekor baru di Eropa, sementara Los Verdiblancos berniat menyelamatkan muka La Liga. Lebih dari itu, laga di Wroclaw nanti jadi momen yang cukup emosional bagi kedua juru latih.
Setelah lama pisah jalan, Enzo Maresca dan Manuel Pellegrini kini ditakdirkan kembali bertatap muka. Tidak seperti momen reuni pada biasanya yang gembira dan penuh suka cita, Maresca mau tak mau harus mengalahkan tim yang diasuh gurunya di final. Tentu, pria botak asal Italia itu ingin posisinya tetap aman sebagai manajer Chelsea.
Eh…tunggu dulu, guru? jadi Pellegrini itu guru Maresca? Yap, Manuel Pellegrini dan Enzo Maresca adalah contoh guru dan murid yang ada di sepak bola Eropa. Sayangnya, relasi mereka kurang begitu terekspos dibanding guru dan murid lainnya. Terus sejak kapan Maresca menjadikan Pellegrini sebagai mentor? Jadi… gini ceritanya…
Daftar Isi
Ikatan Yang Bermula Dari Malaga
Kisah ikatan ideologis antara Enzo Maresca dengan pelatih kawakan berkebangsaan Chile bermula dari klub timur Andalusia, Malaga. Ujung musim 2009/10, Manuel Pellegrini dipecat dari Real Madrid. Klub memilih untuk mendatangkan pemain baru, sedangkan Pellegrini memutuskan untuk merenung. Meratapi rasa frustrasinya.
Di kala seperti itu datang Malaga memeluk. Beruntungnya, Malaga dipimpin orang kaya dari Qatar, Abdullah bin Nasser Al-Thani. Pellegrini pun mendapat siraman rohani, ah tidak, maksudnya siraman duit dari keluarga penguasa Qatar itu. Pellegrini pun memanfaatkanya dengan membeli sejumlah pemain di jendela musim panas. Willy Caballero, Martin Demichelis, dan Ignacio Camacho didatangkan.
Manuel Pellegrini: “Quizás… los tres mejores años de mi vida”.
Periodista: “¿Hubieras sido feliz en Málaga?
Manuel Pellegrini: “De por vida. No tengo ninguna duda”.
Así acaba el @InformePlus sobre el Euro Málaga. Y así acabó con nuestro sueño @ANAALTHANI2. pic.twitter.com/jRdBIxyU2K
— Ignacio Pérez (@ignaciioperezz_) April 6, 2023
Dengan amunisi-amunisi itu, posisi Los Boquerones mulai terkatrol. Namun, Pellegrini memutuskan untuk belanja pemain lagi di musim dingin. Salah satu yang masuk dari bursa transfer Januari adalah seorang gelandang tengah berbendera Italia yang saat itu belum lama diputus kontraknya oleh Olympiakos. Dialah Enzo Maresca.
Kala menandatangani kesepakatan dengan Malaga, Maresca sudah menginjak 30 tahun. . Meski sudah melewati usia emasnya, pria kelahiran 1980 itu tetap membantu Malaga bertransformasi menjadi tim yang diperhitungkan.
Sejak diturunkan pertama kali pada pertandingan versus Athletic Bilbao, 8 Januari 2011, Maresca mulai menemukan tempat di skema Pellegrini. Total sepanjang musim debutnya di Malaga, Maresca bukukan 21 caps di La Liga dan Copa del Rey, dengan tambahan 2 gol. Malaga pun seketika berubah dari tim nyaris degradasi menjadi penghuni peringkat 11 di akhir musim.
Musim selanjutnya, Maresca jadi saksi melesatnya Malaga yang bukan main. Sekalipun banjir kedatangan rekrutan baru macam Isco Alarcon, Santi Cazorla, Jeremy Toulalan, hingga Ruud Van Nistelrooy, Maresca masih beruntung tetap mendapatkan kesempatan bermain yang lumayan bersaing. Sepanjang musim, jebolan tim muda AC Milan itu turun sebanyak 20 kali, masing-masing 19 pertandingan di La Liga dan sekali di Piala Raja Spanyol.
Chelsea Out of Context:
Rara foto de Enzo Maresca y Martin Demichelis jugando juntos en el Málaga. 🔵 pic.twitter.com/osdbEoRGCn
— Perro Chelsea (@perro_chelsea) October 27, 2024
Malaga-nya Manuel Pellegrini musim itu sukses membuat seisi La Liga berdecak kagum tak henti-henti. Dari tim yang tadinya berjuang untuk lolos dari jurang degradasi, mendadak nimbrung di lima besar, bahkan finish di peringkat empat dengan 58 poin. Malaga pun berhak mentas di kompetisi paling megah di Eropa, Champions League. Prestasi tertinggi yang pernah dicapai sejak tim ini berdiri pada 1948.
Malaga pun akhirnya bermain di Liga Champions usai melewati babak play off. Ya, waktu itu peringkat empat La Liga mesti menjalani play off dulu sebelum bermain di putaran final. Kala itu wakil Yunani, Panathinaikos yang ditekuk perlawanannya oleh Malaga.
Namun Maresca yang terakhir kali main di Liga Champions di musim 2007/08 bersama Sevilla, tak melanjutkan kiprahnya bersama Malaga. Sempat setuju buat memperpanjang kontrak, tapi di tengah jalan Maresca memilih pulang ke Italia dengan bergabung dengan zirah Sampdoria. Maresca pun berpisah dengan Pellegrini.
Takdir Mempertemukan Mereka Lagi Di West Ham
Singkat cerita, usai mengumumkan gantung sepatu bersama Hellas Verona pada Januari 2017, Enzo Maresca banting setir ke dunia kepelatihan. Karirnya dimulai dengan menjadi asisten Fulvio Fiorin di Ascoli pada sisa musim 2016/17. Maresca sepertinya telah memantapkan diri untuk menjalani karier sebagai pelatih.
Setelah dari Ascoli ia mencari pengalaman baru untuk terbang ke Spanyol, tempat yang dulu mempertemukannya dengan Manuel Pellegrini. Namun di sana ia tak bertemu Pellegrini, orang yang dulu ia begitu kagumi. Sayangnya ia justru tidak bertemu sang pelatih. Ia bertemu pelatih lain. Dialah Vincenzo Montella. Seorang yang sebenarnya belum masyhur betul sebagai pelatih.
Montella datang ke Sevilla pada pertengahan musim 2017/18 ke Sevilla. Kala itu reputasi terbaiknya baru mengantarkan AC Milan juara di Piala Super Italia. Dasarnya memang suka belajar, Maresca sangat senang bisa ditunjuk sebagai asisten Montella di musim itu. Montella bukan orang sembarangan. Sekalipun sebagai pelatih belum memiliki nama besar, pemain yang dikenal suka berselebrasi pesawat itu sangat fenomenal.
Namun Montella hanya sebentar di Sevilla. Jelang musim itu selesai dan meski menjadi finalis Copa del Rey, Montella didepak. Yang menarik, Enzo Maresca dipertahankan. Akan tetapi perannya berubah menjadi direktur teknik saat Sevilla ditukangi Joaquin Caparros. Tatkala musim itu selesai, Maresca memutuskan pergi. Pergi ke mana Enzo Maresca?
Mungkin sudah suratan takdir, setelah pergi dari Sevilla, Maresca dihubungi Pellegrini untuk membantunya di West Ham pada musim 2018/19. Adanya ikatan batin yang bertaut, membuat Maresca mengiyakan ajakan itu. Sesampainya di London Stadium, Maresca berurusan dengan pemain-pemain seperti Lukasz Fabianski, Declan Rice, Mark Noble, sampai Andy Carroll.
Di sinilah mental Maresca diuji dengan begitu ketatnya persaingan antar tim peserta Premier League. Musim itu berjalan sengit, tapi untungnya West Ham menutup musim dengan duduk di peringkat 10. Ujian yang sebenarnya bagi Maresca baru muncul pada musim 2019/20.
In 2018, Enzo Maresca was Manuel Pellegrini’s assistant at West Ham…
7 years on, they will go head-to-head in the UEFA Conference League final as Chelsea take on Real Betis! 🇪🇺🏆 pic.twitter.com/WVBI9iIjxg
— EuroFoot (@eurofootcom) May 10, 2025
West Ham yang sudah jor-joran di bursa transfer sesuai pinta Pellegrini, mendadak alami turbulensi yang parah di awal-awal musim. Posisi klub berlogo palu itu terus menurun, hingga mendekati zona merah menjelang pergantian tahun baru 2020.
Sampai pada akhirnya, Manuel Pellegrini didepak dari kursinya selang beberapa jam usai kekalahan kandang 2-1 atas Leicester City pada 28 Desember 2019. Melihat Pellegrini dipecat, Maresca meletakkan posisinya sebagai asisten pelatih, dan tidak tertarik untuk membersamai Graham Potter yang dipilih sebagai pengganti.
Bagi Maresca, Pellegrini Lebih Dari Sekadar Mentor
Enam tahun sejak berpisah lagi saat di West Ham, final Liga Konferensi Eropa mempertemukan lagi Enzo Maresca dengan Manuel Pellegrini. Jelang final nanti, Maresca bersuara kepada media tentang rasanya berjumpa lagi dengan pelatih berusia 71 tahun.
🇮🇹 Enzo Maresca se enfrentará en la Final de la Conference League 🏆🟢 a quien fuera su Entrenador en el Malaga 🇪🇸 y luego Enzo fue Asistente técnico de Manuel Pellegrini 🇨🇱 en el West Ham. FUTBOL! 👏⚽️ pic.twitter.com/FOtBXfx0aM
— Riki Jerarkia (@rikilopezjer) May 8, 2025
Dalam wawancara dengan Goal, Maresca bukan hanya memandang Pellegrini sebagai mentornya dalam merintis karir sebagai pelatih kepala. Lebih dari itu, Maresca sudah memandang Pellegrini sebagai ayahnya dalam dunia sepak bola.
Nama Maresca di jajaran kepelatihan mungkin menjadi naik daun saat menjadi asisten Pep Guardiola di Manchester City. Namun jelas tanpa Pellegrini yang membawanya ke Premier League, Maresca mungkin tak sampai ke titik yang sekarang.
Meski bukan jadi orang pertama yang mendampinginya meniti jalan sebagai asisten pelatih, Pellegrini telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran yang berharga tentang membangun tim yang solid dari ruang ganti dan pinggir lapangan.
Apalagi bila dikaitkan dengan posisinya saat ini yang menjadi manajer Chelsea di Premier League, Maresca menyerap banyak ilmu saat melihat Pellegrini mengemudikan West Ham. Dari situlah cakrawalanya tentang perkembangan sepak bola Inggris terbuka, sehingga di kemudian hari ia aplikasikan saat menangani Leicester City dan Chelsea.
Pellegrini Senang Dengan Perkembangan Maresca
Sementara itu, melihat Real Betis yang dipimpinnya akan berhadapan dengan Chelsea asuhan salah satu muridnya, Manuel Pellegrini mengaku tak sabar untuk menyambut laga puncak di Polandia. Selain menjadi momentum yang bersejarah bagi Betis karena ini final Eropa pertama dalam sejarah klub, mantan manajer Manchester City ini ingin mengetes sejauh mana kekuatan Chelsea yang sejak awal diprediksi sebagai kandidat juara.
Manuel Pellegrini 🤝 Enzo Maresca
Once side by side in the West Ham dugout 🧠
Now head to head for the #UECL trophy 🏆#UECLfinal pic.twitter.com/nOJGHDTUqg— UEFA Conference League (@Conf_League) May 13, 2025
Pellegrini sendiri melihat progres yang terjadi pada Chelsea musim ini cukup bagus dari sebelumnya. Ia tak segan memuji perkembangan apik Maresca yang menggantikan Mauricio Pochettino. Pria berkebangsaan Chile itu juga senang melihat muridnya itu datang dengan versi terbaiknya sebagai pelatih, yakni menjadi pelatih tim sekelas Chelsea. Ahh so sweet banget nggak sih?