Usai menyelesaikan kelas kepelatihan di akademi Hennes Weisweiler, Dominic Tedesco tak langsung pulang ke rumah. Ia sesekali nongkrong bersama kawannya, Julian Nagelsmann untuk mendiskusikan materi yang disampaikan oleh mentor.
Kebetulan keduanya masuk akademi di tahun 2016. Tedesco mengagumi Nagelsmann karena selalu datang lebih awal sebelum kelas dimulai. Tak lain, untuk mendapatkan bangku paling depan agar penjelasan mentor lebih jelas terdengar. Sementara, Tedesco memilih duduk di kursi paling belakang.
Di kelas keduanya terkenal aktif menanyakan hal seputar taktik kepada mentor maupun sesama peserta kepelatihan. Tedesco dan Nagelsmann pun berhasil merampungkan kursus kepelatihan selama 815 jam dan Tedesco mendapatkan predikat peserta terbaik disusul Nagelsmann di tempat kedua.
Cumartesi akşamı Bayern Münih evinde Leipzig'i ağırlıyor. 2016'da iki takımın teknik direktörü de aynı dönem lisans aldılar. Tedesco 1.0 ile bitirirken (daha iyisi mümkün değil) Nagelsmann ise 1.3 ile aldı diplomasını. Çok çok iyiler. Tedesco 1985 Nagelsmann ise 1987 doğumlu. pic.twitter.com/mpNtCERPwo
— Orhan Uluca (@Orhan_Uluca) February 4, 2022
Tedesco mengagumi ide-ide Nagelsmann dalam diskusi di dalam maupun luar kelas.
“Selama 10 bulan kami terkadang pergi bersama. Itu selalu sangat menyenangkan. Dia orang yang luar biasa dan pelatih yang luar biasa,” kata Tedesco.
Keduanya beruntung bisa menyelesaikan kursus kepelatihan di salah satu akademi kepelatihan terbaik di jagad raya. Four your information, lulusan Akademi Hennes Weisweiler Academy setara dengan lisensi UEFA Pro atau lisensi puncak di dunia kepelatihan Eropa.
Kerja Bareng di Hoffenheim
Apes bagi Julian Nagelsmann, usai membela FC Augsburg U-19 melawan Eintracht Frankfurt ia justru ke meja perawatan akibat cedera lutut. Cita-cita menjadi pemain profesional pun pupus usai menunggu dua tahun pemulihan.
Pria kelahiran Landsberg am Lech Bavaria memilih pensiun dini dan melanjutkan kuliah mengambil jurusan manajemen olahraga sembari meniti karier kepelatihan.
Ia memulainya dengan menjadi scout di Augsburg Youth dengan kontrak Januari hingga Juni 2008. Lalu pindah jadi Asisten Manajer di TSV 1860 kelompok umur 17 tahun dengan kontrak dua musim kala dinakhodai Alexander Schmidt dan Ivica Erceg.
Usai kontrak habis, Nagelsmann pindah ke Hoffenheim U-17 jadi asisten manajer Xaver Zembrod. Di klub ini ia bekerja selama sembilan tahun dari asisten U-17 hingga jadi manajer klub.
Selama bekerja di Sinsheim, Nagelsmann bertemu dengan Dominic Tedesco yang baru bergabung pada Juli 2015 untuk menangani Hoffenheim U-17 hingga akhir musim. Musim berikutnya Tedesco pun menggantikan peran Nagelsmann di U-19 dan didapuk melatih tim utama menggantikan Markus Gisdol.
En la temporada 2015/16, Nagelsmann y Tedesco compartían club, el Hoffenheim: el primero nombrado técnico del primer equipo y debiendo asumir las riendas a mitad de temporada y el segundo en categorías inferiores, siendo elegido para sustituir a Nagelsmann en el juvenil 🔄 pic.twitter.com/IyLZBpkI8B
— 📲 Fútbol Alemán (@FutbolAleman) February 5, 2022
Sebelum tiba di Hoffenheim, karier Tedesco di dunia sepak bola tidak lebih baik dari Nagelsmann. Ia hanya pernah main di klub SC Eichwald pada ajang Kreisliga. Jalan sebagai pesepakbola tak mujur, ia memilih melanjutkan kuliah mengambil sarjana bidang teknik bisnis dan magister konsentrasi manajemen inovasi.
Memegang dua gelar dan pernah bekerja di salah satu pabrikan mobil ternama di Jerman. Pendidikan dan pekerjaan Tedesco jadi curriculum vitae untuk dirinya berkecimpung di dunia sepak bola yang membutuhkan ketelitian dan komunikatif.
Well, Tedesco membangun karier tidak dalam semalam suntuk. Dia menghabiskan tujuh tahun bekerja sebagai scout, asisten manajer hingga manajer di VfB Stuttgart muda medio 2008-2015. Pengalaman itu membuatnya melaju mencoba tantangan baru menangani Hoffenheim U-17 dan U-19 selama dua tahun hingga 2017.
Petualangannya di dunia manajer tim utama dimulai sejak menahkodai FC Erzgebirge Aue di ajang Bundesliga 2, lalu direkrut Schalke 04 dan pindah ke Liga Rusia menangani Spartak Moskow.
Sementara kawan baiknya, Nagelsmann usai musim 2015/2016 berhasil membuat Hoffenheim tetap bertahan di Bundesliga dan menduduki peringkat keempat pada musim berikutnya. Deretan capaian apik bersama Hoffenheim membawa dirinya direkrut oleh RB Leipzig.
Taktik Baby Mourinho vs Julian Nagelsmann 2.0
Keberhasilan Julian Nagelsmann meraih pencapaian bersama klub yang ia tangani di usia muda membuat dirinya dijuluki “Baby Mourinho” dan kini melatih Munchen. Sementara kawan sekelasnya, Tedesco dijuluki “Julian Nagelsmann 2.0” karena mengikuti jejak debut sebagai pelatih Bundesliga di usia muda, dan kini menukangi RB Leipzig. Keduanya bakal sering bertemu di spieltag Bundesliga maupun Piala DFB Pokal
Amanhã teremos o duelo dos técnicos mais jovens da Bundesliga – Julian Nagelsmann (34) e Domenico Tedesco (36).
O legal é que os dois se formaram no curso de técnico juntos. Inclusive as vezes um ia de carona com o outro para as aulas. (+) pic.twitter.com/qKvYuqS7e1
— Vitor Lederman (@vitor_lederman) February 4, 2022
Bagaimana taktik Nagelsmann dalam menukangi Bayern Munchen di musim ini?
Julian Nagelsmann memiliki formasi dasar 4-2-3-1 yang akan berubah saat menyerang menjadi 3-1-5-1 untuk menguasai lini tengah serta mengeksploitasi sepertiga area lawan dan menjaga sisi tepi dengan full back turut serta dalam sirkulasi bola. Titik fokusnya ada penguasaan bola dan mobilitas pemain di lapangan.
Proses membangun serangan dengan menggunakan 3 full back dan 1 defensive midfielder. Keempat pemain ini akan melakukan sirkulasi bola untuk menarik pemain lawan melakukan press sehingga terdapat celah yang ditinggalkan.
Ruang yang ditinggalkan akan dieksploitasi oleh kelima pemain yang berada di area lini tengah. Tiga pemain akan mengeksploitasi ruang antarlini, sedangkan dua pemain sayap akan melakukan akselerasi hingga area penalti untuk menciptakan peluang.
Lihat saja peran Alphonso Davies maupun Leroy Sanne menggunakan kecepatan untuk menyisir area tepi. Keduanya memiliki keunggulan saat 1v1 sehingga dipercaya Nagelsmann untuk melakukan akselerasi.
Di tengah, Thomas Muller, Serge Gnabry, dan Goretzka memiliki kecakapan untuk melepaskan umpan progresif ke Robert Lewandowski maupun dua sisi sayap.
Nagelsmann yang memiliki fokus menjaga kelebaran, melimpahkan tugas itu pada Sane dan Davies untuk menjaga sisi tepi agar sirkulasi bola tidak stagnan di area tengah. Kuartet menyerang dan bertahan sama baiknya untuk menjaga sisi tepi dengan mobilitas permainan yang cair.
Urusan bertahan Nagelsmann bercermin pada nama-nama Ralf Rangnick, Jurgen Klopp, dan Thomas Tuchel. Bertahan bukan semata tugas full back, so pressing Bayern Munich dilakukan sejak kehilangan bola dan sejak lawan melakukan bangunan serangan.
Nagelsmann menuntut pemainnya tetap kompak dan menutup ruang di area tengah agar potensi serangan balik lawan segera dieliminasi.
Lalu apakah Tedesco memiliki filosofi taktik sama dengan kawannya? Jawabannya, tidak.
Taktik Tedesco berbeda dengan Nagelsmann untuk urusan penguasaan bola. Ia penganut sepak bola yang efektif. Kata “efektif” didefinisikan tidak berpaku pada permainan cantik maupun pressing ketat yang dilancarkan oleh anak asuhnya dengan formasi dasar 3-5-2.
Baginya sepak bolanya adalah sepak bola yang efektif. Tedesco peduli setan dengan yang namanya permainan cantik. Ia juga bukan pelatih yang ingin timnya melulu melakukan pressing ketat tapi efektivitas permainan yang mampu memenangkan pertandingan.
“Penguasaan bola bukanlah patokan. Soalnya, bisa saja yang terjadi malah dua bek yang saling mengumpan di sisi lapangan sendiri hingga laga usai. Yang selalu saya rencanakan adalah memenangi pertandingan, bukan menguasai bola hingga 80 persen,” katanya.
Fleksibilitas Tedesco tercermin dalam penggunaan 3 atau lima full back dalam proses membangun serangan dengan dukungan dua pemain pivot. Artinya kerapatan sangat dijaga oleh anak asuhnya untuk menghindari eksploitasi ruang antarlini oleh tim lawan.
Pola ini juga memberikan kesempatan bagi wing back membantu penyerangan sehingga bentuk formasi menjadi 3-5-2. Eksploitasi lini tengah dan menjaga kelebaran menjadi kunci dalam sistem penyerangannya.
Di lini serang seorang attacking midfielder akan mengontrol permainan di sepertiga pertahanan lawan. Tedesco memilih aspek menarik dari permainan Leipzig dengan fluiditas dari tiga penyerang.
Urusan bertahan, Tedesco tak segan untuk bermain 5-3-2 dengan pertahanan rendah untuk menjaga timnya agar tidak kebobolan.
Kedatangan Tedesco menggantikan Jesse March adalah peningkatan stabilitas pemain dalam tim sambil tetap mengeluarkan kualitas para pemainnya, dengan memberikan ruang kreativitas dan kebebasan dalam eksplorasi.
Well, Tedesco dan Nagelsmann menjadi salah dua lulusan akademi Hennes Weisweiler 2016 yang kini melatih tim Bundesliga. Teman diskusi itu kini jadi lawan adu taktik di lapangan menjadi pemenang di lapangan hijau.
Referensi : The Flanker, Pandit Football, Pandit Football, DW, Bundesliga, Bavarian, The Mastermind, Transfermarkt, Tirto, Box2Box


