Kabar baik datang dari PSSI. Institusi tertinggi sepak bola nasional ini baru saja meneken kerja sama dengan KNVB alias PSSI-nya Belanda. Kerja sama ini ditandatangani pada Rabu, 25 September lalu antara Erick Thohir dan Gijs de Jong selaku Sekjen KNVB. Salah satu hasil dari kerja sama ini akan mempertemukan Timnas Putri kedua negara pada Oktober nanti.
Selain akan rutin mengadakan uji coba, kerja sama ini juga akan terjadi pada urusan pembinaan pelatih, pembinaan pemain muda, hingga sepak bola wanita. Lantas, sehebat apa sih sebenarnya KNVB sehingga mereka bahkan melahirkan pemain-pemain yang akhirnya juga dipakai Timnas Indonesia? Mari kita coba bedah.
Daftar Isi
KNVB Campus
Apabila Italia punya Coverciano, maka Belanda punya KNVB Campus. Kompleks pelatihan yang ada di Kota Zeist ini merupakan otak dari perkembangan sepak bola yang ada di Belanda. Di tempat ini, segala inovasi lahir. KNVB sebagai otoritas tertinggi sepak bola Belanda ingin menjamin bahwa sepak bola Belanda tidak stuck dan ketinggalan jaman.
KNVB Campus merupakan pusat eksperimen di mana federasi bisa melakukan riset untuk mencari solusi atau membuat inovasi baru yang bisa mereka pakai di kehidupan nyata. Mereka akan bekerja sama dengan universitas atau pihak-pihak terkait, misalnya dalam pengembangan sport science demi meningkatkan kualitas pemain.
Selain sebagai pusat inovasi, KNVB Campus ini merupakan sekolah untuk para pelatih di Belanda. Dari sini kurikulum sepak bola Belanda diajarkan kepada para calon pelatih. Oleh karena itu, jangan heran jika para pelatih asal Belanda umumnya memiliki kesamaan dalam segi taktikalnya, misalnya soal urusan pemanfaatan ruang. Kesamaan seperti ini akan memudahkan pemain jika nantinya bermain untuk tim nasional.
Tak hanya itu, KNVB Campus juga menghasilkan para wasit. Bahkan program pendidikan wasit di sini tergolong lengkap. Mulai dari wasit utama, asisten wasit, hingga pengawas pertandingan, semuanya diajarkan di sini. Ini menunjukkan bahwa KNVB serius dalam melihat sebuah pertandingan. Karena bagaimanapun percuma sebuah tim bermain menawan jika harus kalah melalui keputusan ajaib sang pengadil lapangan.
One more training to go at the KNVB Campus! 🇳🇱📍#NothingLikeOranje #NEDISL pic.twitter.com/DtNYCOKDSM
— OnsOranje (@OnsOranje) June 9, 2024
Memiliki Program Internasional
Tak hanya berfokus kepada pelatih-pelatih lokal, KNVB juga memiliki program untuk mendidik pelatih dari luar Belanda. Program ini bernama WorldCoaches. Program ini sudah digelar dengan banyak negara Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Nah, kerja sama PSSI dengan KNVB soal kepelatihan, sepertinya merupakan bagian dari program ini.
KNVB WorldCoaches ini sendiri memang sudah menelurkan lebih dari 18 ribu pelatih di seluruh penjuru dunia. Tak hanya mendidik lalu membiarkan para lulusannya, KNVB tetap memantau dan saling terkoneksi dengan mereka. Para lulusan program ini diperkirakan sudah melatih setidaknya 580 ribu anak-anak di seluruh dunia. Hebatnya lagi, dari total 18 ribuan pelatih tadi, 35% di antaranya adalah wanita. Dari sini, komitmen PSSI untuk mengembangkan sepak bola wanita bisa dimulai.
The KNVB #WorldCoaches delegation has arrived in Qatar!
This afternoon 50 Dutch children and youth are learning new football skills. Tomorrow, 28 women will start the WorldCoaches course @QatarWomenSport pic.twitter.com/RRJGujKMss— Netherlands in Qatar (@NLinQatar) April 14, 2018
Liga yang Terstruktur
Jika urusan produksi pemain dalam hal ini melalui tangan pelatih sudah diatasi, giliran KNVB memikirkan bagaimana caranya mengelola pemain yang dihasilkan. Dalam hal ini, mereka pastinya akan membuat kompetisi rutin semacam liga. Namun, tak sekadar bikin kompetisi, KNVB juga membuat kompetisinya terstruktur dan berjenjang.
Liga Belanda sendiri memang punya 10 kasta. Apa tujuannya? Ya agar jam terbang tiap pemain tersedia. Coba bandingkan saja dengan Liga 3 di Indonesia. Di liga paling sulit di seluruh muka bumi ini, jumlah pesertanya 80 tim. Itu pun fase nasional. Jika digabung dengan fase regional, jumlah klubnya bahkan ratusan. Sayangnya, sistem kompetisinya turnamen. Hal itu membuat klub yang kalah di babak awal hanya akan bermain segelintir laga saja.
Dampaknya apa? Para pemainnya kekurangan jam terbang. Gimana mau jago main bola kalau main bola saja nggak pernah. Nah, kualitas kompetisi semacam itulah yang tak mungkin diterapkan di Belanda. KNVB ingin memastikan seluruh pesepakbola di Belanda memiliki jam terbang yang cukup dengan membagi kompetisi mereka sampai 10 kasta. Setiap kastanya digelar dengan format liga sehingga jadwalnya sangat panjang.
Nah, ilmu seperti ini yang harus PSSI serap dari kerja samanya dengan KNVB. Agar tak ada lagi kompetisi yang digelar dadakan dan seakan yang penting jalan. Ratusan klub bertanding untuk segelintir jatah promosi, itu namanya gila, bos.
Pembinaan Pemain Muda yang Kompetitif
Pembinaan pemain muda di Belanda juga tergolong jempolan. Mereka tak hanya melatih pemain muda soal teknik dan taktik, namun juga memberi kesempatan untuk praktik. Jam terbang adalah kata kunci dari pembinaan sepak bola di Belanda. Hal ini sesuai dengan slogan yang dipegang oleh KNVB Campus, yakni “learning by doing.”
Oleh karena itu, banyak dari klub di Belanda memiliki tim kedua yang diisi khusus dengan pemain muda. Kalian pasti tak asing dengan nama-nama seperti Jong Ajax hingga Jong Utrecht. Klub tersebut merupakan klub muda dari tim yang bersangkutan.
Uniknya, klub-klub ini akan langsung berkompetisi di 10 kasta tadi. Artinya, mereka akan langsung bermain di liga yang sangat kompetitif. Mereka tak hanya akan bermain melawan pemain muda, namun juga pemain senior dengan segala pengalamannya. Maka jangan heran jika para pemain keturunan Indonesia di Belanda jago-jago main bola, wong tua-muda sudah dilawan semua.
Namun, klub-klub berlabel “jong” ini maksimal hanya bisa bermain satu kasta di bawah klub utamanya. Oleh karena itu, jangan heran jika klub-klub muda yang ada di Eerste Divisie tak pernah promosi ke Eredivisie.
Negara Pertama Penyelenggara Liga Disabilitas
Hebatnya lagi, KNVB ini merupakan salah satu negara yang memiliki liga disabilitas. Mereka membuat sebuah yayasan bernama Het Gehandicapte Kind. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi KNVB dan UEFA. Tujuan utama digulirkannya kompetisi ini adalah untuk meningkatkan kesehatan, kemandirian, kepercayaan diri, dan memberi kesempatan anak-anak disabilitas untuk meraih mimpinya menjadi pesepak bola.
Akhirnya, Het Gehandicapte Kind menggulirkan kompetisi bernama Bijzondere Eredivisie pada tahun 2019. Ini merupakan kompetisi sepak bola pertama untuk anak-anak disabilitas. Pada musim pertamanya tersebut, beberapa klub yang mengirimkan kontingen untuk berkompetisi di dalamnya adalah Ajax, ADO Den Haag, De Graafschap, Excelsior, FC Emmen, FC Groningen, FC Utrecht, Heracles Almelo, SC Heerenveen, dan VVV Venlo.
𝑬𝒆𝒏 𝒃𝒊𝒋𝒛𝒐𝒏𝒅𝒆𝒓𝒆 𝒎𝒊𝒅𝒅𝒂𝒈 𝒊𝒏 𝑫𝒆 𝑲𝒐𝒆𝒍! 💛🖤
De Bijzondere Eredivisie streek afgelopen zondag neer in Covebo Stadion – De Koel -. Het Bijzondere Eredivisie-team van VVV speelde een thuiswedstrijd tegen NAC Breda, Roda JC en Excelsior!#AllesHeejIsVVV
— VVV-Venlo (@VVVVenlo) May 6, 2024
Sepak Bola Wanita yang Tumbuh Subur
Soal sepak bola wanita, Belanda juga tak kalah jago. Pembinaan sepak bola wanita di Belanda tak berbeda dengan laki-laki. Bahkan pada usia di bawah 18 tahun, perempuan diperbolehkan untuk bermain bersama dengan laki-laki. Selebihnya, mereka akan bermain untuk tim sepak bola wanita.
Namun tenang saja, kompetisi sepak bola wanita di Belanda juga tak kalah kompetitif dengan laki-laki. Mereka memiliki liga yang terbagi hingga 7 kasta. Lagi-lagi, lebih terstruktur dari Liga Indonesia!
Soal kepelatihan pun, perempuan memiliki kesempatan yang sama. Pernah dengar nama Sarina Wiegman? Nah, pelatih Timnas Putri Inggris ini merupakan salah satu contoh bagus soal pelatih wanita di Belanda. Sarina merupakan salah satu pionir sepak bola wanita di Belanda. Sarina bahkan pernah menjadi juara Piala Eropa dan 2 kali masuk final Piala Dunia. Saking jagonya, dia bahkan masuk bursa calon pengganti Gareth Southgate di Timnas Inggris!
Here to stay 🏴✍️
Sarina Wiegman signs a new contract with the Lionesses until 2027 🤝 pic.twitter.com/zmrbZLioco
— UEFA Women’s EURO 2025 (@WEURO2025) January 16, 2024
https://youtu.be/wiCXlCz-Zr0
Sumber: KNVB, KNVB Campus, WorldCoaches, UEFA, dan The Guardian